Mohon tunggu...
MUHAMAD NGAFIFI
MUHAMAD NGAFIFI Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang berikhtiar untuk terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mencegah Komunis Gaya Baru (KGB) Melalui Penguatan Karakter Pelajar Pancasila

30 September 2021   06:26 Diperbarui: 30 September 2021   06:42 3530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bangsa Indonesia tidak akan pernah lupa peristiwa Gerakan 30 September 1965 yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa baik dari kalangan sipil maupun militer. 

Gerakan menolak lupa senantiasa digaungkan berbagai elemen masyarakat melalui berbagai platform media sosial sebagai pengingat kekejaman yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) 56 tahun silam. 

Para sejarawan, saksi sejarah, dosen dan guru selalu mengingatkan bahaya laten komunis kepada generasi muda yang sangat awam sejarah kelam yang pernah di alami negeri ini.

Berbagai upaya yang dilakukan oleh masyarakat tersebut merupakan bukti kepedulian terhadap sejarah bangsa Indonesia di masa lalu.

Sebagai pengingat, komunis di Indonesia pernah melakukan tiga kali pemberontakan yaitu pada tahun 1926, 1948, dan 1965. Pemberontakan pertama tahun 1926 dilakukan pada saat Indonesia masih dijajah Belanda. 

Sedangkan upaya kudeta PKI tahun 1948, dan 1965 dilancarkan pada saat Indonesia sudah merdeka. Berulangnya upaya pemberontakan PKI di negeri ini harus menjadi "sense of crisis" bahwa komunisme merupakan bahaya laten yang harus selalu diwaspadai. 

Meskipun bentuk dan gayanya berbeda, namun seperti dikemukakan oleh Prof.dr.Zainuddin Maliki, komunis tidak akan pernah mati dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, entah itu dalam bentuk pemikiran maupun dalam kehidupan nyata.

Pada masa lalu orang komunis menganut ideologi Marxisme-Leninisme yang senantiasa menggelorakan dialektika perjuangan kelas sosial untuk melenyapkan kediktatoran borjuisasi. 

Begitupula ideologi PKI di Indonesia pada tahun 1965 yang berkiblat ke moskow (Uni Soviet). Jadi tidak dapat dibenarkan jika ada tokoh yang mengatakan bahwa komunis di Indonesia berideologi 

Pancasila karena jelas marxisme-leninisme yang tidak percaya dan anti Tuhan sangat bertentangan dengan ideologi Pancasila. Oleh karena itu sikap bangsa Indonesia terhadap ideologi komunis sangat jelas sebagaimana tertuang dalam Tap MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Larangan Ajaran Komunisme/Marxisme. 

Dengan kata lain, rakyat Indonesia tidak akan memberikan ruang sedikitpun untuk tumbuhnya ideologi komunis apa lagi mengambil peran di pemerintahan seperti pada zaman orde lama.

Pertanyaannya kemudian masihkah komunis menganut ideologi Marxisme-Leninisme?. 

Setelah hancurnya Uni Soviet sebagai kiblat komunis dunia pada 26 Desember 1991 akibat kebijakan Glasnost dan Perestroica Mikhail Gorbachev kemudian banyak negara-negara pecahannya berkembang menjadi negara demokrasi dengan berbagai tingkatannya. 

Sementara itu Pasca bubarnya Uni Soviet, Cina sebagai kiblat komunis di Timur tumbuh menjadi negara yang adaptif termasuk ideologinya. 

Pada bidang politik menganut ideologi komunis, sedangkan bidang ekonomi menganut ideologi kapitalis. 

Dengan kenyataan tersebut, komunis modern atau dikenal dengan Komunis Gaya Baru (neo komunis) bermetamorfosis dengan cara yang lebih halus (soft power) menyusun strategi dan infiltrasi ke lembaga pemerintahan dan membagikan doktrin melalui media sosial. 

Menurut Prof.Dr. Aminuddin Kasdi, Guru Besar Sejarah Indonesia Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Komunis telah bertransformasi menjadi Komunis Gaya Baru (KGB) yang tidak lagi menggunakan cara-cara revolusioner, tapi melalui perundang-undangan, legislasi, dan hukum yang berlaku. 

Sementara itu menurut Junaidi, S.H., M.H. Komunis Gaya Baru (KGB) terbagi menjadi dua kelompok yang terus bergerak dan mengancam eksistensi negeri yaitu: KGB Liberal, mereka percaya Tuhan tapi mereka mengingkari aturan dan hukum Tuhan bahkan menentangnya. 

Mereka ingin memisahkan urusan pemerintahan dengan agama. Sedangkan KGB Ekstrim (Radikal) misinya agar setiap individu meninggalkan satu ajaran agama, intinya mereka anti agama/anti Tuhan. 

Jadi KGB tumbuh melalui ajaran sekulerisme. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pernah mengingatkan agar bangsa Indonesia mewaspadai munculnya pola Komunis Gaya Baru (KGB) yang bisa menyusup ke segala lini kehidupan khususnya generasi muda dan lembaga pemerintah. 

Gejala-gejala masuknya pola KGB sekarang ini muncul, antara lain: pemahaman salah tentang penafsiran Undang-Undang Dasar 1945, terbukanya kebebasan ala kebarat-baratan yang mulai marak. 

Bahkan tidak menutup kemungkinan pola tersebut masuk ke lini ekonomi, politik, sosial, dan budaya. 

Satu hal yang dapat disimpulkan bahwa ancaman Komunis Gaya Baru (KGB) itu nyata melalui ideologi komunis itu sendiri, sekulerisme, maupun liberalisme dengan adanya oknum-oknum oportunis di bidang pemerintahan yang tindakannya menyengsarakan rakyat dan merugikan negara.

Upaya untuk membendung ancaman Komunis Gaya Baru (KGB) harus menjadi perhatian serius pemerintah dan seluruh elemen masyarakat Indonesia terutama ancaman terhadap generasi muda yang sangat labil dan rentan diindoktrinasi. 

Pendidikan dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah sampai dengan Pendidikan tinggi adalah gerbang utama untuk menanamkan kesadaran pentingnya nilai-nilai Pancasila untuk menjaga keutuhan negara Republik Indonesia. 

Penguatan karakter kebangsaan melalui profil pelajar Pancasila merupakan salah satu upaya konkrit Lembaga Pendidikan untuk menghalau serta membetengi generasi muda dari bahaya KGB. Adapun profil pelajar Pancasila yang dimaksud yaitu:

  1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia                                                                                                            Pelajar Indonesia yang berakhlak mulia adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, memahami ajaran agama dan kepercayaannya, serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Elemen kuncinya yaitu: akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam, dan akhlak bernegara. Habituasi yang dilakukan di sekolah diantaranya dengan selalu berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran, selalu mensyukuri nikmat Tuhan, menjalankan ibadah sesuai agamanya, selalu berbuat baik kepada guru dan teman. Melalui upaya ini, generasi muda akan terhindar dari faham atheis yang anti Tuhan.
  2. Berkebinekaan global                                                                                                                                                                                                                Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas, dan identitasnya, dan tetap terbuka berinteraksi dengan budaya lain sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai serta memungkinkan terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Elemen kuncinya antara lain: mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan. Pembiasaan yang dapat dilakukan yaitu integrasi pembelajaran kebinekaan pada semua mata pelajaran dan pemahaman think globally to act locally, memberikan ruang kreativitas kepada peserta didik untuk berkreasi dengan tema budaya Nusantara, menanamkan kepada peserta didik bahwa Indonesia memiliki budaya adi luhung agar mereka tidak merasa inferior dari bangsa lain sehingga mereka terhindar dari gaya hidup westernisasi dan sekulerisme.
  3. Gotong-Royong                                                                                                                                                                                                                             Pelajar Indonesia memiliki kemampuan gotong-royong, yaitu kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah, dan ringan. Elemen kunci gotong-royong yaitu: kolaborasi, kepedulian, dan berbagi. Pembiasaan yang dilakukan di sekolah yaitu melalui kegiatan Sendi Berlian (Senin Pagi Bersih Lingkungan) atau Jumpa Berlian (Jum'at Pagi Bersih Lingkungan) untuk bahu-membahu membersihkan lingkungan sekolah, kegiatan Jum'at Bersedekah, mengumpulkan donasi untuk saudara yang tertimpa musibah, dan Latihan kurban untuk dibagikan kepada masyarakat sekitar lingkungan sekolah. Melalui pembiasaan ini, generasi muda akan tertanam empati dan kepedulian sosial sehingga tidak terjadi jarak sosial yang lebar ataupun terbentuknya kasta-kasta sosial.
  4. Mandiri                                                                                                                                                                                                                                              Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci mandiri yaitu: kesadaran akan diri akan situasi yang dihadapi, dan regulasi diri. Upaya untuk mengembangkan kemandirian yaitu dengan menerapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented). Siswa menggali kemampuan dan bakatnya masing-masing untuk dikembangkan melalui kegiatan ekstra kurikuler yang diselenggarakan di sekolah, pembimbingan yang intensif oleh guru BK/BP sebagai monitoring terhadap capaian belajar siswa, dan diberikan kemandirian dalam memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber dan referensi dengan pendampingan guru. Melalui upaya melatih kemandirian sejak dini, maka pelajar diharapkan di masa depan tidak mudah terprovokasi dengan hal-hal yang tidak bertanggung jawab dan bertentangan dengan ideologi Pancasila.
  5. Bernalar Kritis                                                                                                                                                                                                                                            Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, dan menyimpulkannya. Elemen kuncinya yaitu: memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksikan pemikiran dan proses berpikir, dan mengambil keputusan. Seperti halnya karakter kemandirian, maka karakter bernalar kritis dapat dilatih dengan membiasakan peserta didik untuk berdiskusi topik aktual di masyarakat maupun di media sosial untuk dianalisa kebenarannya sehingga dapat mengambil keputusan serta sikap yang objektif terhadap suatu permasalahan yang terjadi di masyarakat.
  6. Kreatif                                                                                                                                                                                                                                                      Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci kreatif yaitu: menghasilkan gagasan yang orisinal, dan menghasilkan karya serta Tindakan yang orisinal. Habituasi dan enkulturasi untuk karakter kreatif yaitu dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik untuk mengeksplorasi kemampuan dirinya, serta memberikan ruang kreativitas dalam berbagai even di sekolah agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang unggul dan harapannya dapat menghasilkan karya sendiri sehingga di masa depan tidak bergantung dengan produk luar negeri.

Melalui penguatan karakter pelajar Pancasila di sekolah hingga universitas kita yakin bahwa ancaman bahaya laten komunis dan Komunis Gaya Baru (KGB) dapat dikikis habis sehingga sejarah kelam Gerakan 30 September 1965 (Gestapu) tidak akan pernah terulang kembali.

 Melalui kesadaran serta kepedulian bersama untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia maka seberat apapun ancaman, gangguan, tantangan, dan hambatan yang kita hadapi akan dapat kita atasi bersama-sama sehingga Indonesia akan tumbuh menjadi negara maju, mandiri, dan berkarakter.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun