Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Humor Sufi: Beratkah Tugas Potong Kepala?

4 November 2021   21:30 Diperbarui: 4 November 2021   21:31 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Banyak berhala berada disekitar kita, Diri hanya sekedar percaya dan mengikutinya, Tak tahu makna dan hakekatnya, Hanya ritual yang diri lakukan.... Tersadarlah diri dengan kenyataan, Akibat dari baca dan belajar, Ambil kapak dan tebas penjara (kepala), Agar diri dapat menuju kebahagian... (Kas, 4/5/2021, Jejak Penjara)

Riuhnya kata-kata "ikan busuk dan potong kepala" menjadikan sebuah kajian renungan yang menarik untuk diri lakukan.  Karena ketika waktu kecil pernah mendengar kisah dari para guru yang sampai sekarang teringat bahwa semua manusia jika ingin bahagia harus bisa melakukan potong kepala.  

Dan sampai sekarangpun pemahaman tentang "potong kepala" masih belum menjadikan pengetahuan apa makna yang tersembunyi dibalik kata-kata itu.

Ketika media masa riuh dengan pemberitaan mengenai "potong kepala" yang merupakan sebuah ultimatum dari pimpinan yang mewajibkan anggota organisasi untuk selalu memperbaiki diri.  Sebuah ajakan yang bagus namun memiliki makna yang berat jika tidak diikuti dengan baca dan belajar.  

Karena kondisi yang ada sudah menjadikan sebuah budaya yang biasa "diuri-uri (bhs jawa)"  namun harus dirubah.  Perubahan ini dikenalkan dengan istilah potong kepala.

Inspirasi potong kepala hanya mungkin dimiliki oleh orang yang pernah belajar pada jejak sejarah (khususnya adalah jejak para Nabi).  Karena istilah potong kepala adalah gambaran dari jejak  Nabi Ibrahim As yang berjuang untuk mendapatkan jawaban atas kebingungan untuk menemukan hakekat dirinya.

Potong kepala yang dilakukan oleh beliau adalah sewaktu dirinya muda melakukan perusakan terhadap berhala-berhala yang di tuhankan oleh kaumnya.  Perusakan itu dilakukan dengan memenggal kepala masing-masing dan tinggal menyisakan satu berhala paling besar yang masih utuh untuk dijadikan tempat meletakkan atau menggantungkan kampaknya sebagai jejak bahwa diri Ibrahim yang melakukan.

Potong kepala bukan istilah yang merupakan hal familiar yang ditinggalkan olehnya bila dibandingkan dengan jejak-jejak lain yang ada.  Karena mungkin mendengar kata itu akan memberikan gambaran yang sangat tidak elok untuk pembelajaran.  Namun hakekat istilah itu adalah awal beliau mendapatkan titik temu  yang memberikan kelebihan dan pembuktian bahwa Sang Pencipta itu "ada/wujud".

Makna yang terkandung dari istilah potong kepala yang di dapat dari jejak  tersebut adalah: Pertama, Pencarian.  Artinya bahwa merasa ada yang keliru dengan kehidupan diri maka perlu dicari sebuah hal yang merupakan pemilik kebenaran dan alam semesta ini. Karena banyaknya dualisme kebenaran dan banyak diri yang berlaku seperti pemilik kehidupan manusia lain.   

Pencarian ini dilakukan karena banyak pembenaran sesuatu yang tidak benar hanya berdasarkan atas hal yang bersifat turun-temurun.  Pencarian juga dilakukan agar menemukan hakekat "penguasa" yang seharusnya menjadi titik sentral untuk dijadikan tempat pengabdian dalam kehidupan di dunia ini.

Kebiasaan yang mengabdi kepada "penguasa" yang bukan asli menjadikan diri akan selalu berusaha agar dapat menyenangkannya.  Budaya ABS (Asal Bapak Senang) sebagai simbul budaya yang diberikan kepada penguasa dengan memberikan upeti dan lain sebagainya  agar diri dapat pujian dalam beraktivitas dan segera naik pangkat.  Maka aktivitas diri bekerja bukan di dasarkan atas profesi namun hanya sekedar untuk prestasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun