Mohon tunggu...
MuhHazairin
MuhHazairin Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Financial Planner | Suka cerita tentang film | Suka cerita tentang buku | Penyuka Fotografi | Suka Makan | Apalagi Travelling

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sistem Presidensial dan Kartu Mati Koalisi -- Sebuah Renungan Membangun Bangsa

23 April 2014   01:07 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:19 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apakah Sebenarnya Koalisi ?

Secara harfiah menurut Wikipedia, Koalisi adalah persekutuan, gabungan atau aliansi beberapa unsur, di mana dalam kerjasamanya, masing-masing memiliki kepentingan sendiri-sendiri. Aliansi seperti ini mungkin bersifat sementara atau berasas manfaat. Dalam pemerintahan dengan sistem parlementersebuah pemerintahan koalisi adalah sebuah pemerintahan yang tersusun dari koalisi beberapa partai sedangkan oposisi koalisi adalah sebuah oposisi yang tersusun dari koalisi beberapa partai. Dalam hubungan internasional, sebuah koalisi bisa berarti sebuah gabungan beberapa negara yang dibentuk untuk tujuan tertentu. Koalisi bisa juga merujuk pada sekelompok orang/warganegara yang bergabung karena tujuan yang serupa. Koalisi dalam ekonomi merujuk pada sebuah gabungan dari perusahaan satu dengan lainnya yang menciptakan hubungan saling menguntungkan.

Mungkin kita saat ini sering mendengarkan kata koalisi bergaung seiring dengan ramainya pertarungan politik menjelang pemilu presiden, banyak nada sumbang tentang mengapa harus berkoalisi bahkan mungkin jualan yang mulai dilemparkan oleh para capres adalah " Koalisi tanpa syarat" entah benar atau tidak akan tetapi merujuk pada apa yang sering terjadi di negeri ini,  hal ini sangatlah susah diwujudkan.

Hal ini sangatlah susah, terlihat dari komentar Fahri Hamzah yang mempertanyakan pemahaman salah seorang calon presiden tentang sistem presidensil, bahwa segala kebijakan pemerintah itu harus melalui DPR-RI dan apabila tidak koalisi maka dikemudian hari bakal akan susah untuk mewujudkan kebijakan yang benar-benar riil ide dari kabinet itu sendiri karena setiap kebijakan yang diambil harus melewati DPR dan disinilah letak kelemahan kabinet tanpa koalisi.

Proses jual beli kekuasaan yang terjadi karena sistem presidensial itu sendiri menjadikannya berkorelasi dengan pembentukan kabinet bahkan dalam proses pemilihan presiden itu sendiri. sistem Parliamantery Thresold yang mensyaratkan setiap partai politik untuk mendapatkan suara yang cukup untuk masuk gelanggang senayan. dan dari hasil Parliamantery Thresold itu didapatkan syarat untuk mencalonkan Presiden, ya 20 % kursi di DPR menjadikan alotnya pencalonan itu sendiri.

di Pemilu Legislatif 2014 ini hasil yang dicapai sangatlah merata, PDI-Perjuangan sebagai pemenang pun tidak bisa mencalonkan Presiden sendiri karena jumlah kursi yang diraih tidak mencapai 20 % menciptakan keharusan sebuah proses koalisi .

Sebenarnya Koalisi bagi saya adalah sebuah kartu yang mati, hal ini terlihat jelas di Pilpres 2004 dan 2009 kemenangan seorang Susilo Bambang Yudhoyono tidak disebabkan oleh proses koalisi, hal ini hanyalah murni sosok SBY yang sangat kuat dipandang masyarakat sedangkan proses koalisi hanyalah sebuah formalitas untuk mencapai syarat pencalonan itu sendiri.

1.  Pemilu Presiden Tahun 2004

Pada Pemilihan Presiden Tahun 2004 yang berkoalisi hanya SBY, sementara calon yang lain murni dicalonkan oleh partainya sendiri.

Sosok SBY yang sangat fenomenal dengan memainkan peran dizholimi sejak dan mendirikan partai Demokrat menjadikannya sosok yang sangat mengkilap hal ini terlihat dengan walau pemenang Pemilu Legislatif adalah Partai Golkar  pasangan SBY-Kalla mampu menang dalam dua putaran berturut-turut padahal pasangan ini hanya dicalonkan oleh Partai Demokrat, Partai Bulan Bintang, dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia yang notabene merupakan partai dengan elektabilitas yang sangat kecil.koalisi disini hanyalah pelengkap saja.

2.  Pemilu Presiden Tahun 2009

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun