Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Humor Sufi: Kehilangan Jiwa Seorang Guru?

15 Desember 2021   14:28 Diperbarui: 15 Desember 2021   15:13 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kegagalan diri dalam mendidik karena sudah hilangnya "ruh/jiwa mendidik".  Guru tidak harus menjadikan anaknya semua berprestasi namun tugas guru adalah menjadikan anak mengenal pada hakekat pada profesi yang akan diraihnya nya besuk di masa yang akan datang.

Ukuran Kesuksesan Pendidik

Ketika orientasi  agar sisiwa berprestasi menjadi acuan maka langkah diri sebagai pendidik adalah sudah keluar dari Teori keseimbangan kehidupan.  Dan mungkin ini hal yang umum ketika semua adalah mengejar prestasi karena pemahaman atau pengetahuan yang ada mengarah kepada hal tersebut.

Perbedaan antara profesi dan prestasi dapat dibaca dalam tulisan sebelumnya (Mencari prestasi atau menemukan profesi).

Kegagalan lain dari usaha diri dalam mendidikan karena diri sudah tidak lagi fokus pada proses belajar mengajar ini.  Kegagalan fokus diakibatkan oleh dari faktor internal dan ekstenal yang ada berasal dari diri.

Faktor internal yang merupakan penyebab dari diri biasanya terjadi karena masalah split personality.  Seorang guru konotasinya adalah mereka yang hidup sederhana dan memiliki pengetahuan yang luas.  Namun adanya keingingan yang tak bisa ditekan masalah kehidupan yang sederhana karena banyaknya tuntutan materi dari keluarga menyebabkan diri harus banting keras. 

Tuntutan yang semacam ini menjadikan diri berubah guru adalah sebuah profesi yang layak dihargai dengan nilai materi yang tinggi agar mereka dapat mengembangkan ilmunya.  Namun ketika tuntutan masalah materi dipenuhi (oleh pemerintah dengan sertifikasi) bukannya kembali fokus ke proses pendidikan malah lebih fokus pada tuntutan sertifikasi.  Sehingga ngajar pun bisa ditinggalkan dengan acara-acara agar memenuhi point sertifikasinya.

Faktor eksternal yang merupakan faktor dari luar diri namun mempengaruhi pikir dan fokus seorang pengajar.  Faktor ini akibat dari diri yang lemah dalam prinsip kehidupan yang selalu memandang rumput tentangga lebih hijau dibandingkan rumputnya sendiri.  Padahal jika kita tengok sebetulnya rumput kita merupakan ladang tanaman yang tidak harus dipanen di masa sekarang.

Ketika melihat orang lain dapat sukses dalam mencetak anak didiknya bukan menjadikan support untuk memperbaiki diri dengan memperbaiki proses pembelajaran dan kepemilikan pengetahuan sehingga dapat menyiapkan anak didiknya lebih baik.  Tapi kebiasaan diri adalah menuju pencapaian hasrat dan ambisi pada prestasi dengan menghalalkan segala cara.

Ukuran kesuksesanpun mulai bergeser akibat pemahaman yang diterima dari era globalisasi.  Kesuksesan sekarang ini diukur dengan ukuran materi saja.  Bukan diukur dengan perilaku dan kebijaksanaan dalam proses berpikir seorang manusia.

Memang jaman sudah berubah, apakah guru juga harus berubah dengan meninggalkan ruh/jiwa seorang guru.  Sehingga tugas yang mulia yaitu mendidik dan menyiapkan generasi yang lebih baik tidak menjadi impian dan ladang untuk menanam kebaikan kepada generasi yang akan menggantikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun