Mohon tunggu...
Mugniar
Mugniar Mohon Tunggu... Mamak Blogger

Ibu dari 3 anak dan penulis freelance yang berumah maya di www.mugniar.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyingkirkan Aral untuk Kata Maaf

1 April 2025   13:56 Diperbarui: 1 April 2025   14:51 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selamat Hari Raya. Mohon maaf lahir-batin dari kami. Dokpri.

Bertahun-tahun saya dijahati oleh seseorang. Orang ini takkan dipercaya oleh orang lain telah melakukan hal-hal jahat selama bertahun-tahun karena tampak seperti orang baik pada umumnya.

Aral Memaafkan: Menyembuhkan Luka Bertahun-tahun


Sementara ...

Butuh waktu lama bagi saya untuk menyembuhkan banyak luka dan rasa sakit yang dia timbulkan. Butuh waktu lama juga untuk mengupayakan keluasan hati atau kelapangan dada.

Rasulullah SAW bersabda, "Iman yang paling utama adalah sabar dan pemaaf atau lapang dada" (HR. Bukhari dan Ad-Dailami).

Ajaran Islamlah yang membuat saya tidak menyimpan rasa dendam padanya, saya bersyukur Allah merahmati. Saya memastikan tak punya rasa dendam kepadanya. Saya akui, rasa sakit ada dan butuh waktu yang lama untuk menghapus jejak-jejak rasa sakit itu. Sampai sekarang pun masih ada namun tinggal sedikit. Mengapa sulit? Karena dia sudah terlalu jahat pada saya dan keluarga kecil saya.

Namun saya belum tahu apakah saya mampu benar-benar memaafkannya walaupun saya berusaha ke arah itu. Saya pernah hampir memblokir nomor WhatsApp-nya namun saya urungkan niat itu karena terpikir, "Bagaimana kalau dia ingin meminta maaf dan tak bisa menghubungi saya?" Kalau saya blokir dia, saya menghalangi jalannya untuk memperbaiki diri, dong!

Okelah, saya bisa saja menghalangi jalannya untuk menuju jalan lurus kalau memblokirnya maka saya tak jadi memblokir nomor WhatsApp orang itu. Lagi pula, dengan saya membiarkannya meminta maaf, memudahkannya meminta maaf, mungkin saja ada kesempatan bagi hati saya menjadi lebih luas untuk benar-benar memaafkannya.

Sayangnya, kesempatan itu tak pernah ada. Dia tak pernah meminta maaf secara khusus sampai ajal menjemputnya. Saya tak pernah tahu apakah mampu memaafkannya atau tidak padahal telah mempersiapkan diri untuk melakukannya. Bagaimana ke depannya? Entahlah, mungkin saya berupaya terus untuk meluaskan hati, mungkin saja ketika hari penghisaban tiba dan harus berhadapan dengan dia, saya telah benar-benar mampu melakukannya.

Aral Meminta Maaf

Itu tentang memberi maaf. Bagaimana tentang meminta maaf? Jujur, meminta maaf itu sulit, kawan! Saya acungi jempol kalau kalian mampu melakukannya dengan mudah. Banyak orang Indonesia tidak terbiasa meminta maaf sejak kecil karena tak terbiasa padahal kebiasaan itu sebaiknya ditanamkan sejak kecil.

Akibatnya banyak orang gengsi meminta maaf meskipun sudah menyadari kesalahannya. Kalau tak gengsi, mungkin takut meminta maaf karena takut diserang atau tak ingin melihat orang yang dimintai maaf menjadi jumawa. Padahal apapun akibat dari permintaan maaf kita bukanlah urusan kita, itu urusan orang yang dimintai maaf dengan Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun