Mohon tunggu...
Tari Abdullah
Tari Abdullah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nama lengkap Mudjilestari tapi lebih sering disapa dengan Tari Abdullah profesi sebagai penulis, conten creator, dan motivator. Ibu dari 4 anak berstatus sebagai single parent. Berdarah campuran sunda - jawa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Cinta Tak Bersyarat

4 Juni 2020   06:46 Diperbarui: 4 Juni 2020   06:52 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/cinta/photo: doc.pri

Jadwal kontrol Gischa tiba,  pagi-pagi perempuan itu sudah menelepon Lintang memintanya menemani ke rumah sakit. Lintang menyanggupi,  setelah berhenti kerja, ia belum memiliki kegiatan selain menghabiskan waktu bersama Anggie dan Bobby.
Pukul delapan tepat Lintang sudah memarkir mobilnya di depan warung Bakso Barokah. Nampak Gischa menyambut di teras, mengenakan gamis merah maron dengan jilbab senada, senyumnya mengembang melihat kedatangan Lintang.

Anandito yang sibuk mengatur posisi mobil agar Gischa mudah mencapainya dengan kursi roda tersenyum menyapa Lintang.

Gischa memajukan kursi rodanya mendekati mobil,  perempuan itu sudah mandiri, terlihat biasa beraktifitas di atas kursi rodanya. Bahkan menolak ketika Lintang berniat membantunya.

Mobil yang dikemudikan Anan berhenti di rumah sakit ternama, Lintang menatap Gischa masih penasaran sebenarnya apa yang menimpa sahabatnya hingga kondisinya lumpuh.

Dengan cekatan Anan membopong Gischa keluar dari mobil, meletakkannya di kursi roda kemudian mendorongnya menuju bagian fisioterapi. Rupanya Anan sudah mendaftarkan nomer antrian karena tak ingin menunggu terlalu lama.

Dokter Fisioterapi nampaknya sudah akrab dengan Gischa. Menyapa ramah, kemudian membawa Gischa ke sebuah ruangan untuk memulai terapinya.

Lintang yang duduk di bangku panjang bergeser  memberi tempat pada Anan, sedikit menjauh. Bagaimanapun ia merasa risih jika harus berdekatan dengan Anan yang sangat agamis dan menempatkan norma syariat, selain Anan adalah suami sahabatnya.

*

Kehamilan Gischa sangat ditunggu, setelah sebelumnya Gischa sempat mengalami beberapa kali keguguran.

"Mas, aku hamil," ucap Gischa sore itu yang langsung disambut ciuman hangat Anan pada wanita yang dicintainya itu.

"Jaga kondisimu dan bayi kita, nggak boleh capek. Aku nggak mau kehilangan calon anak kita lagi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun