Mohon tunggu...
Mudi OktavianiSirait
Mudi OktavianiSirait Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Saat ini saya merupakan mahasiswa aktif di Universitas Negeri Jakarta dengan menempuh program studi Sosiologi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Program Sosial untuk Mengentaskan Kekerasan Remaja

26 Maret 2023   07:00 Diperbarui: 26 Maret 2023   07:11 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Konflik kekerasan yang dilakukan remaja masih menjadi masalah sosial yang sering menjadi perbincangan. Pada bacaan kali ini, penulis ingin menganalisis faktor penyebab dan bagaimana solusi untuk mengentaskan segala jenis kekerasan yang ada. Kekerasan ini terdiri dari kekerasan terhadap diri sendiri dan kekerasan terhadap orang lain. 

1. Kekerasan pada diri sendiri (self harm) merupakan tindakan yang merugikan. Walaupun tidak berkaitan dengan orang lain, kekerasan ini justru sangat menghambat kita untuk bergerak maju. Self harm adalah bentuk cara yang tidak sehat dalam melampiaskan emosi. Karena akan menimbulkan ketagihan dan merusak diri kita secara jasmani maupun rohani.

2. Kekerasan pada orang lain juga sering terjadi, baik secara verbal maupun non-verbal. Biasanya, kekerasan ini dilakukan dengan tidak dimaksudkan untuk menganiaya, melainkan untuk kesenangan pribadi. Terutama pada remaja yang sering haus akan validasi. 

Secara spesifik, apa yang menjadi penyebab terjadinya kekerasan ini?

  • Kegagalan keluarga dalam mendidik sang anak

Tidak dapat dipungkiri, keluarga adalah agen sosialisasi yang paling krusial dalam masa tumbuh kembang anak. Ketika keluarga tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik, anak akan tumbuh dengan tidak sempurna.

Misalnya, keluarga yang membesarkan anak dengan sikap cuek dan tidak ikut campur pada kehidupan anaknya cenderung menghasilkan anak yang tertutup. Hal tersebut mendorong sang anak untuk melakukan kekerasan terhadap dirinya sendiri dalam melampiaskan emosinya, merasa tidak ada tempat untuk mencurahkan isi hati. Lalu, jika keluarga sangat ikut campur dengan kehidupan anak, anak cenderung akan tumbuh menjadi pembangkang dan pemberontak karena kekangan yang terlalu kuat. Jadi, keluarga harus memposisikan dirinya dan berperan dengan tepat.

  • Krisis identitas

Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke masa dewasa. Masa peralihan ini membuat remaja mengalami krisis identitas. Pada masa ini, lingkungan sekitar berdampak erat dalam pembentukan identitasnya. Remaja akan mulai mengejar penerimaan oleh teman sebaya. Mereka cenderung mengikuti nilai-nilai kelompok agar diterima. Apabila kelompok yang diikuti remaja ini tidak baik, remaja tersebut juga cenderung berubah menjadi tidak baik mengikuti kelompok yang diikutinya.

  • Lemahnya UU yang mengatur

Banyak sekali kasus kekerasan yang dilakukan oleh anak dan tidak mendapat hukuman yang setimpal karena lemahnya undang-undang. Hal ini memotivasi remaja untuk melakukan hal yang sama. 

Kekerasan yang terjadi pada remaja menghambat pembangunan sosial. Terlebih remaja sebagai generasi penerus yang akan membangun bangsa ini. Untuk membangun bangsa yang maju, dibutuhkan sumber daya yang maju pula. Demi memajukan sumber daya, pembangunan sosial harus dilakukan. Ada tiga strategi yang dapat digunakan untuk mewujudkan pembangunan sosial dalam konteks kekerasan remaja:

1. Social Development by Individual: Remaja secara mandiri membentuk usaha pelayanan masyarakat guna memberdayakan.

2. Social Development by Community: Kelompok masyarakat secara bersama-sama berupaya mengembangkan komunitas yang berfokus pada remaja. Melakukan kegiatan seperti saling bercerita, menguatkan, memberi solusi, dan menjadi lingkungan pertemanan yang sehat.

3. Social Development by Government: Pembangunan ini dilakukan oleh lembaga-lembaga atau organisasi pemerintah, seperti kementrian. Strategi ini cenderung memberi output berupa kebijakan, kebijakan untuk mengentaskan kekerasan remaja.

Tiga strategi ini harus dilakukan secara konsisten dan dikolaborasikan oleh aktornya. Pemerintah, LSM, dan individu harus berperan aktif dalam menjalankan strategi ini agar dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan pengentasan kekerasan. Program sosial yang dapat dihasilkan sebagai output dari kolaborasi ini adalah:

  • Program PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja)

PKPR adalah pelayanan medis yang juga bergerak di bidang konseling. Konseling ini berguna untuk pelaku maupun korban. 

  • Program (GenRe) Generasi Berencana

GenRe mengedukasi remaja tentang pentingnya berencana untuk masa depan. Melakukan kekerasan adalah tindakan tidak bijak yang dapat menghancurkan masa depan.

  • Sosialisasi Anti Kekerasan

Sosialisasi ini bisa dilakukan di lingkungan rumah maupun sekolah. Dengan memaparkan bahaya kekerasan dan melakukan edukasi mengenai hal tersebut.

Jadi, program sosial untuk mengentaskan kekerasan pada remaja ini perlu dijalankan dengan konsistensi dan kolaborasi berbagai pihak  agar program-program ini bisa bermanfaat dan ampuh untuk mengentaskan kekerasan. Evaluasi juga perlu senantiasa dilakukan untuk terus menjadikan program-program ini semakin bermanfaat dan beradaptasi dengan perkembangan zaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun