Mohon tunggu...
Kuning Hitam
Kuning Hitam Mohon Tunggu... Petani - Komunitas Ranggon Sastra

Semua ini terjadi, lewat tanpa permisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Alarm

4 Desember 2019   13:09 Diperbarui: 4 Desember 2019   13:23 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Setelah lahan kautanam dengan pohon besi
laut kautanam dengan
karang berduri
hutan kausisir dengan gergaji
sungai kaucampur dengan air mani
bahkan udara bukan untuk bernafas lagi
karena sudah kauaduk dengan limbah industri.
Semua ini kaulakukan di bawah kitab suci
dan dilindungi pahlawan yang mengaku pilar bumi Pertiwi.

Ketika melihat semua ini
batu pun tak akan bergeming lagi!
Ayo! Keluar dari kamar pribadi
kita rasakan panasnya matahari
yang muak dengan apa yang menggerogoti bumi.
Ayo! Bangun dari ranjang dan berdiri
kita sapu bersih benalu api
yang membakar hidup Pertiwi.
Jangan diam! Diam adalah mati.
Lihatlah!
Bicaralah!
Bergeraklah!
Lukislah!
Tulislah!
Bacalah!
Kabarkanlah!
Suarakanlah!
Nyanyikanlah!
Ayo! Lawan hama bumi
dengan mata hati
usir ke matahari.

Jakarta, November 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun