Mohon tunggu...
Muhamad Mustaqim
Muhamad Mustaqim Mohon Tunggu... Dosen - Peminat kajian sosial, politik, agama

Dosen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemuda dan Reduksi Nasionalisme

26 Oktober 2018   14:15 Diperbarui: 26 Oktober 2018   14:23 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.vecteezy.com

Para leluhur bangsa ini telah memberikan segalanya untuk tanah air  yang sekarang kita tempati. Kecintaan mereka kepada tanah air dan bangsa, mengalahkan cinta mereka kepada keringat, air mata, darah dan nyawa mereka sendiri. Semangat nasionalisme para leluhur kita telah mampu mengobarkan semangat juang untuk mengokohkan cita-cita kemerdekaan yang sekarang kita nikmati.

Saat ini semangat nasionalisme tersebut seakan menjadi slogan belaka. Nasionalisme hanya menjadi kata pengantar sambutan pada pidato peringatan kenegaraan. Semboyan nasionalisme hanya sekedar menjadi bumbu penyedap dalam kampaye-kampanye pengatas-namaan yang dilakukan oleh para elit. Bahkan terkadang nasionalisme dimanfaatkan sebagai tameng bagi pengerukan kekayaan tanah air. Semangat nasionalisme hari ini telah menjadi simbol yang jauh dari pengamalan.

Pada generasi muda, nasionalisme hanyalah catatan-catatan pelajaran yang hampa makna, teks-teks buku yang mudah dihafal, namun sepi dari substansi kandungannya. Di sinilah boleh jadi letak kesalahan bangsa ini. Mana mungkin bangsa ini akan menjadi baik, jika bangsa ini kehilangan cinta oleh para warga dan pengelolanya?  Kecintaan terhadap bangsa, adalah modal utama untuk membangun. Nasionalisme sejati, akan mampu mengantarkan bangsa ini ke gerbang kebesaran dan kemajuan hakiki.

Sejarah telah memberikan pelajaran bagi kita, bahwa bangsa ini hanya bisa bangkit, bersatu, merdeka dan berubah, selalu dimulai dengan semangat kecintaan kepada bangsa. Semangat nasionalisme ini merupakan lokomotif untuk mampu memberikan tenaga penuh kepada seluruh komponen bangsa ini untuk bangkit bersatu, merdeka dan membangun. Dan boleh jadi, keterpurukan bangsa ini terjadi oleh karena para komponen bangsa ini mulai melupakan nilai dan semangat nasionalisme tersebut.

Dari sinilah perjuangan berat ini dimulai. Yakni menanamkan semangat nasionalisme sejati kepada para penerus perjuangan bangsa ini. Dan Pemuda adalah harapan tunggal yang diidamkan mampu mengantarkan bangsa ini menuju gerbang kemajuan dan kesejahteraan rakyatnya. Sejarah mencatat, bahwa berbagai perstiwa besar bagi sejarah bangsa ini, senantiasa melibatkan pemuda (terdidik) sebagai lokomotif penggeraknya. Penanaman semangat, nilai dan sikap nasionalisme yang hakiki kepada para pemuda, adalah awal untuk mulai merengkuh kembali bangsa yang pernah besar dan jaya ini.

Saat ini kita sedang memasuki era yang benar-benar berubah. Era informsi dan komunikasi, sebagaimana yang pernah diramalkan oleh Futurolog terkenal Alfin Tofler merupakan babak akhir dari revousi peradaban manusia. Era informasi dan komunikasi menurut tesis Toffler merupakan bentuk akhir dari dua era sebelumnya, yakni gelombang pertanian dan gelombang industri. Era ini meniscayakan semakin tergerusnya sekat antar bangsa. Batasan geografis antar Negara seakan luluh oleh gebrakan maha dasyat era ini.

Hal ini kemudian berdampak bagi terkikisnya kecintaan kepada bangsa dan negaranya sendiri.  Orang kemudian berfikir secara modern, yakni memilih sesuatu secara efektif dan efisien, khususnya dalam kacamata ekonomi. Yang itu boleh jadi merupakan sesuatu yang datang dari luar, serta bertentangan sekaligus merugikan kepentingan dalam negeri. Inilah ancaman hebat generasi muda abad ini.

Mulai dari life style sampai pada budaya konsumerisme selalu mengacu pada standar global. Hal tersebut serta merta berdampak pada budaya dan produk dari dalam negeri. Secara perlahan namun pasti, kalau hal ini dibiarkan, maka bangsa kita akan menjadi bangsa terasing di tengah bangsanya sendiri. Bukankah jika gaya hidup,  pemikiran, sampai pada komsumsi produk sudah tidak dari bangsa sendiri, kita adalah bangsa asing?

Reaktualisasi Sumpah Pemuda

Semangat nasionalisme harus kita bangun mulai hari ini, dan detik ini. Pemuda  yang matang sikap nasionalismenya akan mampu membawa masa dapan bangsa ini ke gerbang kejayaan. Dengan sikap nasionalisme, pemimpin bangsa ini akan menjadi pemimpin yang bijak, yang senantiasa mengutamakan kepentingan bangsanya di atas kepentingan lainnya. Sumpah Pemuda dalam hal ini adalah legitimasi historis, bagaimana nasionalisme mampu membangun komitmen kebangsaan yang tangguh.

Pemimpin bangsa ini ke depan, merupakan pengabdi bangsa ini, bukan penguasa. "Sayyid al qaumi khodimuhum" pemimpin suatu kaum adalah pelayan kaum tersebut, begitu bunyi sebuah adagium. Bangsa ini sangat merindukan seorang pemimpin yang bersedia secara tulus mengabdi pada bangsa, melayani rakyat serta semua komponen yang ada dalam kesatuan organisasi yang bernama Negera Kesatuan Republik Indonesia. Jika hal itu terwujud, bukanlah mustahil, suatu saat kita akan menjadi bangsa yang jaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun