Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jaga Mulut dan Tangan: Manifestasi Pribadi Nabi Muhammad SAW

19 Oktober 2021   23:29 Diperbarui: 19 Oktober 2021   23:42 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kedua, Jaga mulut. Jaga mulut ini berarti bahwa diri kita disuruh selalu diam.  Akan tetapi diri harus selalu berhati-hati dalam mengucapkan kata agar tidak memiliki akibat yang kurang baik.  Jaga mulut dalam pemahaman umum diartikan diri harus selalu berkata yang baik dan bukan berkata kotor ataupun berkata yang menimbulkan mudhorat yang kurang baik bahkan sampai menimbulkan fitnah.

Jaga mulut diperlukan jika diri hanya mengucapkan kata-kata yang tidak pantas atau ucapan yang tidak ada makna.  Dalam hal ini dingatkan bahwa kata kata kotor dan tidak memiliki makna dalam Al Qur'an sebagai sebuah kehidupan manusia yang penuh sendau gurau.   

Karena Tuhan sudah memprediksi dan mengetahui bahwa manusia dalam berbicara nantinya akan selalu berbuat demikian sehingga lupa akan tugasnya.

Kata-kata kotor dan tanpa makna akan menimbulkan perselisihan dan permusuhan diantara manusia bahkan sampai membuat kerusakan alam.  Ketika ini terjadi maka manusia akan terpenjara dalam ego diri dan semua ini diakibatkan diri tidak memiliki akhlak yang baik.  Maka akibatnya hidup manusia akan jauh dari keseimbangan kehidupan.

Pribadi Muhammad SAW yang selalu menjaga mulut dan berbicara seperlunya adalah menunjukkan implementasi dari kepribadian yang baik karena dirinya menjadi suri tauladan bagi manusia.  

Kepribadian yang baik beliau ini menjadi sebuah konsep diri untuk menjalankan tugas sebagai rasul yang tercermin pada sifat jujur, amanah, fathonah dan tabligh.  Ketika beliau memiliki sifat-sifat tersebut maka diam atau "jaga mulut" beliau lakukan agar dapat mengemban tugas dari Tuhan.

Maka sebagai hikmah dari jaga mulut ini bagi diri kita dengan menurunkan nilai dari sifat-sifat nabi adalah: Sifat kejujuran. sifat ini  akan dapat dilakukan jika diri hemat dalam berbicara dan berkata sesuatu yang perlu dan benar.  Sifat dusta akan semakin terhindar jika diri mampu jaga mulut dan diikuti dengan memiliki pribadi yang baik.  

Ketika diri tidak bisa jaga mulut maka diri akan banyak omong dan akan terbiasa melebihkan kata-kata yang berakibat perkataan kita bisa menambahi atau mengurangi makna dari pembicaraan.

2) Sifat amanah akan dapat diembannya jika diri kita bisa jaga mulut.  Ketika diri tidak bisa menjaga mulut maka diri akan banyak bercerita kepada orang lain tentang amanah yang diembannya.  Banyaknya omongan ke orang lain bisa mengakibatkan diri lupa akan amanahnya atau malah mungkin tidak mau untuk melaksanakan amanah yang diembannya akibat diri tidak bisa jaga mulut.

3) sifat fathonah yang berarti cerdas atau bijaksana.  Orang yang cerdas biasanya hemat dalam bicara dan mampu menahan mulutnya untuk berbicara.  Dan orang yang bijaksana pun juga sama artinya diri yang terkenal bicara seperlunya karena setiap kata yang keluar dari mulutnya adalah kata-kata yang penuh makna. 

 Ketika diri sebagai orang cerdas atau bijaksana akan tetapi karena dalam keseharian adalah orang yang banyak omong maka kata-kata yang benar dianggap sebagai sebuah sendau gurau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun