Mohon tunggu...
Muhamad Mustaqim
Muhamad Mustaqim Mohon Tunggu... Dosen - Peminat kajian sosial, politik, agama

Dosen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

NU, Santri dan Komitmen Kebangsaan

22 Oktober 2018   07:40 Diperbarui: 22 Oktober 2018   07:49 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Martin Van Bruinessen, seorang peneliti Islam Indonesia asal Belanda dalam sebuah diskusi pernah menganggap Nahdhotul Ulama (NU) sebagai organisasi yang unik. Hal ini karena NU hanya diikuti oleh orang-orang Indonesia. Padahal NU merupakan ormas Islam terbesar di Indonesia -- bahkan dunia- , namun hanya memiliki anggota dari orang Indonesia. Jikalau ada anggota NU yang dari luar negeri, itupun adalah orang  Indonesia yang tinggal di sana.

Argumentasi Martin ini sebenarnya menegaskan bahwa NU adalah Indonesia. Keberhasilan NU merepresentasikan Islam Indonesia sebagai Islam yang ramah dan toleran adalah sebuah kearifan kebangsaan. Pada titik ini, NU tidak pernah menancapkan ideologinya di kancah internasional, sebagaimana kemunculan ideologi trans-nasional yang akhir-akhir ini marak. 

Sebagai organisasi terbesar di Negara berpenduduk Muslim terbesar, NU tidak serta merta kemudian menjalarkan hegemoninya ke berbagai pelosok dunia. Hal ini barangkali dilandasi oleh prinsip kebangsaan yang teguh, dalam membangun keberagamaan yang membumi di Indonesia.

Sejak awal, NU merupakan jamiyaah ijtimaiyyah yang membangun gerakan keagamaan pada level yang paling bawah, masyarakat. Jika kita kembali menengok sejarah, kelahiran NU tidak lain karena keprihatinan akan upaya penghapusan kearifan lokal dalam keberagamaan masyarakat. 

Pada level internasional, Komite Hijaz diinisiasi sebagai upaya untuk melindungi kepentingan bersama ummat Islam dari ancaman gerakan Wahabisme di Saudi Arabia. Sehingga NU sebagai gerakan sosial kemasyarakatan berupaya "menyelamatkan" tradisi pribumi yang menjadi cara beragama masyarakat di Indonesia.

Politik Kebangsaan NU

Ada beberapa bukti sejarah, yang bisa diajukan sebagai argumentasi tentang politik kebangsaan NU ini. Pertama, Penetapan Dar al Islam. Dalam muktamar XI tahun 1938 di Banjarmasin, NU memutuskan bahwa Negara dan tanah air wajib dijaga menurut fiqih. Argumentasi yang digunakan, wilayah Nusantara, khususnya tanah Jawa pernah dikuasai sepenuhnya oleh ummat Islam melalui kerajaan-kerajaan Islam.

Kedua, resolusi jihad. Resolusi jihad merupakan maklumat yang disampakan NU kepada warganya untuk berjihad, berperang mengusir kedatangan Inggris di bumi Indonesia yang nota bene sudah memproklamirkan diri sebagai bangsa yang merdeka.  

Konsep dasar isi resolusi jihad adalah fardlu 'ain bagi setiap orang yang berada dalam radius 94 km dari episentrum pendudukan penjajah, untuk berjihad melawan penjajah.

Resolusi jihad mempunyai dampak yang besar bagi gerakan perlawanan terhadap Inggris di Surabaya. Puncaknya adalah tanggal 10 November 1945, yakni terjadi pertempuran super dasyat antara santri dan arek Surabaya melawan militer Inggris. Momentum besar tersebut sampai saat ini kemudian diabadikan sebagai hari pahlawan.

Ketiga, nasionalisme Piagam Jakarta. Piagam Jakarta, yang saat ini termanifestasi dalam Pembukaan UUD 1945, sebenarnya telah mengalami perubahan yang cukup signifikan dalam dasar teologi Negara Indonesia. Hal ini karena, dalam naskah Piagam Djakarta yang asli, terdapat tujuh kata yang menjadi kontroversi dan perdebatan para founding father kita, yakni Ketuhanan yang Maha Esa dengan menjalankan syariat Islam bagi para pemeluknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun