Mohon tunggu...
Muhamad Mustaqim
Muhamad Mustaqim Mohon Tunggu... Dosen - Peminat kajian sosial, politik, agama

Dosen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengekspor Islam Moderat

24 Mei 2018   10:21 Diperbarui: 24 Mei 2018   10:34 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: @nahdlatululama --edited

Peristiwa Arabic spring, runtuhnya negara-negara Islam di Timur tengah perlu menjadi pelajaran bagi dunia Arab, dalam konfigurasi relasi agama dan kuasa. Sistem pemerintahan yang rata-rata non demokrasi, ditambah pemahaman keagamaan yang eksklusif telah mampu membawa negara di kawasan Timur Tengah ke dalam kekerasan dan perang saudara. 

Kecenderungan inilah yang kemudian dirasa oleh sebagaian tokoh dan ulama Timur Tengah untuk mencari format baru dalam kerangka relasi agama dan negara. Dan banyak tokoh yang kemudian tertarik untuk belajar pada format keberagamaan kaum muslim di Indonesia.

Mengapa Indonesia? Ada beberapa argumenasi. Pertama, Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia. Kedua, Dengan kondisi demografis sebagai mayoritas tersebut, Indonesia terbukti mampu mengatasi berbagai konflik sektarian, khususnya yang bernuansa agama. 

Jikalau ada konflik sektarian, itu sifatnya kecil,  sporadis dan hakekatnya bukan karena faktor agama. Ketiga, di Indonesia ada organisasi keagamaan terbesar yang menyokong kokohnya Islam damai dan moderat, yakni NU dan Muhammadiyah. Tiga alasan ini yang kiranya realistis, dalam rangka membangun puing-puing format keagamaan yang sudah luluh lantah karena konflik.

Format islam moderat, adalah platform yang kiranya bisa mereka ambil dari keberagamaan di Indonesia. Islam moderat dalam hal ini adalah bentuk keberagamaan yang menjunjung tinggi perbedaan, serta bersifat terbuka terhadap tradisi dan perubahan. Islam moderat adalah semacam "ideologi" yang nantinya mampu memayungi corak keberagamaan yang relevan dengan konteks di mana ummat muslim berada. Sebagai sebuah paradigma, Islam moderat akan memberikan prinsip-prinsip dasar bagaimana Islam dan muslim memahami realitas, sejarah, budaya dan peradaban di masa yang akan datang.

Nah, Islam moderat dalam hal ini ada beberapa tawaran indikator, yang nantinya akan menjadi semacam solusi dalam membangun keberagamaan yang moderat, toleran dan damai. Pertama, Islam moderat memahami perbedaan. Perbedaan adalah sunnatullah, hakekat dari penciptaan kelompok dan suku bangsa manusia. Islam memandang perbedaan sebagai bagian dari wahana untuk saling mengenal "li ta'arafu", dan hanya ketaqwaan lah yang mempunyai nilai di sisi Tuhan. 

Inilah mengapa di Indonesia agama-agama bisa hidup bersama dalam damai. Perbedaan firqah dan aliran keagamaan bisa saling menjalankan ajaran agamanya, tanpa takut terintimidasi. Meskipun akhir-akhir ini, fenomena teror dan takfiri mulai menjangkiti sebagain "oknum" pengikut aliran agama tertentu, namun kiranya tidak akan mampu mengoyak benteng kokoh yang telah dibangun oleh organisasi keagamaan arus utama.

Kedua, Respon terhadap kearifan lokal. Meskipun sifat agama yang transenden dan tidak meruang waktu, namun  al-Qur'an dalam sejarah penurunannya, senantiasa berdialog dengan konteks masyarakat lokal. Itulah mengapa banyak ayat-ayat dalam al-qur'an yang dimulai dengan kalimat "yas'alunaka": mereka bertanya kepadamu (Muhammad). 

Ini berarti teks agama senantiasa menjawab problematika masyarakat yang ada pada waktu itu. Harus dipahami bahwa agama memang bukan produk budaya, namun pemahaman terhadap ajaran agama kiranya memerlukan dialog dengan budaya.

Agama Islam di Indonesia, disebarkan melalui jalur damai. Dengan menggunakan media da'wah yang berbasis budaya dan kearifan lokal agama Islam mampu diterima dan berakulturasi ke dalam budaya masyarakat. 

Para Walisongo menyebarkan Islam dengan mengakomodasi tradisi dan budaya sekitar. Sunan Kudus misalnya, membangun menara masjid dengan arsitektur khas budaya Hindu, selain melarang Muslim untuk menyembelih sapi, sebagai penghormatan terhadap sakralitas sapi bagi ummat Hindu. Hal ini yang menyebabkan orang mau memeluk agama dengan sukarela, tanpa paksaan dan peperangan. Islam di Indonesia adalah Islam yang eklektik, terbuka, responsif terhadap lokalitas budaya dan dinamika modernitas yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun