Mohon tunggu...
M Khadafi F
M Khadafi F Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Evaluasi Strategi "Public Relations" Lion Air dalam Mempertahankan Kepercayaan Masyarakat

11 Januari 2019   18:18 Diperbarui: 11 Januari 2019   18:24 10289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1.1 Kecelakaan Lion Air JT610 (Sumber: kompas.com)

Tulisan ini di buat sebagai tugas UAS matakuliah Perencanaan dan Evaluasi Public Relations Pascasarjana, Magister Ilmu Komunikasi, Universitas Budi Luhur, Jakarta

EVALUASI STRATEGI PUBLIC RELATIONS LION AIR DALAM MEMPERTAHANKAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT PASCA JATUHNYA PESAWAT LION AIR DENGAN NOMOR PENERBANGAN JT610

A. PENDAHULUAN

Saat ini, perkembangan transportasi umum di dunia sedang mengalami kemajuan pesat. Transportasi umum meliputi transportasi darat (kereta api), transportasi laut (kapal laut), dan transportasi udara (pesawat). 

Tak terkecuali di Indonesia, perkembangan transportasi umum pun dapat dilihat dari banyaknya perbaikan fasilitas, perbaikan tempat, penambahan jumlah armada transportasi, serta perbaikan dan penambahan rute serta jadwal keberangkatan transportasi umum. 

Transportasi umum kini dianggap sebagai kebutuhan manusia. Selain itu, menggunakan transportasi umum dirasa lebih bermanfaat karena dapat mengurangi jumlah polusi dan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan setiap harinya, bebas energi, meningkatkan kesehatan karena harus berjalan ketempat perhentiannya, serta penghematan biaya.

Pesatnya perkembangan teknologi transportasi umum tidak lepas dari masalah kecelakaan transportasi. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2013 tentang Investigasi Kecelakaan Transportasi pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa:

"Kecelakaan transportasi adalah peristiwa atau kejadian pengoperasian transportasi yang mengakibatkan kerusakan sarana transportasi, korban jiwa, dan / atau kerugian harta benda."

Kecelakaan transportasi disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor alam (cuaca atau bencana alam), faktor manusia (human error), atau faktor teknologi (kerusakan pada transportasi itu sendiri).

Beberapa contoh kasus kecelakaan pesawat udara adalah kasus kecelakaan maskapai penerbangan Lion Air pada 30 November 2004 yang tergelincir di bandara Adisumarmo, Solo, Jawa Tengah. Kecelakaan tersebut mengakibatkan 146 penumpang dan awak pesawatnya meninggal dunia dan mengalami luka berat. Selain itu, ada pula kecelakaan maskapai penerbangan Adam Air pada 1 Januari 2007 lalu di perairan Majene, yang menyebabkan 102 penumpang dan awak pesawat hilang, kemudian ada pula kecelakaan maskapai penerbangan Air Asia pada 28 Desember 2014 di perairan Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah yang menyebabkan 162 termasuk awak pesawat dinyatakan hilang (Sumber: www.liputan6.com). Pada hari senin tanggal 29 Oktober 2018 pagi hari, kembali terjadi kecelakaan pesawat udara di Indonesia, yaitu kasus kecelakaan maskapai penerbangan Lion Air.

Kecelakaan pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 yang terjadi pada 29 Oktober 2018 merupakan kecelakaan penerbangan terparah kedua sejak Garuda Indonesia Airbus A300 di Medan pada 1997 dengan 234 penumpang dan awak meninggal. Pesawat Lion Air JT 610 dengan rute penerbangan Jakarta menuju Pangkal Pinang mengalami kecelakaan setelah lepas landas dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta pukul 06:20 WIB menuju Pangkal Pinang. Danang Mandala Prihantoro Selaku Corporate Communication Strageic of Lion Air mengatakan setelah 13 menit mengudara pesawat jatuh di koordinat S 5'49.052" E 107' 06.628" sekitar Karawang. Pesawat tersebut mengangkut penumpang sebanyak 181 penumpang, dengan perincian 124 penumpang dewasa laki-laki, 54 penumpang dewasa perempuan, 2 anak-anak, dan 1 bayi. Kru pesawat berjumlah tujuh orang. Dua orang penerbang (pilot dan kopilot) serta lima orang kru kabin pesawat. Dalam pesawat tersebut juga mengangkut tiga pramugari yang tengah melakukan pelatihan dan satu orang teknisi.

Berikut beberapa fakta seputar jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 :

1. Hilang Kontak Setelah Mengudara 13 Menit

Pesawat Lion Air JT 610 ini berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta pukul 06.20 WIB. Namun, pesawat hilang kontak setelah 13 menit mengudara. Waktu tempuh seharusnya yang dibutuhkan pesawat sampai ke Pangkalpinang adalah 70 menit.

2. Sempat Lapor Akan Balik ke Bandara Soekarno-Hatta

Menurut Corporate Communications Strategic of Lion Air, Danang Priandoko, pesawat Lion Air JT 610 sempat dilaporkan akan kembali ke Bandara Soekarno-Hatta. Namun, pesawat tak kunjung tiba di bandar udara yang terletak di Tangerang, Banten itu. Lembaga pelayanan navigasi penerbangan, AirNav Indonesia, sempat 'membukakan jalan' supaya JT 610 bisa balik lagi ke Soekarno-Hatta. Manajer Humas AirNav Indonesia Yohanes Harry Sirait mengatakan "Dia cuma meminta return to base. Kita lihat, oke, kita berikan prioritas untuk return to base."

3. Terdengar Bunyi Ledakan

Saat Lion Air jatuh di perairan Tanjung Karawang, seorang nelayan mengaku mendengar ledakan keras di sekitar Perairan Tanjung Pakis. Ledakan tersebut sempat membuat para nelayan takut. Boros (50th), salah satu nelayan yang mendengar ledakan tersebut pagi tadi. "Sempat mendengar suara ledakan cukup keras disekitar pesisir pantai," kata dia. Sejumlah nelayan juga mengaku sempat mendengar ledakan tersebut. Namun, mereka tidak tahu persis dimana lokasi sumber ledakan berasal.

4. Pesawat Baru

Pesawat Lion Air JT 610 itu tergolong baru lantaran baru beroperasi sejak 15 Agustus 2018. Corporate Communications Strategic of Lion Air Danang Mandala Prihantoro mengatakan pesawat tersebut jenis Boeing 737 MAX 8 dengan nomor registrasi PK-LQP. Pesawat dinyatakan layak terbang.

5. ELT Tak Pancarkan Sinyal

Sinyal dari emergency local transmitter (ELT) pesawat Lion Air JT 610 tersebut tak terdeteksi. ELT merupakan bagian standar dari peralatan darurat pada pesawat. ELT dipasang di dalam kokpit atau bagian ekor pesawat. Alat tersebut memancarkan sinyal radio agar lokasi pesawat bisa diketahui sistem deteksi yang ada. "Yang pasti, saat jatuh, beacon ELT pada pesawat tersebut tidak terpancar atau memancarkan sinyal destress. Sehingga jatuhnya pesawat tersebut tidak terpantau oleh Medium Earth Orbital Local User Terminal (MEO LUT) yang ada di kantor pusat Basarnas," kata Kabasarnas Marsdya M Syaugi. (Kompas.com).

B. TEORI

Dengan latar belakang yang telah dikemukakan, maka teori yang digunakan oleh peneliti adalah Teori Situasional Publik (Situational Theory of Public).

Teori Situasional Publik (Situational Theory of Public)

Praktisi PR Sering menggunakan istilah publik untuk populasi massa, yang juga disebut publik umum (general public). Selain dari itu istilah publik juga merujuk kepada kelompok bagi program -- program PR yang sudah direncanakan, khususnya para wartawan, karyawan, konsumen, investor, lembaga pemerintahan dan sebagainya.

            Teori situasional publik adalah bagian dari teori pran PR dalam manajemen strategi yang dikemukakan Grunig, yang menyebutkan bahwa publik muncul ketika organisasi membuat keputusan yang memiliki konsekuensi pada orang -- orang di dalam dan di luar organisasi, yang mana mereka tidak terlibat dalam pembuatan keputusan itu. Grunig berpendapat bahwa istilah stakeholder digunakan unruk kategori -- kategori umum. Stakeholder adalah orang yang memperoleh risiko sewaktu organisasi membuat keputusan, dan stakeholder secara umum adalah yang menjadi fokus program - program PR, seperti hubungan karyawan, komunitas, investor, konsumen atau pemerintah. Dalam setiap kategori tersebut, teori situasional dapat digunakan untuk mengenak tipe -- tipe publik yang berbeda dalam setiap tingkatan, dimana mereka berkomunikasi secara aktif, pasif, atau tidak keduanya tentang keputusan organisasional untuk mempengaruhi mereka. Aktivis publik membuat isu -- isu diluar menjadi konsekuensi organisasional, dan isu -- isu ini dapat menimbulkan krisis. Dengan demikian, teori situasional publik dapat digunakan untuk mengidentifikasi publik -- publik yang aktif dalam program -- program yang berhubungan dengan lingkungan, isu -- isu manajemen, dan krisis komunikasi.

            Teori situasional ini mirip dengan teori -- teori segmentasi pasar karena menggunakan sebuah metode bagi segmen populasi umum ke dalam kelompok -- kelompok yang relevan bagi para praktisi PR. Para ahli teori pemasaran mengemukakan beberapa kriteria bagi pemilihan sebuah konsep segmentasi. Segmentasi harus saling terbuka (mutually exclusive), dapat diukur (measurable), dapat diakses (accessible), berkaitan dengan misi organisasi, cukup luas untuk menjadi substansi. Sewaktu disampaikan secara formal, teori situasional publik terdiri dari :

Dua variabel tidak bebas yaitu perilaku komunikasi aktif dan pasif

Tiga variabel bebas yaitu masalah pengakuan, keterbatasan pengakuan, dan tingkat keterlibatan.

Dua variabel tidak bebas, juga bisa disebut pencarian informasi yaitu perencanaan yang dipersiapkan terlebih dahulu merencanakan pencarian lingkungan untuk memperoleh pesan mengenai topik yang spesifik atau khusus dan proses informasi merupakan pencarian pesan -- pesan yang tidak direncanakan yang hanya mengikuti berlangsungnya proses.

Teori situasional berupaya mengidentifikasi permasalahan di sekitar publik, ia menyebutnya isu -- isu situasional. Dalam model teori situasional ada 4 macam publik secara khusus yaitu :

All-issue public: publik -- publik yang aktif memerhatikan semua isu

Single-issue public: publik -- publik yang aktif pada satu atau sebagian kecil isu pokok (contohnya adalah kontroversi pembunuhan besar-besaran ikan paus)

Hot-issue public: publik -- publik yang aktif hanya pada isu tunggal yang melibatkan orang -- orang terdekatnya dalam populasi dan diterima karena peliputan media secara luas (contohnya yaitu kekurangan bahan pangan, mengendarai mobil dalam keadaan mabuk, pembuangan limbah beracun)

Aphatetic public: publik -- publik yang tidak memastikan semua isu.

C. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yakni sangat berguna untuk melahirkan teori-teori tentatif. Metode deskriptif kualitatif mencari teori, bukan menguji teori; hypothesis generating, bukan hypotesis testing dan heuristic, bukan verifikasi. Ciri lain metode deskriptif kualitatif adalah menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah (natural setting). Peneliti terjun langsung ke lapangan, bertindak sebagai pengamat. Ia membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatat dalam buku observasi.

Metode deskriptif kualitatif tidak jarang melahirkan apa yang disebut Seltiiz, Wrightsman, dan Cook (dalam Rakhmat. 2002) sebagai penelitian yang insightmulating, yakni peneliti terjun ke lapangan tanpa dibebani teori. Ia bermaksud menguji teori sehingga perspektifnya tidak tersaring. Ia bebas mengamati objeknya, menjelajah, dan menemukan wawasan -- wawasan baru sepanjang penelitian. Penelitiannya terus menerus mengalami reformulasi dan redireksi ketika informasi -- informasi baru ditemukan. Hipotesis tidak datang sebelum penelitian, tetapi baru muncul dalam penelitian (Rakhmat, 2002:25-26)

Adapun subjek penelitian ini adalah Strategi Public Relations Lion Air dalam mempertahankan kepercayaan masyarakat pasca jatuhnya Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT610. Metode analisis dimulai dari menelaah data yang diperoleh dari sumber berita dan studi pustaka. Selanjutnya akan divalidasi dengan menggunakan triangulasi. Hasil deskripsi akhir akan memunculkan gambaran secara keseluruhan dari data yang diamati.

D. PEMBAHASAN

Lion Air (kode penrbangan JT) merupakan maskapai penerbangan swasta nasional asal Indonesia yang secara hukum didirikan pada tanggal 15 November 1999 dan mulai beroperasi pertama kali pada tanggal 30 Juni 2000, dengan melayani rute penerbangan dari Jakarta menuju Pontianak menggunakan pesawat dengan tipe Boeing 737-200 yang pada saat itu berjumlah 2 unit.

Berkantor pusat di Lion Air Tower, Jl. Gajah Mada No. 7 yang berada di kawasan Jakarta Pusat, PT. Lion Mentari Airlines atau yang biasa dikenal dengan Lion Air merupakan maskapai penerbangan berbiaya rendah (Low Cost Carrier) dengan mengusung slogan "We Make People Fly". Melalui hal ini Lion Air mencoba mewujudkan dan merubah stigma masyarakat bahwa siapapun bisa terbang bersama Lion Air dengan tetap mengedepankan aspek keselamatan, keamanan, dan kualitas.

Tujuh belas tahun lebih mengudara dan melayani masyarakat, hingga saat ini Lion Air telah terbang ke 183 rute penerbangan yang terbagi dalam rute domestik yang tersebar ke seluruh penjuru Indonesia dari sabang sampai merauke, dan rute Internasional menuju sejumlah negara seperti, Singapore, Malaysia, Saudi Arabia dan China. Jumlah rute tentunya akan terus bertambah karena melihat pasar penerbangan di Indonesia yang terus berkembang begitu pesat. Dengan kepemilikan pesawat sebanyak 112 armada yang terbagi dalam beberapa tipe seperti Boeing 747-400, Boeing 737-800, Boeing 737-900 ER, dan Airbus A330-300. Jumlah armada pun juga akan bertambah sesuai dengan pengiriman pemesanan pesawat yang dilakukan oleh Lion Air.

Dalam perjalanannya, Lion Air telah banyak memiliki rangkaian prestasi dan penghargaan, serta sertifikasi internasional yang tentunya diraih untuk terus meningkatkan kualitas dalam pelayanannya kepada masyarakat dan pelanggan setianya. Beberapa diantaranya adalah sertifikasi ISSA yaitu sebuah standar keselamatan dan keamanan berskala internasional yang diberikan oleh IATA dan diraih pada Januari 2016, Lalu sertifikasi ISO 9001:2015 mengenai delay management yang tentunya standar tersebut akan terus diaudit secara berkala.

Krisis adalah hal yang paling dihindari oleh praktisi corporate communication, atau public relations. Apalagi pada umumnya setiap krisis yang terjadi kepada perusahaan seringkali berujung juga kepada krisis komunikasi. Pengalaman berharga mengenai penanganan krisis komunikasi dapat kita lihat dari Air Asia Indonesia, Indosat dan juga apa yang terjadi pada Lion Air. Tak pelak, corporate communication lah yang dihadapkan berada pada garis paling depan. Tentu saja sebagai profesional, kita harus siap mengatasinya.

Krisis komunikasi yang terjadi yang terjadi pada Lion Air bersumber dari krisis operasional (pesawat mengalami gangguan) yang kemudian mengganggu jadwal penerbangan keseluruhan armada maskapai tersebut sehingga menjadi krisis pelayanan kepada pelanggan. Sontak krisis pelayanan pun berubah menjadi krisis komunikasi. Krisis komunikasi Lion Air ini menjadi perbincangan hangat di masyarakat dan juga oleh komunitas praktisi corporate communication.

Selain kecelakaan, penerbangan Lion Air juga mencatat banyak keterlambatan. Dan pada 2012, penerbangan ini memecat dua pilot karena tertangkap menggunakan obat bius. Di tengah catatan perbaikan keselamatan yang dilakukan pemerintah Indonesia, Uni Eropa mencabut larangan sejumlah penerbangan Indonesia. Namun David Gleave menyatakan keraguan terkait kemajuan dalam langkah keselamatan ini. "Uni Eropa mencabut larangan penerbangan Indonesia namun itu dilakukan berdasarkan penilaian badan pengawasan (Indonesia), dan bukan penerbangannya sendiri,"

E. KESIMPULAN

Seorang pengamat keselamatan penerbangan David Gleave mengatakan kepada media di Inggris, Telegraph Travel, bahwa rekor keselamatan Lion Air masih buruk. Penerbangan Lion berkembang pesat namun catatan keselamatan belum baik.

Dalam dunia bisnis harga murah memang menjadi keinginan setiap konsumen, karena di era globalisasi sekarang ini masyarakat cenderung memilih transportasi yang murah karena meningkatnya biaya hidup, akan tetapi perusahaan penyedia barang atau jasa dengan harga murah harus tetap memperhatikan kualitas yang diberikan, dalam hal ini Lion Air harus tetap bertahan sebagai maspakai penerbangan dengan biasa murah (Low Cost Carier), tetapi tidak mengesampingkan keselamatan (safety), dan sebagai perusahaan penyedia jasa penerbangan sudah menjadi kewajiban Lion Air untuk menyediakan yang terbaik yakni dengan biaya murah dan kualitas yang baik.

F. DAFTAR PUSTAKA

Rhenald Khasali, 2014. Manajemen Public Relations : Konsep dan Aplikasi Media di Indonesia. Jakarta : Grafiti

Yosal Iriantara, 2004. Community Relations : Konsep dan Aplikasinya. Bandung : Simbiosa Rekatama Media

Ardianto, Elvinaro. 2013. Handbook of Public Relations Pengantar Komprehensif. Bandung : Simbiosa Rekatama Media

Website geospasial.bnpb.go.id

Rahmat Hidayat, Deden (2011). Zaenudin A. Naufal, ed. Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling. Ghalia Indonesia. pp. 165

Website Kompas.com 

Website Republika.co.id

Website bbc.com / News Indonesia

Website www.liputan6.com

Website www.lionair.co.id 

Penerapan Evaluasi Kegiatan Media Relations oleh bagian Hubungan Masyarakat Pemerintah Daerah Kota Surabaya. Journal Oleh : Yohana Amelia Lumoindong

Oleh :

Muhamad Khadafi Firman (1771600226)

Magister Ilmu Komunikasi

Dosen : Dr. Umaimah, S.Fil.,M.Si

Universitas Budi Luhur

Jakarta

2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun