Mohon tunggu...
Mugiarni Arni
Mugiarni Arni Mohon Tunggu... Guru - guru kelas

menulis cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Cinta Dengan Sekeping Luka Bagian 14

2 Juni 2023   14:37 Diperbarui: 2 Juni 2023   14:45 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar Dokumen Pribadi Canva 

Cinta Dengan Sekeping Luka

Bagian 14

Oleh; Mugiarni 

Di bawah langit senja yang merona, Purbaningrum dan Aditya memilih berlindung dalam kebun buah milik mereka di kota Bogor. Suasana damai dan alam yang mempesona seakan menjadi saksi bisu dari keindahan cinta mereka.

Di antara aroma segar yang terhembus dari bunga-bunga yang sedang mekar, mereka berjalan beriringan di antara pepohonan rindang dan tanaman yang subur. Cahaya senja melintasi cabang-cabang pohon, menciptakan bayangan-bayangan bermain-main di atas kulit mereka yang penuh cinta.

Mereka saling tersenyum, mata mereka berbinar seperti bintang-bintang yang gemerlapan di langit senja. Purbaningrum menjentikkan tangannya ke tangan Aditya dengan lembut, memancarkan getaran kehangatan yang tak terucapkan. Di dalam keheningan alam, mereka merasakan kehadiran satu sama lain dengan intensitas yang tak terduga.

Purbaningrum menundukkan kepalanya, menikmati setiap sentuhan lembut angin yang membelai wajahnya. "Aditya," ucapnya perlahan, "Di tengah hiruk-pikuk dunia ini, kau menjadi tempatku mencari ketenangan. Di dalam kebun buah ini, bersamamu, aku merasakan kedamaian yang tak terhingga."

Aditya menggenggam tangan Purbaningrum erat-erat, menatapnya dengan penuh cinta. "Purbaningrum, saat aku melihatmu berjalan di antara tanaman-tanaman ini, hatiku bergetar dalam kekaguman. Engkau adalah keindahan yang hidup dan tumbuh dalam kebunku, mengisi setiap sudut kehidupanku dengan warna-warni yang indah."

Mereka berhenti di bawah rindangnya pohon mangga yang menjulang tinggi. Purbaningrum memeluk Aditya dengan lembut, merasakan getaran kehangatan yang saling mengalir di antara mereka. Di balik dedaunan yang menari dengan angin, mereka menemukan keharmonisan dan ketenangan yang hanya ada di kebersamaan mereka.

Purbaningrum melihat mata Aditya yang penuh dengan kelembutan dan cinta, seolah menjadi cermin dari hatinya yang dalam. "Aditya, di sini, bersamamu, aku merasa hidupku lengkap. Di setiap buah yang tumbuh dan matang, aku melihat potensi dan cinta yang tak terbatas. Bersamamu, aku merasa bisa tumbuh dan berkembang dengan penuh semangat."

Aditya menyentuh lembut pipi Purbaningrum, mengekspresikan rasa syukur dan kebahagiaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. "Purbaningrum, engkau adalah bagian tak terpisahkan dari kebunku dan hatiku. Setiap dedaunan dan bunga yang tumbuh adalah bukti dari cintaku yang tak pernah pudar. Bersamamu, aku merasakan keajaiban yang tak terbatas."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun