Mohon tunggu...
Muhamad Ibadurahman
Muhamad Ibadurahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis Mahasiswa

"Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator." (H.O.S. Tjokroaminoto)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memaknai Sumpah Pemuda di Era Disrupsi

27 Oktober 2021   10:11 Diperbarui: 27 Oktober 2021   10:18 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tanggal 27-28 Oktober 1928 silam, seluruh perwakilan pemuda yang ada di tanah air berkumpul dan berikrar. Pada saat itu para pemuda Indonesia hadir dalam Kongres Pemuda Kedua di Jakarta yang diprakarsai oleh Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI). Pada kongres kedua ini melahirkan rumusaan hasil kongres yang disebut "Sumpah Pemuda".

Pada tanggal 28 Oktober 1928 menjadi catatan sejarah bagi perjalanan bangsa Indonesia, karena para pemuda di seluruh Indonesia mempertaruhkan jiwa raga untuk bangsa Indonesia dan bersatu padu memperkuat diri demi kemerdekaan yang dicita-citakan. Kondisi ketertindasan yang mendorong para pemuda pada saat itu membulatkan tekad untuk berjuang mengangkat harkat dan martabat rakyat Indonesia.

Dari kejadian Sumpah Pemuda inilah awal kelahiran bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia berhasil keluar dari belenggu jeratan kolonialisme yang faktor utamanya adalah bangsa ini masih mengutamakan fanatisme kedaerahan selama tiga abad. Para pemuda menyatukan barisan untuk memperjuangkan kemerdekaan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Adapun isi teks hasil sumpah pemuda sebagai berikut :

  • Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia
  • Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia
  • Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi Bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

Dari sepenggalan ikrar diatas dapat pahami bahwa bagi bangsa Indonesia, sumpah pemuda merupakan suatu komitmen bersama untuk bersatu melawan penjajah, memerangi kemiskinan, kelatarbelakangan, dan kebodohan bidang pendidikan. Sehingga pada peristiwa inilah yang membuka pintu bagi para pejuang hingga mencapai kemerdekaan Republik Indonesia.

Sayangnya zaman kian hari kian berubah. Waktu terus melaju, perkembangan demi perkembangan semakin dapat dirasakan, betapa kemajuan ini bukanlah tanpa resiko, melainkan menuntut adanya konsekuensi yang harus segera dilakukan seiring dengan perubahan yang ada. Setelah melewati tahun 2020 M, banyak masyarakat yang mengatakan pada tahun 2020 merupakan tahun dimulainya disrupsi. Dimana banyak hal baru terjadi dan bermunculan. Dilihat dari kondisi dan kejadian inilah yang melatar belakangi banyak orang menyebutkan di tahun 2020 merupakan era disrupsi.

Perubahan besar dan mendasar terjadi hampir di setiap bidang kehidupan. Kini cara manusia hidup dan menikmati kehidupan sama sekali berbeda dengan era sebelumnya. Perubahan itu memberi peluang sekaligus tantangan kepada seluruh elemen masyarakat termasuk pemuda.

Oleh sejumlah ahli mengatakan dalam era disrupsi ini perubahan tidak terjadi secara bertahap seperti orang meniti tangga. Perubahan era itu lebih menyerupai ledakan gunung berapi yang meluluhlantahkan ekosistem lama dan menggantinya dengan ekosistem baru yang sama sekali berbeda.

Institusi bisnis adalah "korban" yang terdampak paling cepat. Puluhan perusahaan besar yang mapan tumbang dalam waktu singkat akibat muncul pesaing baru yang tak teramalkan sebelumnya. Inovasi yang berkesinambungan tak cukup membuatnya selamat dari ledakan perubahan yang massif dan di luar dugaan itu.

Perubahan utama dari munculnya disrupsi yakni sejak hadirnya teknologi digital, yang mengubah sistem di Indonesia maupun global. Perkebangan teknologi ini mampu menggantikan pekerjaan manusia karena platform digital mampu meengubah produksi, distribusi, dan iklan di media. Tidak hanya itu, perubahan ke sistem digital menimbulkan kegiatan aktivitas manusia lebih menunjuk ke arah eksperimen teknologi digital.  

Masyarakat juga lebih menikmati dengan dunia digital tersebut, misalnya informasi-informasi yang ditampilkan secara konventional sekarang sudah tidak lagi ditampilkan dengan cara begitu tetapi sudah di dalam dunia digital. Pekerjaan jual beli sudah dalam genggaman, semuanya dapat tersajikan cukup dalam smarth phone.

Namun sebagian masyarakat Indonesia yang masih awam terhadap teknologi masih belum dapat beradaptasi dengan sistem tersebut. Mereka masih merasa keberatan yang akhirnya banyak terjadi keresahan di masyarakat tentang sistem baru yang mereka hadapi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun