Mohon tunggu...
Muhamad Ramdhani
Muhamad Ramdhani Mohon Tunggu... Aktor - Pemula

@donii_il

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Helltown

27 Februari 2020   01:00 Diperbarui: 27 Februari 2020   01:02 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Akhirnya kita kembali ke kota tanpa hambatan sedikit pun. Ternyata di hutan tak seburuk kedengarannya. Memang situasinya menyeramkan, tetapi aku merasa biasa saja saat berada disana. Aku justru merasa lebih hidup setelah pencarianku bersama seorang teman. Baru kali ini, aku akhirnya bisa merasakan lagi apa itu kekeluargaan. Karena kita saling melengkapi dan membutuhkan. Satu hari bersamanya, ternyata telah membawa perubahan dalam hidupku. Aku senang bergaul dengan orang yang memiliki pemikiran yang sama denganku. ... Hari yang melelahkan. Kita kembali ke rumah masing-masing. Mengistirahatkan segala hal yang dirasa melelahkan. Kita butuh tenaga untuk hari esok. Mungkin besok, kita akan lebih melelahkan dibandingkan hari ini. Aku tertidur sangat lelap. Tak memikirkan dinginnya udara yang biasanya selalu menusuk. Aku melupakan segala ketakutan didalam pikiranku tentang makhluk itu yang biasanya selalu terus menerus terpikir. Namun kali ini tidak. Keesokan harinya aku dan Joy kembali masuk ke dalam hutan. Menurutku ini akan berjalan baik-baik saja. Saat sudah sampai di rumah tua, kita tak masuk ke gudang yang kemarin masuki. Melainkan kita langsung masuk ke dalam rumah itu. Rumah yang besar. Rumah tua tak berpenghuni yang sudah terbengkalai, tak terurus, dan menjijikan. Kita berdua masuk lewat pintu bagian depan. Pintunya tak dikunci. Saat pertama kali melihat bagian dalam rumah. Dalamnya sangat megah, tetapi begitu tak terurus seperti sudah ditinggalkan puluhan tahun. Sangat disayangkan. Kiranya rumah ini bisa menampung orang sekitar 200 orang. Yang sekarang aku cari adalah makhluk itu. Hanya ingin tahu saja. 

Aku harap yang aku lakukan saat ini dapat merubah kota agar menjadi lebih baik lagi. Aku dan Joy mulai menyusuri rumah ini. Kami mulai dari ruangan yang ada di bagian bawah. Ruangan demi ruangan kita masuki, tetapi tak ada apa-apa di dalamnya. Kemudian kami ke bagian atas. Ruangan diatas tak sebanyak ruangan di bawah, tetapi ruangan diatas berisi barang selayaknya kamar pada umumnya. Saat telah berada di ruangan terakhir kami melihat seperti ada sesuatu yang aneh di ruangan ini. Aku bisa merasakannya. Kami mulai mencari-cari. "Joy apa kau menemukan sesuatu?" Tanyaku. "Belum, hanya beberapa buku ilmiah disini. Sepertinya pemilik rumah ini adalah ilmuwan sepertiku, juga sepertimu. Hehe..." Candanya. "Sekarang bukan waktunya untuk bercanda." Saat aku sedang melihat dinding, aku melihat seperti ada tali yang mengarah pada sebuah laci. Saat kubuka lacinya didalamnya ada sebuah tuas kecil. Akupun menarik tuas tersebut dan kemudian rak yang sedang Joy lihat seketika berputar. Ada setengah bulatan disekitar rak bukunya. Kemudian aku meminta Joy untuk berdiri di bulatan itu. Kutarik kembali tuasnya. Lalu Joy berputar menghilang ke dalam dinding. Setelah dia berada didalam, dia pun berteriak, "Cloe disini juga ada tuas. Mungkin ini juga bisa untuk memutar dindingnya. Kau berdirilah dibulatannya." Akupun bergegas berdiri didepan rak. Kemudian raknya berputar. Ruangan yang cukup besar untuk sebuah tempat persembunyian atau tempat rahasia. Kulihat banyak sekali buku dibagian dindingnya, hampir bisa disebut dinding buku. terdapat pula dua komputer yang terkoneksi langsung pada CCTV. Akupun bergegas memeriksa rekaman video didalamnya. 

Tahun belakangan ini tak ada video yang menunjukan hal-hal janggal. Tetapi setelah ku putar mundur sekitar 10 tahun yang lalu, akupun menemukan sebuah aktifitas sepasang suami istri yang sepertinya sedang dalam keadaan bahaya. Mereka berdua kelihatannya sedang dikejar seseorang. Lengkap dengan persenjataan yang berada di genggaman mereka. Aku kira mereka tidak dikejar oleh seseorang, tetapi mereka dikejar oleh sesuatu. Mereka berdua berlari memasuki rumah, keadaan kacau. Mereka mengunci semua pintu dan menutup semua jendela. Tetapi betapa tercengangnya aku sampai-sampai mengagetkan Joy. Kemudian Joy datang menghampiriku dan menanyakan keadaanku, "Ada apa Cloe? Jawab aku." Aku tak bisa berkata-kata. Aku baru saja melihat sesosok makhluk yang aku lihat sore itu. Ternyata itu nyata. Aku tak percaya semua ini. Dalam video, makhluk itu kelihatannya sedang mengintai sepasang suami-istri itu. Entah apa yang mereka berdua lakukan sehingga membuat makhluk itu marah. Tak henti-hentinya aku melihat ke monitor. Suasana diluar dan didalamnya sangat menegangkan. Jauh lebih menyeramkan dibandingkan menonton sebuah film horror. Mereka berdua terlihat bergegas menuju ke ruangan ini. Tapi tunggu dulu, sepertinya aku melihat seorang bayi yang sedang tertidur dikasur. Ya tidak salah lagi, itu memanglah seorang bayi. Sang istri bergegas memangku bayi itu, sedangkan suaminya sedang menelfon seseorang. Seperti sedang meminta bantuan. Keadaan sangat panik dan sangat kacau. Mereka menyimpan bayinya diruangan ini. Tepat berada ditengah bulatan. 

Mereka sempat menulis sesuatu dan menyelipkannya pada selimut bayi tersebut. Mereka berdua berlari kebawah menuju halaman belakang. Kemudian masuk ke hutan sambil berteriak, memancing perhatian. Pasangan itupun mengorbankan diri mereka agar anaknya aman. Makhluk itu mengejar mengikuti pasangan tersebut ke dalam hutan. Keesokan harinya ada seorang lelaki yang kemudian memasuki rumah ini. Mengenakan sebuah topeng dan berpakaian seperti seorang petani. Membawa bayi dari tempat ini. Aku yakin bahwa orang ini adalah orang yang kemarin ditelfon oleh ayah dari bayi tersebut. ... Disini aku melihat ketidakasingan dengan pakaian yang di pakai oleh orang itu. Terutama topengnya. Sangat familiar seperti sesuatu yang sering aku lihat, namun lupa dimana aku sering mendapati topeng itu. Tapi saat ini bukanlah waktunya memikirkan hal tersebut. Bayi itu dibawa keluar oleh orang tersebut, menuju kearah kota. Sudah dapat dipastikan bahwa dia adalah orang baik yang ingin menyelamatkan bayi itu dari bahaya yang mengintai. Setelah videonya habis, akupun langsung memindahkannya pada ponselku agar mudah untuk melihatnya kembali. Satu bukti telah kudapatkan, bukti apa lagi yang selanjutnya akan aku dapatkan. Aku berharap tak akan mendapatkan banyak hambatan. Walaupun aku tahu bahwa ada sesuatu yang selalu mengintai kita berdua diluar sana. Tetapi, rasa penasaranku mengalahkan segala ketakutanku. Sekarang aku hanya bisa berharap bahwa Joy akan tetap menemaniku apapun yang terjadi. Dirasa telah mendapatkan informasi yang cukup, maka akupun mengakhiri ekspedisiku hari ini. Akan kumulai esok hari dengan semangat yang lebih dari pada hari ini. Namun ada satu masalah yang membuat gerakku untuk mencari informasi menjadi terbatas. Perkerjaanku. 

Aku harus berhenti dari pekerjaanku yang saat ini, tetapi dengan alas an yang labih logis. Aku tidak bisa seenaknya berhenti dari pekerjaanku saat ini. Aku harus mencari seseorang yang dapat menggantikanku sebagai penjaga toko. Namun pertanyaanya adalah siapa? Siapa juga yang mau bekerja di tempat seperti itu. Gaji kecil, atasan yang kasar, melakukan segala hal yang membuat kita kelelahan. Mungkin ada satu orang, tapi aku tak tahu apakah dia mau atau tidak. Dia pasti akan menolak bila aku tawari, tapi orang tuanya tidak. Secara dia adalah seorang pengangguran. Siapa juga yang mau melihat anaknya setiap hari yang pekerjaanyan hanya berbaring di tempat tidur, bermain game consol, dan memenuhi kebutuhannya dari biaya orang tua. Aku punya rencana. Aku tidak akan berbicara padanya, melainkan aku akan berbicara langsung pada orang tuanya. Pasti orang tuanya sangat setuju dan sangat berterima kasih karena aku telah memberi dia pekerjaan. Sesuatu yang layak dicoba. Akhirnya aku bersama Joy langsung ke rumahnya hari itu juga. Namanya Libra. Dialah target aku untuk ku pekerjakan. Dia adalah seseorang yang sangat pemalas, mungkin tingkatan rasa malasnya melebihi rasa malasku. Aku dan Joy sudah berada di depan rumahnya. Aku sudah memberi tahu rencana ini pada Joy. Dia pikir aku terlalu terobsesi dengan hal yang sedang aku lakukan saat ini. "Tok..Tok..Tok.." Ku ketuk pintu rumahnya. Dia pun keluar dengan muka datar dan langsung menanyakan apa maksudku. Aku berusaha untuk menyembunyikan semuanya pada Libra, karena aku tahu bila aku menanyakannya langsung padanya pasti dia akan menolak. "Orang tuamu ada di rumah?" Tanyaku. "Tidak, meraka tidak...," Saat dia sedang berbicara kemudian ada yang memotong pembicaraanya dari dalam rumah. Ternyata itu Ibunya. Dia berusaha membohongiku. Dia tahu bila aku datang ke rumahnya pasti akan ada hal yang akan aku tawarkan dan sangat merugikan dirinya. Tapi yang aku lakukan saat ini juga adalah demi kebaikan kota ini. Jadi maafkan aku Libra karena akan menjadikanmu sebagai seorang pengganti selama aku mengungkap masalah ini. ", Huhh.. silahkan masuk. Aku memaksa." Dengan nada yang agak kesal. "Bukan dirimu yang memaksa, tetapi Ibumu." Gurauku. 

Saat aku masuk Ibunya tersenyum semeringah saat melihatku. Tetapi dia agak kebingungan karena aku membawa seseorang yang tidak dia kenal sebelumnuya. Lantas dia pun bertanya, "Siapa pria tampan yang kau bawa Cloe?" "Dia temanku, namanya Joy." Kataku. "Apa kau yakin bahwa dia temanmu?" Dengan nada seperti menggodaku. "Ya, aku yakin. Tapi tujuanku datang kesini adalah untuk menawarkan pekerjaan pada anak Tante, Libra. Untuk bekerja di toko." "Benarkah, itu berita yang sangat bagus Cloe. Kami terima." Mendengar pernyataan dari Ibunya dia hanya bisa terdiam. Menerima segala keputusan yang diberikan. Meskipun aku telah berhasil membujuk Ibunya tetap saja aku merasa bersalah karena telah mempekerjakan dia di tokoku. Tapi aku tak punya pilihan lain lagi selain menjadikan dia sebagai alat pengganti. "Kalau begitu kapan dia bisa mulai bekerja?" Tanya Ibunya. "Besok Tante. Besok dia bisa langsung bekerja. Pekerjaan yang akan dia lakukan akan aku beritahukan langsung pada Libra. Peralatan dan perlengkapan dari mulai baju sampai trasportasi untuk Delivery Order sudah aku siapkan." "Bagus kalau begitu. Aku sangat senang akhirnya dia bisa bekerja. Terima kasih Cloe." Ucapnya dengan perasaan gembira. "Oke tidak masalah Tante. Selama dia mengikuti prosedur yang di berikan, dia akan baik baik saja." Setelah dirasa semua persiapan cukup, aku dan Joy kembali ke rumah masing-masing. Rumah terasa sangat berantakan, akupun membereskannya dengan cepat karena nanti malam aku akan ke toko untuk memberitahu Bibi bahwa aku akan berhenti dari pekerjaan di toko. Setelah semua dibereskan, aku pun lekas pergi ke toko dengan berjalan kaki. 

Saat sudah sampai di toko, aku langsung naik ke lantai dua untuk menemui Bibi. Kelihatannya dia sedang memegangi sebuah peti berukuran sedang yang berisi banyak sekali kertas seperti robekan buku, foto, dan tulisan tangan yang sangat tidak asing bagiku. Itu seperti tulisan tangan Pamanku. Aku dapat mengetahuinya karena aku sering membantunya menjaga toko dan mengantarkan pesanan yang Paman tulis ke dapur, untuk selanjutnya dibuatkan pesanannya oleh Bibi. Bibi kelihatannya sedang sedih. Aku pun mendekatinya, ia melihatku dengan muka yang sangat sedih. Wajahnya yang cantik tergores bekas kerutan. Dia kemudian memeluku degan sangat erat, seperti ingin memberi rasa sedihnya kepadaku. Saat dia sudah merasa tenang, aku pun mulai berbicara tentang pengunduran diriku dari pekerjaan ini. Tanpa disangka-sangka dia pun melepaskanku begitu saja. Tak seperti biasanya yang memiliki sifat pemarah, sekarang dia terlihat seperti sudah memaklumi keputusanku. Dia mengatakan bahwa dia tahu kalau aku sudah tidak betah lagi dengan pekerjaanku saat ini. Aku sangat terkejut dengan jawaban yang dia berikan kepadaku. Saat dia tertidur, aku melihat peti itu terbuka. Lantas aku pun langsung membukanya. Melihat semua foto lama yang sudah usang. Tapi tunggu dulu, aku melihat latar dari foto itu adalah rumah tua di dalam hutan. Apakah Bibi tahu sesuatu mengenai hal ini. Bila aku menanyakannya sekarang, mungkin bukanlah waktu yang tepat. Lagi pula masih ada hari esok untuk aku tanyakan kepada Bibi. Aku membawa foto itu dengan harapan dapat mengetahui sesuatu lebih dalam mengenai semua ini. 

Tanpa berpamitan aku pun langsung pulang dengan membawa satu bukti yang dapat membawaku kepada segudang informasi yang aku butuhkan. Satu demi satu bukti telah aku dapatkan. Karena merasa lelah yang teramat sangat, aku pun tertidur dengan lelapnya. Keesokan harinya aku terbangun dengan foto itu digenggamanku. Aku terbangun oleh ponsel yang bordering di meja. Ternyata ini telfon dari toko, aku pun mengangkatnya. Bibi menyuruhku untuk datang ke toko sekarang juga. Lantas aku pun langsung datang ke toko dan menghadap Bibi. "Cloe, mengapa Libra bekerja di sini? Bisa kau jelaskan padaku apa yang terjadi?" Tanyanya. "Jadi begini, aku memutuskan untuk cuti dari pekerjaanku dalam beberapa minggu. Aku mempekerjakan Libra karena dia tidak punya pekerjaan. Dia pengangguran. Bukankah lebih baik bila ada yang membantu pekerjaan kita disini." "oke, itu tidak masalah. Tapiapa yang membuat kau mengambil cuti selama itu?" Tanyanya heran. "Aku ada urusan bersama Joy," "Urusan apa? Siapa Joy?" Aku menjelaskan semuanya pada Bibi. Apa yang akan aku dan Joy lakukan, semuanya aku jelaskan secara detail. Karena aku rasa ini adalah jalan yang terbaik. Sebaiknya Bibi tahu sekarang daripada nanti, karena itu hanya akan menambah masalah yang lebih besar. Aku tidak ingin bila itu terjadi. Setelah kujelaskan semuanya Bibi hanya tersenyum tipis. Kemudian dia menyuruhku mengikutinya. Dia memberiku peti kemarin. Dia mengatakan bahwa dia tahu aku telah mengambil satu foto dari dalam peti tersebut. "Bawa ini dalam perjalananmu, ini akan membantu. Tetap hati-hati karena dia selalu mengintai setap aktivitas yang kita lakukan." Bibi telah menambah kepercayaan diriku. Aku semakin bersemangat untuk menguak semua misteri yang terjadi di kota ini. Saat aku berbincang dengan Bibi terlihat Libra sedang menguping. Dia memahami apa yang akan aku lakukan. Dia memberi nasihat dan menyuruhku untuk tetap berhati-hati. Aku pun lega karena semua orang akhirnya bisa memahami jalanku. 

Setelah semuanya sudah kusampaikan. Aku pun langsung mendatangi rumah Joy. Setelah sampai di rumahnya kelihatannya dia sedang membereskan barang. Begitu berdebu dan sangat usang. Aku berinisiatif untuk membantunya dan merapihkan semua barangnya. Dia pun tersenyum. Baru aku sadari bahwa dia lumayan tampan juga. Kulitnya yang putih besih, giginya yang rapi, tinggi semampai. Maksudku, wanita mana yang tidak suka pada pria seperti dia. Aku rasa aku menyukainya. Aku harus bisa menahan rasa sukaku padanya demi kebaikan kota ini. "Ngomong-ngomong hari ini aku ulang tahun loh." Kataku. "Sungguh. Kalau begitu sebelum kita ke hutan, aku akan mentraktirmu. Kau boleh meminta apa pun yang kau mau." "Wihh...terima kasih ya. Aku belum pernah diberi hadiah oleh siapapun sebelumnya." "Kalau begitu aku akan jadi orang pertama yang membelanjakanmu banyak barang." Dia tipe orang yang sangat respect, aku juga kagum padanya karena dia juga sangat cekatan dan telaten dalam melakukan segala hal. Tidak aneh bila dia bisa menjadi detektif dan juga ilmuwan muda. Aku sangat berharap banyak padanya. Tak terasa barang yang kita bereskan telah selesai. Dia mengucapkan terima kasih atas bantuanku. Yang aku lakukan saat ini sangatlah jauh dengan apa yang telah dia lakukan kepadaku. Kita pergi ke supermarket untuk menepati semua janjinya untuk membelanjakanku banyak barang. Aku mengambil semua barang yang sekiranya akan aku perlukan saat aku berada dihutan. Terutama dari ancaman makhluk itu yang sewaktu-waktu bisa saja menyerang kita. "Kau wanita yang aneh." Katanya sambil tertawa kecil. Aku hanya tersenyum mendengar perkataan dia. Wanita mana yang tidak meleleh saat disenyumi pria tampan sepertinya. Aku membeli pisau, panah, dan tali untuk berjaga-jaga kalau misalkan makhluk itu datang jadi aku sudah prepare. 

Saat sudah membeli perlengkapan, kita langsung pergi masuk ke dalam hutan. Kabut yang sangat tebal menyelimuti kota dan hutan ini sudah sejak lama sekali. Rumah tua itu tak berubah, hanya saja kotor dan tak terurus. Aku membawa peti yang Bibi berikan, karena setelah kulihat ada kertas yang menunjukan letak senjata yang mereka sembunyikan di rumah tua ini saat mereka tinggal di sini. Ada juga kertas lainnya yang berisi kode angka. Aku pikir itu adalah sebuah brankas tempat menyimpan persediaan. Mulai dari peluru, makanan, dan lain sebagainya untuk bertahan hidup. Pesoalannya adalah dimana letak brankas itu. Karena percuma saja bila sebuah senjata tanpa adanya amunisi. Dibagian belakang kode hanya ada teka-teki yang aku sendiri tidak tahu jawabannya. Teka-tekinya berbunyi, "Saat siang kau pergi, Saat malam kau datang. Bila kau bersamaku, Kau tidak ingat waktu." Lantas aku pun meminta Joy untuk menemukan jawabannya. Dengan cepat dia dapat menjawab pertanyaan sulit itu. "Jawabannya tempat tidur." Dengan cepat dia dapat menjawabnya. Aku pun langsung memeriksa tempat tidur yang sedang aku duduki. Saat ku periksa bagian bawah tempat tidur ternyata benar saja brankasnya ada disana. Tanpa berpikir panjang aku pun langsung memasukan kode pada brankas. Dan akhirnya brankas pun terbuka. Didalamnya berisi banyak amunisi dan makanan yang sudah lama sekali. "Akan kau gunakan untuk apa senjata-senjata ini?" Tanya Joy. "Sudah jangan banyak bicara. Nih, kau pegang satu. Aku yakin kau bisa menggunakannya. Secara kau adalah mantan detektif." "Jelas aku bisa, tapi untuk apa?" "Untuk berjaga-jaga sekiranya kau memerlukan." Ucapku hati-hati. "Dari apa?" "Setelah kau melihat semua video itu, kau belum paham juga. Sekarang aku meragukan kejeniusanmu." Kataku dengan nada bercanda. Aku bertanya pada Joy apa yang dia ketahui tentang Mutan. 

Aku sendiri tidak tahu apakah Mutan itu manusia atau hewan. Yang jelas aku sekarang mempunyai sumber dari segala informasi yaitu Joy. Tapi aku heran dengan awal kedatangannya ke kota ini. Bukannya dia menanyakan sesuatu tentang suatu Makhluk yang menghuni hutan. Tetapi sekarang dia seperti seolah-olah tidak mengetahuinya. Bukankah aneh bila dipikirkan. Tanpa berpikir panjang aku pun menanyakan tujuannya datang kesini. "Joy aku ingin menanyaimu satu hal. Sebenarnya apa tujuanmu datang ke kota ini?" "Akhirnya kau menanyakan hal itu juga. Jadi tujuanku datang kesini adalah...," Dia menceritakan semuanya padaku. Ternyata tanpa disangka-sangka orang tua dia telah meninggal oleh Mutan itu. Karena itu dia ingin balas dendam pada makhluk itu. Karena makhluk itulah dia tidak tahu orang tuanya. Sulit dipercaya bahwa aku dan Joy ternyata senasib. Kita menjalani hidup tanpa didikan dari orang tua kandung kita sendiri. Kami kesampingkan dulu hal-hal seperti itu. Yang dapat membuat kita mengenang masa lalu kembali. Karena itu bukanlah hal yang terpenting untuk saat ini. Kita mulai memfokuskan tujuan untuk dapat memburu makhluk itu. Sebab makhluk itulah kota ini menjadi tak aman. Kita mulai merancang strategi untuk menaklukan makhluk itu. Menurut data dia tinggal diujung sungai. Lawan arus sungai maka kita akan menemukan huniannya. Beberapa meter dari rumah ini terdapat sungai yang arusnya kecil. Sungai itulah sebagai sumber air bagi kota kecil ini. Lantas kita pun langsung menuju ke tempat itu, kita sudah siapkan persenjataan tang lengkap untuk melindungi diri. Tidak ada kata takut lagi untuk bertemu dengannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun