Ya...harus sombong untuk menyombongi diri sendiri agar tidak sombong. Ungkapan ini saya terinsprasi saat terngiang teringat kajian saat bulan Romadhon lalu. Perihal penyakit hati sombong yang dikupas pada kajian komunitas Bapak Dr. Nugroho Dwi Priyohadi, M.Sc, Rektor STIAMAK BARUNAWATI naungan YBBS milik PELINDO III(PERSERO) ini.
Begitu besar dampak negatif kesombongan terhadap diri sendiri dan masyarakat luas. Bahkan, penyakit hati ini berdampak di dunia sampai di akhirat nanti. Kesombongan bisa  mengakibatkan keserakahan, keiridengkian, ketamakan, dan seterusnya. Sungguh Alloh tidak menyukai orang yang sombong membanggakan diri(Lukman: 18, Al Hadid: 23). Rosululloh berpesan tegas: Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan walaupun sebesar zaroh(sesuatu tak tampak mata), HR. Muslim.
Misalnya, contoh penyakit hati awalnya membanggakan diri. Untuk membanggakan diri menyeret pada sikap keserakahan berbuat korupsi uang rakyat. Hal tersebut merusak pada akhlaq diri, keluarga, dan menyengsarakan rakyat di dunia hingga terbawa sampai akhirat. Na'udzu billah mindzalik. Ditegaskan(Al Ma'un: 4 & 6): Celakalah orang yang sholat. Karena berbuat riya'(membanggakan diri, menyombongkan diri tak Illahi Robbi). Bahkan, riya' merupakan syirik kecil/samar(khofi). Wallohu A'llam Bishshowab.