Mohon tunggu...
Mubaroq Dinata
Mubaroq Dinata Mohon Tunggu... wiraswasta -

Mengaku Pecinta Buku & Perindu Pendakian. Tapi sekarang paling males baca buku kecuali cerpen. Dulu pernah bercita-cita aktif menulis. Tapi ternyata menulis apapun itu tulisannya tidak semudah membalikkan kertas koran. Kini menjadi pekerja Kemensos: PKH. Tinggal di Kotabumi - Lampung Utara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mencari Identitas yang Hilang

12 April 2011   08:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:53 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Selepas sholat isya aku langsung meluncur dengan motorku ke kosan seorang kerabat, langsung tanpa kembali terlebih dahulu ke kontrakan.

Sesampai di sana, ada beberapa teman kerabat terrsebut yang sedang berada di kamarnya bermain game di komputernya. Aku masuk, dan langsung disodorkan sebuah pertanyaan” abis dari mana nih, koq pake peci”. Dengan enteng saja ku jawab dari sholat isya.

Beberapa saat kemudian datang kerabat yang ku maksud tadi dari luar. Kali ini pertanyaan yang dilemparkannya tak jauh beda, namun lebih spesifik. “pakai peci, habis pengajian ya?”.

Nah, untuk pertanyaan kedua ini, baru aku tersadar, ternyata ada yang dipandang orang lain berbeda atas sikapku yang memakai peci tanpa momen yang khusus ini.

***

Setelah aku kembali ke kosan, akupun berpikir ulang, adakah memang salah saat aku menentukan sikap untuk memakai peci tersebut di luar momen lebaran atau sholat jumat? Dan apakah memang peci hanya boleh dipakai saat kita hendak sholat ke masjid saja, dan setelah itu saat kita akan berjalan kemana-mana peci tersebut harus ditanggalkan?

Aku tentunya tidak mau disalahkan begitu saja, dan akupun berprasangka bahwa orang-orang tadilah yang salah dengan memandang terlalu sempit kegunaan peci. Dan aku ingin memastikan bahwa perkiraanku ini haqqul yakin, benar-benar benar.

Mengapa kita harus malu saat menggunakan peci selain di waktu hendak sholat? Mengapa kita harus canggung saat berpakaian baju muslim ketika hendak keluar rumah, selain saat hendak jumatan, atau magriban?

***

Sejatinya  baju muslim, peci, kopiah, maupun sarung, sudah menjadi sebuah identitas tersendiri bagi seorang muslim. Hal ini sudah diakui luas oleh masyarakat umum seiring bertumbuhnya budaya Islam di nusantara. Selayaknya kita-kita yang memiliki keterangan beragama Islam di KTP nya tidak perlu minder saat menggunakan identitas kita tersebut diluar aktivitas ibadah kita. Toh, dengan kita berbangga diri berpakaian khas identitas muslim tersebut, maka secara tidak langsung kita juga berarti membanggakan status kita sebagai umat muslim.

Kalau bukan kita yang berbangga diri dengan identitas khas kita yang telah dianugerahkan kepada kita, lantas siapa lagi? Bahkan orang-orang non muslim saja kini sudah marak yang mencuri kebanggaan kita tersebut. Betapa banyak sudah kita tahu bahwa para misionaris pun kini berkeliaran –tanpa rasa dosa- dengan bangganya memakai kopiah maupun baju muslim, nyelonong di hadapan orang muslim. Atau para tante misionaris yang alih-alih dahulunya penutup kepalanya seuprit seperti suster-suster rumah sakit, kini yang dikenakannya sudah lebih mirip jilbab. Hampir-hampir kalau kita tidak teliti, akan kita kira mereka akhwat-akhwat yang sedang lewat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun