Mohon tunggu...
Muhamad Rizki
Muhamad Rizki Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Do'a, ikhtiar, sabar, tawakkal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemuda Penerus Ulama

25 Januari 2021   11:17 Diperbarui: 25 Januari 2021   11:45 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Maka dari itu, penting bagi kita semua dan teruntuk para pemuda Islam yang Sholeh dan Sholehah harus semangat mencari ilmu guna meneruskan perjuangan dakwah dan ikhtiar para Ulama terhadap agama.

Apalagi di akhir zaman seperti ini, banyak sekali Allah SWT., cabut para ulama-ulama Sholeh dari muka bumi ini. Tak jauh-jauh bisa kita lihat di tahun 2020-2021 ini banyak sekali para ulama-ulama yang telah meninggalkan kita. Menginjak awal tahun 2021 saja sudah lebih dari 10 ulama yang ada di Indonesia yang telah Allah panggil.

Sedikit demi sedikit ulama semakin berkurang dan sedikit, kita sebagai pemuda harusnya lebih semangat dalam menuntu ilmu, kalau bukan kita sebagai pemuda penerus ulama, siapa lagi. Semoga kita semua khususnya para pemuda banyak yang akan menjadi penerus dan melanjutkan perjuangan ulama. Dunia tanpa ulama akan kacau. Dunia terasa gelap dan kehilangan cahaya dan penerangan.

Terdapat sebuah hadits yang tidak terlalu populer di kalangan sementara umat Muslim yang berbunyi: "Mautul-aalimi mushibatun laa tujbaru wa tsulmatun laa tusaddu, wa najmun thumisa mautu gabilatin aysaru min mauti aalimin,". Yang artinya: "Kematian seorang alim itu adalah musibah yang tak tergantikan, lobang yang dapat ditambal. Wafatnya seorang alim bagaikan bintang yang padam. Bahkan meninggalnya satu suku (kampung) itu lebih ringan dari pada meninggalnya seorang ulama,". Hadits ini diriwayatkan At-Thobarani.

Teringat dengan kata-kata indah yang di sampaikan oleh syekh Ali Jaber yang meninggal tak lama di awal tahun 2021 ini, yaitu tepatnya pada tanggal 14 Januari 2021. Beliau adalah ulama besar dan berpengaruh di Indonesia, seorang Hafidz (penghafal Al-Qur'an) yang bercita-cita ingin menjadikan bangsa Indonesia menjadi negeri penghafal Qur'an dan banyak para penghafal dan ahli Qur'an di dalamnya. Beliau pernah mengatakan menurutnya, meninggalkan tidak saja ilmu. Tapi yang lebih penting lagi adalah ketauladanan dalam mempertahankan keimanan dan keilmuan dalam bingkai akhlakul karimah. Bahwa seberat dan sepelik apa pun tantangan yang dihadapi, seorang Mukmin tidak bokeh lepas kendali karakter moral seperti yang diajarkan secara prinsip oleh baginda Rasulullah SAW.

"Saya tidak akan berbicara banyak tentang Syeikh Ali. Beliau sedang tersenyum menghadap Rabbnya. Beliau sedang bersenandung dalam keindahan ridho Ilahi," kata Imam Shami Ali dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (15/1).

MasyaAllah, itulah gambaran nyata  ulama atau orang sholeh, jasad boleh saja meninggalkan dunia tetapi ilmu dan tutur kata mereka tetap utuh, abadi dan teringat sepanjang masa.

Kenapa ulama ketika meninggal dunia banyak yang bersedih, menangis, dan merasa kehilangan serta banyak sekali tutur kata, karya dan sosoknya selalu dikenang dan di abadikan? Jawabannya adalah karena kemuliaan dan kesholehannya. Seorang ulama meninggal dunia itu adalah musibah yang besar seperti yang telah kita singgung di atas. Maka dari itu, marilah semuanya kita bersemangat dalam belajar dan menjalankan perintah agama, khususnya bagi kamu muda sebagai penerus bangsa. Dan kewajiban kita semuanya adalah mendoakan para ulama, baik yang sudah meninggalkan kita semua dan yang masih senantiasa membimbing kita semua atau guru-guru kita.

Ketika ulama telah meninggal, banyak sekali yang mendo'akannya bahkan setiap hari mungkin setiap jam ada yang datang ke makamnya tak lain hanya untuk mendo'akannya. Itulah salah satu kemuliaan seorang ulama, ketika di dunia ia dicintai dan do'akan, begitupun ketika telah meninggal dunia, para ulama tetap dicintai dan di do'akan banyak orang.
Kemuliaan ulama juga tertera di dalam Al-Qur'an yang berbunyi:

"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama . Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS. Fathir [35]: 28)

Dengan demikian, ulama seperti ini adalah ulama yang keilmuannya mengantarkannya pada rasa takut kepada Allah Subhanahu wata'ala disertai pengagungan kepada Allah Subhanahu wata'ala. Takutnya mereka kepada Allah, membuat semakin mendekat dan mengagungkan-Nya. Bukan seperti takutnya orang yang dikejar singa, misalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun