Mohon tunggu...
Muhamad Iqbal Al Hilal
Muhamad Iqbal Al Hilal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Freelance Writer

Penulis berkonsentrasi pada isu sejarah, politik, sosial ,ekonomi, hiburan dan lain sebagainya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

21 Mei 1998: Soeharto Lengser Setelah 32 Tahun Berkuasa

21 Mei 2022   04:00 Diperbarui: 21 Mei 2022   04:01 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia ketika merima dana bantuan dari IMF/ Foto: Merdeka

(21/05/2022)- Mei 1998 Indonesia khususnya Ibu Kota Jakarta diliputi banyak aksi demonstrasi dan bentrokan dengan sejumlah aparat yang tergabung dalam Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ( ABRI) gabungan TNI-POLRI yang kala itu selain bertugas mengamankan keamanan dan keselamatan bangsa serta negara juga digunakan sebagai alat pengaman legitimasi kekuasaan dari Orde Baru.

Sejumlah aktivis dan demonstrasi sudah mulai melakukan aksi demonstrasi sejak tahun 1996-1998, namun sebagian dari mereka sampai saat ini masih bum jelas keberadaannya bahkan baru-baru ini, 3 aktivis yang berasal dari Universitas Trisakti pada tahun 1998 silam, didesak eh para mahasiswa di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) khususnya agar penyelidikan kasus seperti ini terus dilanjutkan dan menemui titik terang.

Krisis moneter yang menerpa dunia termasuk Indonesia, membuat segala sesuatu kebutuhan pokok untuk sehari-hari mengalami kelangkaan dan kemahalan karena keadaan dunia yang tidak pasti kala itu. Jika ditarik ke belakang Soeharto bisa menjadi seorang presiden bukan hanya sebatas takdir yang digariskan kepadanya melainkan lebih dari itu, jika saja ia tidak mendapatkan Surat Perintah Sebelas Maret ( Supersemar) tahun 1996 yang lalu tentu kita tidak akan mengenal yang namanya Orde baru.

Pada awalnya Soeharto dielu-elukan akan jauh lebih baik dari Soekarno begitu yang ada dibenak masyarakat terutama setelah terjadinya peristiwa G30S/PKI di tahun 1965, setelah peristiwa tersebut demonstrasi terus-menerus terjadi diberbagai wilayah menuntut agar Soekarno segera menjauh dari haluan kiri dan banyak pihak yang ingin agar ia segera lengser dari kursi presiden.

Demonstrasi besar-besaran oleh mahasiswa/Foto: Kompas.com
Demonstrasi besar-besaran oleh mahasiswa/Foto: Kompas.com

Selepas diberikan Supersemar yang naskahnya sampai saat ini hilang entah kemana Soeharto, lambat laun mulai menggerogoti kekuasaan putra sang fajar. Suami dari Tien Soeharto tersebut, mula-mula diangkat sebagai Pejabat Presiden kemudian diangkat menjadi Presiden secara resmi di tahun 1967 dan dilantik oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).

Memang betul ada sebagian masyarakat yang sampai saat ini, mencintai dan membanggakan Soeharto sang bapak pembangunan padahal jika ditelisik pembangunan besar-besaran hanya terjadi di Pulau Jawa semata alias Jawa Sentris terpusat di Pulau Jawa, sementara di daerah lain cenderung lebih lambat salah satunya adalah Papua yang sejak era Orde Baru dikeruk kekayaan alamnya oleh PT Freeport, padahal masyarakat di sana bisa dikatakan paling tertinggal pada masa itu bahkan pembangunan besar-besaran dan pengambilalihan saham Freeport dilakukan justru di era Presiden Jokowi.

Memang benar di era Orde Baru segala lebih murah karena kurs Rupiah saat itu masih terjaga karena belum mengalami krisis moneter,selain itu juga ada Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), Swasembada Pangan salah satu terbesar di dunia sampai-sampai banyak memberikan bantuan kepada sejumlah negara berkonflik di Afrika.

Segudang prestasi yang terjadi di era kepemimpinan Soeharto memang cukup gemilang namun ungkapan " enak zaman ku tok" hanya dirasakan oleh masyarakat bawah karena mereka bisa dikatakan banyak diberikan bantuan berupa subsidi dari pemerintah sebut saja seperti Beras Raskin, subsidi listrik, pendidikan dan lain sebagainya karena hal ini banyak generasi yang lahir di era Orba menganggap bahwa pemerintahan yang berkuasa lebih dari 20 tahun tersebut, jauh lebih baik daripada pemerintahan saat ini padahal perkataan tersebut tidak bisa dibandingkan dengan keadaan masa sekarang yang jauh lebih baik sebenarnya daripada era Orba.

Beberapa kelemahan di era Orde Baru sebenarnya terjadi dari lemahnya sang penguasa mengawasi perilaku anak-anaknya yang banyak menginginkan proyek atau sekedar mempunyai perusahaan tentunya dengan berlindung di atas nama bapaknya sebut saja seperti pendirian RCTI dan TPI ( MNCTV) korupsi dan lain sebagainya merupakan bukti lemahnya pengawasan dan adanya pembiaran berkepanjangan sehingga pada akhirnya akibat ulah para anaknya Soeharto harus menanggung akibatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun