Mohon tunggu...
Muhamad Imron Rosyadi
Muhamad Imron Rosyadi Mohon Tunggu... Freelancer - Saya biasa dipanggil Imron

Seorang penulis konten di salah satu firma PR yang berada di Jakarta. Berpengalaman sebagai seorang jurnalis di salah satu media online di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Rasisme di Sepak Bola Italia: Mengakar Kuat, Berbunga Lebat

8 November 2019   10:54 Diperbarui: 9 November 2019   21:08 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Romelu Lukaku (kanan) dan Mario Balotelli, dua pemain yang mengalami pelecehan rasis di Serie A Liga Italia musim ini. Foto: Istimewa.

Sepak bola Italia terkenal telah menghadirkan pemain-pemain legendaris di berbagai era, mulai dari Giuseppe Meazza sampai Gianluigi Buffon. Selain itu, deretan pelatih revolusioner pun juga tak jarang lahir dari negara yang punya bentuk mirip kaki yang sedang menendang bola ini. Sebut saja Arrigo Sacchi yang disebut sebagai salah satu pelatih tersukses AC Milan hingga Antonio Conte yang mampu mengimplementasikan formasi 3-5-2 yang tak lazim di sepak bola Inggris menjadi taktik brilian. 

Sayangnya, apa yang Negeri Pizza hadirkan untuk sepak bola bukan cuma kisah manis saja. Sebut saja skandal calciopoli yang menggegerkan dunia lantaran terbongkarnya kasus pengaturan skor yang melibatkan banyak klub-klub besar, seperti Juventus, AC Milan, Lazio, dan Fiorentina.

Bukan hanya itu, masih ada satu lagi polemik yang tak kunjung usai di belantika sepak bola Italia. Rasisme menjadi noda hitam yang tak urung pudar dan malah terus mencemari sepak bola di negara yang beribu kota di Roma tersebut.

Sepanjang Serie A Liga Italia musim 2019/2020 berjalan, sudah ada sejumlah tindakan rasisme yang diterima oleh beberapa pemain. Sebut saja Romelu Lukaku (Inter Milan), Dalbert (Fiorentina), dan Ronaldo Vieira (Sampdoria).

Satu yang terbaru adalah ketika para pendukung Hellas Verona meniru suara monyet dan meneriakinya ke Mario Balotelli yang kini membela Brescia.

Menariknya, ini bukan pertama kalinya Balotelli mendapat ejekan bernada rasis. Pada 2009, ketika masih bermain untuk Inter Milan, pemain berjuluk Super Mario itu juga pernah mendapat pelecehan serupa.

Balotelli telah mengalami sejumlah tindakan rasisme sepanjang kiprahnya di Serie A Liga Italia. Foto: Instagram Mario Balotelli (@mb459)
Balotelli telah mengalami sejumlah tindakan rasisme sepanjang kiprahnya di Serie A Liga Italia. Foto: Instagram Mario Balotelli (@mb459)
Tidak hanya di level senior, kompetisi sepak bola usia muda di Italia pun sudah terpapar rasisme. Pada September lalu, The Guardian melaporkan terdapat sekitar 80 kasus tindakan rasisme yang terjadi selama dua musim terakhir di kompetisi sepak bola level junior di Italia.

Ya, rasisme memang bukan barang baru di sepak bola Italia. Pada era 1990an, nama tenar seperti Paul Ince juga pernah mengalami pelecehan rasis.

Jika diibaratkan sebagai sebuah tumbuhan, rasisme sudah mengakar kuat dan berbunga lebat di belantika sepak bola Italia. Lantas, apa yang mengakibatkan hal tersebut bisa terjadi?

Jika melihat dari sejarahnya, rasisme memang sudah melekat di kehidupan sosial masyarakat Italia. Pada era 1930an, di bawah pimpinan Benito Mussolini, terdapat undang-undang yang melegalkan praktik persekusi terhadap penduduk Yahudi Italia dan melarang imigran masuk ke negara yang berbatasan langsung dengan Perancis tersebut.

Sedangkan di era modern, pada 2017, survei yang dilakukan oleh Pew Research Center menunjukkan bahwa Italia merupakan negara paling rasis di Eropa Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun