Agama senantiasa menjadi 'komoditas' manis yang mampu menarik perhatian. Sesuatu yang dibungkus agama, selalu tampak santun, agamis, berpahala dan sebagainya.
Hal ini yang kiranya juga berlaku pada tayangan televisi. Tayangan atau program yang dibalut dengan nuansa religi akan menampakkan sisi-sisi esoterik, yang mampu membangun ghirah dan motivasi beragama seseorang.Â
Namun tidak sedikit tayangan religi tersebut yang terkesan kamuflase, hanya sebatas tampilan sampul belaka. Beberapa aktris, presenter yang 'mendadak' religious, dengan tampilan balutan busana yang santri, kiranya hanya menuruti selera pasar penonton belaka.Â
Lebih dari itu, tidak ada efek religi dalam perilaku dan keseharian sang model. Sehingga agama benar-benar telah menjadi komoditas bisnis para pelaku program televisi.
Belakangan ini, dunia hiburan trelevisi kembali diramaikan dengan tayangan sinetron religi bertema "adzab".
Kebanyakan dari tayangan tersebut berisikan tentang balasan dari amal dan perilaku kehidupan lakonnya, kadang baik dan tidak sedikit yang buruk.
Judul-judul seperti "Tukang Tahu Bulat Tergoreng Dadakan", "Jenazah Gosong Disambar Petir", "Jenazah Koruptor Masuk Molen" dan sebagainya adalah sederetan contoh tayangan tentang fenomena ini.
Menjamurnya tayangan seperti ini, atau yang penulis istilahkan dengan sinetron religi, memang berawal dari sebuah niatan yang baik.
Ironisnya, semua tayangan tersebut seringkali mempromosikan diri "berangkat dari kisah nyata". Padahal secara faktual, hal-hal yang seperti ini jarang kita temukan.Â
Penulis sendiri secara pribadi tidak pernah menyaksikan langsung fenomena "pembalasan Tuhan" seperti ini. Dan di media pun, baik cetak maupun elektronik, "langka" memberitakan fenomena seperti ini, atau kalau ada, ya seribu satu macam.
Sangat tidak sebanding dengan tayangan TV yang banyak dan variatif, yang semuanya menyatakan sebagai kisah nyata.