Mohon tunggu...
Muhamad Mustaqim
Muhamad Mustaqim Mohon Tunggu... Dosen - Peminat kajian sosial, politik, agama

Dosen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dakwah Islam dan Tantangan "Islamophobia"

17 Mei 2018   14:50 Diperbarui: 18 Mei 2018   08:00 3804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aksi terorisme mengguncang lagi negeri ini. Islam kembali menjadi "agama tertuduh", mengingat para pelaku adalah muslim dan bermotif jihad. Beberapa negara telah menyikapi peristiwa ini dengan mengeluarkan travel advice, himbauan (larangan) kunjungan ke Indonesia. Meskipun aksi terorisme bukanlah merupakan ajaran Islam, namun prasangka dan prejudise ini sulit untuk dilepas. Di sinilah perlu dakwah islam yang toleran, untuk mengkonter stigma miring tentang islam dan teroris ini.

Kita memasuki sebuah era, di mana Islam dianggap sebagai sebuah kekuatan besar. Era itu, sebagaimana yang menjadi tesis Huntington disebut sebagai benturan antar peradaban (clash of civilization). Meskipun tesis ini tidak selamanya benar, namun kenyataan hari ini memposisikan ummat Islam sebagai sebuah ancaman. 

Berbagai prejudis dan stigma buruk yang disandangkan pada Islam, mulai dari aksi anarkis sampai pada bom jihad menjadi pembenaran atas tesis Huntington ini. Sampai sini, harus ada upaya untuk menunjukkan diri, bahwa Islam bukanlah seburuk yang diasumsikan banyak orang (lain).

Tujuan diturunkannya Islam adalah untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Hal ini mengindikasikan bahwa Islam merupakan agama yang cinta damai. Sehingga ajaran Islam ini harus disampaikan dengan cara yang damai pula. Dalam Islam, upaya untuk menyampaikan ajaran Islam ini dikenal dengan istilah dakwah.

Dakwah dalam hal ini memiliki peran yang signifikan dalam penyampaian ajaran Islam. Melalui dakwah, maka manusia akan tertarik pada ajaran Islam tersebut. Nilai-nilai Islam yang toleran dan cinta damai, harus tetap diposisikan sebagai pegangan utama bagi ummat Islam dakwah dalam berdakwah. 

Meski saat ini Islam dan kaum Muslim dicap sebagai "agama dan umat beragama" yang kekerasan.. Sebagai ujung tombak penyeru Islam, para juru dakwah harus tetap konsisten berdakwah dengan toleran sebagai usaha nyata menepis stigma tersebut. Dengan dakwah yang toleran itu diharapkan citra Islam dan kaum Muslim bisa pulih kembali dan dapat dirasakan dampaknya sebagai agama rahmatan lil alamin.

AboutIslam.net
AboutIslam.net
Islam Sebagai Tertuduh

Pasca Peristiwa 11 September 2001, Islam seakan-akan dijadikan kambing hitam sebagai agama yang radikal, bahkan mendukung terorisme. George Bush, Presiden Amerika Serikat kala itu, setelah peristiwa 11/9 tersebut mengobarkan "perang terhadap terorisme", yang bagi kaum muslim ini dianggap sebagai perang melawan Islam (Akhmed, 2003). 

Berbagai stereotipe terhadap Islam pun muncul, mulai dari praktek kekerasan dan intoleransi sampai pada perlakuan buruk kepada perempuan. Dunia (baca:Barat) hanya memadang Islam melalui Osama Bin Laden dengan al-Qaida-nya, atau al Bagdadi dengan ISIS-nya, sementara dunia Islam yang majmuk seakan diabaikannya.

Liputan media Barat terhadap Islam sampai sini kemudian menambah keterpurukan Islam. Banyak gambaran tentang Islam yang jauh dari kenyataan. Terlebih kaum orientalis yang melakukan kajian terhadap Islam tapi diiringi misi tertentu yang merugikan Islam. 

Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Edward Said (2002), bahwa Barat memposisikan Timur (orient), termasuk Islam sebagai bagian dunia yang mundur dan destruktif. 

Gambaran media dan propaganda yang tidak seimbang ini akhirnya melahirkan apa yang disebut dengan Islamfobia atau ketakutan terhadap Islam. Pada titik tertentu, Islamfobia ini mendorong timbulnya serangan-serangan terhadap kaum Muslim.

Berdakwah dengan Ramah

Melihat fenomena dunia yang seperti tersebut, maka ummat Islam harus mampu menghadirkan strategi dakwah yang lebih efektif. Di tengah stereotip yang semakin menyudutkan Islam, harus ada reformulasi strategi dakwah yang mampu menghadirkan karakteristik Islam yang sesuai dengan tujuan semestinya.

Dari sini, kiranya perlu untuk menghadirkan dakwah Islam secara ramah. Ada beberapa hal yang menjadi tawaran strategi, dalam membangun dakwah ramah ini. 

Pertama, prinsip Keteladanan. Meskipun secara bahasa dakwah berarti mengajak, yang merupakan kata 'aktif", namun dakwah dengan contoh merupakan dakwah yang "pasif". Mengapa dikatakan dakwah "pasif"? Karena kita hanya perlu untuk menata sikap dan prilaku kita, tanpa harus mengajak orang lain. 

Ketika kita mampu menghias diri kita sebagai individu ataupun komunitas yang baik, maka orang akan simpati  dan apada akhirnya mengikuti kita.

Rasulullah SAW adalah contoh konkrit dalam kaitannya dengan hal ini. Karena akhlak Rasulullah adalah akhlaq yang bersumber dari Al-qur'an. Dalam sebuah ayat dijelaskan bahwa, seandainya Rasulullah itu tidak lemah lembut, maka orang-orang pasti akan lari meninggalkannya. 

Dengan kelembutan, tanpa kekerasan, dan kasih sayang, maka orang akan semakin mendekat dan simpati kepada kita. Dakwah dengan kekerasan, walaupun berdalih amar ma'ruf nahi munkar hanya akan menjadikan orang lain semakin apatis dan menjauh dari kita. Islam yang ramah harus diawali dari membangu diri untuk menjadi suri tauladan bagi orang lain.

Kedua, prinsip toleran. Toleransi merupakan penghargaan terhadap orang lain atas perbedaan yang ada. Dalam era "benturan peradaban", maka toleransi adalah upaya untuk membuktikan bahwa tesis benturan antara Islam dan Barat adalah isapan jempol belaka. 

Jika Islam mau keluar dari 'yang tertuduh' maka Islam harus menunjukkan niat baik untuk hidup bersama dengan siapapun. Fenomena-fenomena kekerasan yang mengatas namakan Islam, mulai dari gerakan kekerasan nahi mungkar sampai dengan bom jihad, harus kita tepis dengan semangat toleransi ini.

Ketiga, prinsip bijaksana. Berdakwah secara bijak merupakan perintah al-Qur'an (al-nahl:125). Al-Qur'an menggunakan kosa kata al-hikmah atau bijaksana sebagai landasan dalam berdakwah. Hikmah bisa dipahami dengan melihat situasi dan kondisi obyek dakwah serta tingkat kecerdasan penerima dakwah. Keramahan adalah verbalisasi dari bijaksana, dimana mampu untuk berkomunikasi dan bergaul dengan orang lain secara baik.

Keempat, prinsip dialogis. Strategi ini merupakan anjuran al-Qur'an dalam melakukan dakwah. Bahasa yang digunakan al-Qur'an kaitannya dengan hal ini adalah "wajadilhum billati hiya ahsan",  dan bantahlah mereka dengan cara yang terbaik.

Dialog mempunyai tujuan untuk mencari solusi yang saling menguntungkan. Atau meminjam bahasa Sean Covey, win-win solution (solusi menang-menang).  Dakwah tidak harus memposisikan diri kita sebagai 'yang benar' sedangkan orang lain sebagai 'yang salah'. Dengan dialog, maka tidak akan terjadi kekerasan, pengeroyokan, razia dan lain sejenisnya, yang itu malah semakinmen diskreditkan Islam itu sendiri.

Islam Indonesia adalah terminologi yang digunakan untuk mendialogkan antara ajaran Islam dengan budaya lokal Indonesia. Disinilah diperlukan kreatifitas, bukan hanya dalam berdakwah tapi juga dalam beragama. Hal ini diperlukan untuk mencegah terjadinya kebekuan dalam pola keberagamaan. 

Strategi yang dilakukan oleh Walisongo adalah bukti, bagaimana dakwah Islam bisa dilakukan secara ramah dan toleran. Perhatian terhadap komunitas masyarakat, menjadikan dakwah Islam semakin arif. 

Meskipun para wali menggunakan metode dan strategi dakwah yang berbeda, namun mereka mempunyai tujuan yang sama, menyampaikan ajaran Islam sesuai dengan kondisi masyarakat yang ada.

Demikianlah, dakwah Islam harus mampu menghadirkan Islam secara baik dan ramah. Di tengah isu benturan peradaban, yang memposisikan Islam sebagai tertuduh, dakwah Islam harus mampu menarik simpati dan pemahaman yang benar orang lain terhadap Islam. Hingga akhirnya, Islam yang rahmatan lil alamin ini akan mampu membumi, tentunya melalui dakwah Islam yang "rahmah" pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun