Mohon tunggu...
Kuning Hitam
Kuning Hitam Mohon Tunggu... Petani - Komunitas Ranggon Sastra

Semua ini terjadi, lewat tanpa permisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak yang Berdarah

17 Agustus 2020   15:22 Diperbarui: 17 Agustus 2020   15:33 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sebelum hari-hari menjelang pembebasan:
adalah darah
muncrat keluar karena logam berkarat
adalah darah
suci keluar bercucuran membanjiri tanah petani;
menyuburkan tanah
menumbuhkan bambu
menuai perang bertalu-talu
adalah darah
tanpa ragu membasahi baju yang maju
adalah darah
mengalir mengarah pada jalan pasrah

Di saat hari itu terbit seperti matahari
adalah darah
amis menjadi asin air mata
adalah darah
membeku membatu
bukti konkret dari masa lalu
adalah darah
mengering tertimbun tanah
adalah darah
melangkah menuju pintu sejarah

Berpuluh-puluh tahun terlewati
hari pembebasan tak seperti matahari
kemana darah darah itu
amis perjuangannya pun tak berbau

Batu yang membeku dari darah itu
pecah berhamburan terketuk palu;
di meja tamu
menjadi kerikil
terinjak tubuh-tubuh kecil

Tanah-tanah yang subur berkat darah
diusap tangan-tangan serakah

Darah yang melangkah
tak sampai pada wajah wajah kalah

Jakarta, Agustus 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun