Mohon tunggu...
mufti syafri
mufti syafri Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hilangnya Permainan Tradisional Gara-gara "Kids Zaman Now"

10 Februari 2018   07:59 Diperbarui: 16 Februari 2018   05:38 2073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masih ingatkah kalian dengan permainan tradisional zaman dahulu ?. Masih adakah yang yang memainkan permainan tradisional tersebut ?. Mungkin di benak kalian permainan tradisional itu tidak menarik, kurang keren,dan kurang hits. Kalau menurut kids jaman now (anak zaman sekarang). Orang zaman dulu sungguh kreatif dan inovatif dalam menciptakan permainan tradisional seperti egrang,gantrik,petak umpet,lompat tali,kelereng dan lain-lainnya. Di zaman sekarang permainan tersebut di museumkan oleh anak-anak sekarang. Anak sekarang lebih menyukai permainan Mobile legend, Dota,jalan-jalan ke mall dan lain-lainnya ketimbang permainan tradisional.

Orang di jaman dulu memainkan permainan tersebut dengan rasa senang tanpa ada beban apapun walaupun di jaman dulu masih ada penjajahan dari jepang. adapun bahan yang di gunakan untuk permainan tradisional antara lain :

1. permainan egrang

     bahan yang digunakan adalah 2 buah bambu dan kayu.

2. permainan lompat tali 

     bahan yang di gunakan adalah karet bungkus makanan yang sering di pakai penjual nasi untuk membungkus nasi.

3. permainan kelereng 

     bahan yang digunakan adalah sebuah kelereng.

Dan masih banyak lagi permainan tradisional lainnya yang bahan-bahannya mudah kita cari sendiri atau mencari bersama teman-teman bermain kita. Adapun faktor yang menjadi anak tidak ingin memainkan permainan tradisional yaitu :

1. kurangnya sosialisasi dari pemerintah dan elemen masyarakat sekitar dalam mengenalkan permainan tradisional.

2. kurangnya lahan untuk arena permainan anak-anak karena masyarakat sekarang hasratnya lebih mementingkan individu daripada mementingkan kepentingan umum. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun