Mohon tunggu...
Mufti Abqary
Mufti Abqary Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal bekerja sama dengan LPDP RI

Guru Bahasa Arab, suatu saat jadi Presiden RI? :) | 2016 studi visit ke Arab Saudi | 2017 studi visit ke Singapura | 2018 konferensi di Korea Selatan | 2019 ke hati seseorang yang sekarang menjadi Istri :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tanda Anda Sudah Lulus dari Sekolah Ramadhan dan Covid-19 (Refleksi Idul Fitri 1441 H)

27 Mei 2020   14:12 Diperbarui: 20 Agustus 2020   14:36 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bulan Ramadhan yang dirindukan akhirnya berlalu. Kerinduan akan hadirnya harus terpendam kembali setidaknya sekitar sebelas bulan lagi. Kerinduan yang tentunya tak mudah ditepis begitu saja, karena romantisme dalam satu bulan ini, tidak dapat kita rasakan pada sebelas bulan setelahnya. Saya pun bertanya-tanya, dan mungkin ini harus menjadi pertanyaan kita semua, "dalam romantisme bersama Ramadhan, pelajaran apa yang dapat kita ambil? Apa tanda bahwa hubungan kita dengan Ramadhan berhasil? Atau ibarat sekolah, apa tanda bahwa kita sudah lulus dari Sekolah Ramadhan yang disertai Covid-19 ini?"

Setidaknya ada tiga hal yang menjadi kesamaan antara sekolah biasa dengan sekolah Ramadhan yang disertai Covid-19, yaitu; 1. Sekolah memiliki mata pelajaran yang diampu; 2. Sekolah memiliki ujian yang dilalui, dan; 3. Sekolah memiliki tujuan yang ingin dicapai.

Sekolah memiliki mata pelajaran yang diampu

Sebagaimana yang kita ketahui, setiap sekolah pasti memiliki mata pelajaran. Seperti pelajaran matematika, biologi, sosiologi dan lain-lain. Begitupula dengan Ramadhan yang disertai Covid-19. Ada banyak sekali pelajaran penting yang dapat kita pelajari, namun mari kita fokuskan pada dua hal; 1. pelajaran untuk dekat dengan Al-Quran; 2. pelajaran untuk menahan hawa nafsu.

Pelajaran untuk menjadi dekat dengan Al-Quran.

Bulan Ramadhan yang disertai Covid-19 memberikan kesempatan luar biasa untuk membersamai Al-Quran. Mengkhatamkan, menghafalkan, me-mutqin-kan hafalan atau bahkan mempelajarinya, yang akan berakhir pada pengamalan Al-Quran dalam kehidupan kita sehari-hari. Kenapa demikian? Karena dua hal. Pertama,  Covid-19 membuat kita memiliki lebih banyak waktu luang di rumah. Kedua, bulan Ramadhan sejatinya adalah bulan Al-Quran. Sebagaimana Firman Allah "Bulan Ramadhan yang di dalamnya -mulai- diturunkan Al-Quran..." (Al-Baqarah : 185). Sehingga dengan dasar ini, Imam Malik -salah satu dari 4 Imam Madzhab Sunni- dahulu ketika bulan Ramadhan datang, beliau meninggalkan majelis-majelis ilmu dan membalikkan badan untuk fokus membersamai Al-Quran (Lathaif al-Ma'arif hlm. 171).

Al-Quran sendiri memiliki dua manfaat bagi seorang mukmin. Pertama, bahwa Al-Quran akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat. Sebagaimana sabda Nabi "Rajinlah membaca Al-Quran, karena dia akan menjadi syafaat bagi pemiliknya pada hari kiamat" (HR Muslim : 1910). Kedua, bahwa Al-Quran dapat menjadi obat penyembuh bagi hati maupun jasad seorang mukmin. Sebagaimana firman Allah "Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang yang beriman..." (Al-Israa : 82).

Pelajaran untuk Menahan Hawa Nafsu

Hawa nafsu dalam konsep Islam adalah sesuatu yang lebih sering membawa pada keburukan. Allah memaktubkan perkataan Nabi Yusuf dalam firman-Nya "Sesungguhnya hawa nafsu senantiasa membawa pada keburukan, kecuali yang diridhai oleh Tuhanku" (Yusuf : 53). Oleh karena itu, berpuasa Ramadhan dan Covid-19 sesungguhnya merupakan momen yang mengajarkan kita untuk menahan nafsu. Mengapa? karena dua hal. Pertama, Covid-19 melalui PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) membuat kita harus menahan keinginan nafsu kita untuk banyak hal. Seperti berkumpul dengan teman, bepergian, rekreasi dan sebagainya. Kedua, puasa sejatinya adalah untuk menahan hawa nafsu. Sebagaimana yang kita ketahui, hawa nafsu yang sangat dasar seperti makan, minum dan berhubungan suami istri saja dilarang saat berpuasa. Maka terlebih lagi dengan hawa nafsu yang sudah membawa kepada keburukan, seperti berbuat jahat, kemaksiatan, gibah dan sebagainya. Sehingga Rasulullah menjamin kesia-siaan puasa yang demikian melalui sabdanya "Betapa banyak orang yang berpuasa, tidak ada yang dimilikinya kecuali lapar dan dahaga" (HR Ath-Thabrany : 1084)

Diantara banyak pelajaran tentang menahan hawa nafsu, yaitu menjaga nafsu dari sikap bakhil. Kenapa sangat perlu untuk menjaga diri dari nafsu kebakhilan? Pertama, karena Covid-19 membuat ekonomi banyak orang melemah, terutama mereka yang tergolong menengah ke bawah. Sehingga sangat penting bagi kita untuk mengulurkan tangan. Kedua, karena Allah menjamin keberuntungan mereka yang terjaga dari kebakhilan melalui firman-Nya "dan mereka (orang anshor) mengutamakan orang lain daripada dirinya meskipun diri mereka sendiri berada dalam kesusahan. dan barang siapa yang terjaga nafsunya dari kebakhilan, maka mereka adalah orang-orang yang beruntung" (Al-Hasyr : 9).

Sekolah memiliki ujian yang dilalui

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun