Mohon tunggu...
Muh Fahrurozi
Muh Fahrurozi Mohon Tunggu... Human Resources - Penikmat Kopi

Hanya manusia biasa yang ingin mati dengan damai, sebab hidup adalah proses panjang dari bagaimana cara kita mati.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Praktis dan Wacana Pemecah Belah Bangsa

3 Mei 2018   06:39 Diperbarui: 3 Mei 2018   07:51 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semakin hari, Negeri ini semakin melenceng dari tujuan. Kekuasaan yang seharusnya diambil melalui jalan musyawarah mufakat seperti yang telah diadobsi sejak dari nenek moyang, ribuan tahun lalu.

Hasil musyawarahpun mengenai pengutusan seseorang untuk menjadi pemimpin dilihat berdasarkan pengalaman dan kemampuan seseorang untuk memimpin.

Dan sayangnya, kenyataanya sekarang musyawarah nasibnya sangat menyedihkan. Dia mulai dianak tirikan sejak datangnya demokrasi yang konon katanya dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Kita patut memahami kenapa generasi sebelumnya mengubah kebijakan Negara menjadi kebijakan yang bernama Demokrasi (Dalam hal memilih pemimpin).

Semua itu disebabkan karena MPR yang saat itu memiliki wewenang penuh dalam memilih dan mengangkat presiden sudah dimasuki oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang membawa misi individu dan kelompok. 

Kita juga patut mengapresiasi generasi sebelumnya yang memilih demokrasi untuk menghindari politik kotor dalam internal MPR.  

Dan memang yang namanya politik itu akan selalu berkembang mengikuti zaman, sama seperti barang elektronik dan aksesoris lainya.

Beberapa tahun sejak perubahan pemilihan pemimpin dengan jalan Demokrasi, awalnya lancar-lancar saja, tapi itu tidak bertahan lama.

Indonesia kembali dilanda oleh budaya baru untuk mencapai kekuasaan, yaitu lewat budaya pencitraan. Sehingga beberapa orang yang menginginkan maju sebagai pemimpin mulai melakukan hal-hal baru yang dapat menarik perhatian masyarakat sebagai pemilih.

Di depan layar bersikap merakyat, turun ke sawah-sawah, datang ke daerah-daerah terpencil, benarkah itu betul-betul datang dari hati mereka? Kalaupun benar, kenapa saat dekat pemilihan baru turun? Selama ini kemana? Sudah dapat dipastikan bahwa itu semua dilakukan hanya untuk pencitraan. Dan hasilnya memang  betul-betul berkhasiat. Jokowi dengan gaya pencitraannya yang bernama 'blusukan' berhasil menarik perhatian masyarakat, sehingga dia terpilih menjadi presiden di tahun 2014.

Sama seperti politik yang selalu berubah, masyarakat Indonesiapun juga semakin pintar, mungkin salah satu faktornya karena media-media seperti hp dan juga jaringan internet sudah mulai masuk di daerah-daerah terpencil, sehingga akses informasi terbuka luas untuk masyarakat mengetahui bagaimana roda perpolitikan di negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun