Mohon tunggu...
Muhamad Iqbal Al Hilal
Muhamad Iqbal Al Hilal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Freelance Writer

Penulis berkonsentrasi pada isu sejarah, politik, sosial ,ekonomi, hiburan dan lain sebagainya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perbedaan dalam Penetapan Hari Raya Bukan Akhir dari Kerukunan Beragama

20 April 2023   05:48 Diperbarui: 20 April 2023   05:52 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Shalat Ied/Foto: Kompas.com

(20/04/2023)- Hari raya Idul Fitri pada tahun ini banyak dibicarakan oleh publik khususnya oleh umat Islam yang melaksanakan ibadah puasa Ramadhan.

Hal ini bermula dari adanya dua daerah yang sempat viral menolak pelaksanaan Shalat Ied di daerahnya masing-masing untuk salah satu ormas Islam.

Alasan penolakan tersebut sebetulnya wajar karena pemerintah setempat juga akan mempergunakan lapangan tersebut untuk melaksanakan Shalat Ied, selain itu dikhawatirkan nantinya akan tumpang- tindih satu dengan yang lain.

Pemerintah sendiri lewat Kementerian Agama baru akan melaksanakan Sidang Isbat penetapan 1 Syawal 1444 H pada, Kamis (20/04/2023) ini sebetulnya wajar karena setiap tahunnya pemerintah menggunakan dua metode sekaligus yaitu hisab dan rukyat.

Sementara itu Muhammadiyah sudah menetapkan terlebih dahulu lewat keputusan yang disampaikan pada maklumat penetapan 1 Ramadhan, 1 Syawal dan 1 Dzulhijjah pada, Kamis (06/02/2023) di Yogyakarta dan sudah disahkan oleh Ketua Umum, Haedar Nashir.

Sebetulnya jika dilihat dari tahun-tahun sebelumnya, perbedaan penetapan 1 Syawal maupun 1 Ramadhan merupakan hal yang wajar dan biasa serta tidak perlu dipermasalahkan.

Hal ini jika digoreng atau diperkeruh oleh berbagai pemberitaan dan provokasi justru akan membuat kerukunan sesama umat Islam di Indonesia menjadi renggang, dalam hal ini seluruh pihak harus saling menghormati pilihan masing-masing.

Sebagai bangsa yang heterogen atau majemuk, Indonesia dipersatukan bukan hanya didasarkan pada satu nasib satu penanggulangan melainkan banyaknya perbedaan mulai agama, ras, suku dan adat istiadat inilah kemudian yang menyatukan bangsa yang memiliki ratusan bahasa daerah ini.

Perbedaan yang ada bukan lah langkah untuk saling menyalahkan satu dengan yang lain ataupun ajang untuk merasa paling benar di antara semua pihak melainkan sebuah ibrah atau hikmah yang perlu disikapi dengan bijak.

Dalam konferensi pers awal Februari lalu, Muhammad Sayuti, selaku Sekretaris PP Muhammadiyah juga menyampaikan akan adanya perbedaan penetapan 1 Syawal dan 1 Dzulhijjah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun