Mohon tunggu...
Tari Abdullah
Tari Abdullah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nama lengkap Mudjilestari tapi lebih sering disapa dengan Tari Abdullah profesi sebagai penulis, conten creator, dan motivator. Ibu dari 4 anak berstatus sebagai single parent. Berdarah campuran sunda - jawa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kembang Kertas

20 Maret 2021   16:40 Diperbarui: 20 Maret 2021   17:08 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Kembang/photo:doc.pri

"Kepala Asi sakit, Bun," Rengekan Brassia dari bibir pucatnya membuat Zie makin tergugu.

"Sini bunda pijitin, biar Asi bisa bobo lagi,"Jemari lentik Zie meremas lembut kepala mungil Brassia yang tak lagi ditumbuhi rambut. Kulit putihnya makin terlihat pucat dengan lingkaran hitam menghias matanya yang tersisa.

Langit-langit ruangan seolah lebih rendah dan mengimpit. Hingga malam semakin menua, mata Zie tak juga sungguh-sungguh menjumpai pintu alam mimpi. Semakin dalam ia memejam semakin jauh pikirannya berkelana. Alas tidur yang ia bawa tak mampu menahan dinginnya lantai ruangan. Sementara bangku yang ada tak sepenuhnya menopang seluruh badan. Alhasil semalaman ia terjaga dengan sedikit lelap saat kantuk datang tak tertahan.

"Selamat malam, Bu.  Dokter Hendra visit," sapa perawat.

Zie menegakkan punggung, dokter berkacamata minus itu memaparkan diagnosa hasil tindakan kemoterapi.

"Maaf, Dok, saya kurang paham dengan istilah kedokteran. Jadi ini masalah utamanya hanya karena efek kemo yang sedikit lebih berat karena ada infeksi di pencernaan ya, Dok. Dan untuk selanjutnya Dokter Internis anak yang akan menganalisa apakah butuh tindakan bedah atau cukup rawat jalan dengan terapi obat-obatan, begitu?" Zie meminta penjelasan.

Malam memang sedikit mendung. Mungkin gemintang telah berpindah ke mata Zie hingga tiap kali mengerjap dunia terasa lebih benderang dengan ribuan harap yang seolah telah menemukan jalan.

Diagnosa dokter memang belum kata akhir. Namun, jauh lebih baik dari analisanya tenteng beberapa kemungkinan sebelum hasil kemoterapi ia dapatkan. Bahkan diantaranya membuat Zie tak mampu terlelap membayangkan proses panjang yang harus dilalui.

Zie tetap berusaha tersenyum karena ia yakin  esok mentari akan menjemput, ia juga tak mau menyerah apalagi layu saat kekasih jiwanya hampir tumbang. Ia harus tetap indah dan kuat selayak kembang kertas yang terus bertahan karena ia yakin Allah yang akan menjadikannya mampu untuk terus berdampingan dengan bunga Anggrek.kesayangannya.

Sidoarjo, 17 Maret 2021
#based on true story
#perjuangan seorang ibu mendampingi anaknya yang menderita tumor mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun