Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Humor Sufi: Kehilangan Jiwa Seorang Guru?

15 Desember 2021   14:28 Diperbarui: 15 Desember 2021   15:13 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Demikian juga dari peserta didik ketika harus menyiapkan materi mereka enggan untuk mencari atau membuka buku.  Maka bukupun dianggap sebagai hal yang memberatkan untuk dibuka.  Kebiasaan tidak membuka buku ini menjadikan diri malas untuk mencari dan membaca runtutan materi yang sebetulny karena dengan membuka google apapun yang sulit pasti akan terjawab.

Peran guru dan murid sudah mulai meninggalkan tugas utama membaca buku materi-materi.   Dan tugas guru tinggal memberikan tugas kepada murid untuk berselancar di dunia maya dan demikian juga murid apapun tugas yang diberikan akan dicari jawaban di tempat yang sama.

Hal ini berdampak kurangnya "nilai" dari proses belajar mengajar.  Guru pun mulai membiasakan dengan istilah "cari di google" ketika murid bertanya.  Dan jawaban muridpun juga mungkin cuma kopi paste dari internet.

Sebuah ironi dampak dari pendidikan sekarang.  Sehingga peran pendidik yang seharusnya mengajar anak didiknya mulai dari "menulis, membaca, dan memaknai" sampai terlupakan karena kemudahan akses dari internet itu sendiri.  

Ketika hal ini terjadi dan sudah menjadi kewajaran mungkin di era sekarang bagaimana mungkin diri akan menyiapkan generasi yang sukses dan lebih baik dari generasi kita sekarang.  Ini jika dilihat dari dampak proses belajar mengajar.

Tugas Pendidik

Teringat pada tokoh pendidikan Ki Hajar dewantoro yang selalu menjadi panutan agar menjadi guru yang baik , bahwa seorang guru haruslah memiliki filosofi dalam mengajar yaitu "ing ngarso sung tulodo, ing madyo mbangun karso, tut wuri handayani".  Sebuah filosofi yang memiliki dan menjelaskan tugas penting bagi seorang guru yang merupakan pemimpin dalam sebuah majelis keilmuwan.  

Tugas mendidik merupakan sebuah satu kesatuan yang komprehensip mulai dari input-proses-output dalam proses pendidikan.  Namun realita sekarang ini banyak yang sudah meninggalkan tugas nya dan langsung di outputnya yang berupa penilaian pada anak didiknya.

Memang mungkin dalam penilaian ada indikator-indikator input dan proses namun realita banyak yang mengutamakan output.  Padahal mungkin output itu ibarat sesuatu yang merupakan "produk palsu".  Karena output tergantung pada tahapan pada 3 hal tersebut.

Ketika orientasi hanya ke output maka tidak heran banyak yang melakukan "fraud/kecurangan" agar ketika dinilai dirinya mendapatkan nilai baik.   Ketika siswa melakukan kecurangan sebetulnya kesalahan bukan pada diri siswa tadi namun juga peran dari pendidik yang tidak memberikan penekanan materi sampai penekanan mental dalam belajar.

Dampak dari kebiasaan anak yang melakukan kecurangan ini jika tidak di antisipasi akan mengakibatkan sebuah pembentukan prinsip hidup yang bisa berkembang menjadi prinsip yang salah dalam kehidupannya di masa yang akan datang.  Jadi ketika kecurangan terjadi maka sebagai seorang pendidikan seharusnya diri merasa gagal dalam melakukan proses belajar mengajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun