Silaturrahmi mengunjungi ke keluarga adik Bapak ku sangat mengesankan dan sekaligus pula mengharukan. Bapak ku mempunyai dua saudara seibu dan sebapak. Bapak Ku H Bahar Chatib Said Ali dan diknya Agus St Penghulu.
Antara keduanya ada seorang yang meninggal di Surabaya, katika kuliah di Fakultas Kedokteran disana, bernama Azhar. Nenek kami Marajan adalah saudara sibu dan sebapak Damang Ponto, Suku Caniago, Rumah Batu Kuniang, Pasar Lawang. Bapak ku sendiri meninggal di Bekasi.
Tek Syam yang kami panggil itu adalah istri Pak Etek Agus, lama tinggal di Kotabumi Lampung Utara. Dalam kurun waktu puluhan tahun mungkin hanya empat/lima kali ketemu.
Pertama saat saya dan anak anak pulang kampung Jalan darat, kita mampir di Kotabumi. Juga saat pulang dengan keluarga istri Jorong Sipisang, Nagari Nan Tujuah, Kecamatan Palupuh. Pertemuan berikutnya adalah ketika saudara sepupu Syahrul, anak ketiga beliau ngunduh yakni anak nya Feby. Saya dan ketiga saudara lain yakni M Jazid, Nurahmen dan Eliza, menghadiri pernikahan itu.
Rangkaian silaturrahmi istimewa ini, mulai hari Jum'at hingga Ahad, 13-15 Mei 2022, bersama adik Nuharmen menggunakan transportasi umum, yakni Damri. Atas rekomendasi Syahrul, naik Damri di Gambir, berangkat sekitar jam 20.00 sampai di Kotabumi Shubuh.
"Naik, tidur dan nanti bangun saat sampai", katanya. Rekomendasi itu diikuti, Namun sampai di Kotabumi, sudah hampir jam 09.000.
Karena bus Damri yang ditumpangi, ada masalah AC dan di perbaiki di Pos Damri Bandar Lampung. Sebelumnya saat mau naik kapal di Merak-Bangkauni, lumayan macet. Begitu juga saat kapal mau sandar, harus menunggu hampir satu jam.
Keluarga saudara sepupu anak dari Pak Etek Agus, lebih banyak tinggal di Kota Bumi, hanya satu dari delapan orang yang tinggal di Lawang, yakni Nurmalena.
Enam lain yang nya besar dan tingggal di Kota Bumi, seperti Firman, Nurmalena, Syahrul, Syahril, Rusman, Ujang dan Marshal. Si Bungsu Murniyaty, tinggal di Tangerang, Banten.
Etek Syam telah mempunyai 19 orang cucu dari 5 cicit dari kedelapan anak nya. Pak Etek Agus Sutan Penghulu wafat 6 September tahun 2006, dilahirkan pada tahun 1925. dengan usia 81 tahun. Meninggal di Kota Bumi, dimakamkan di TPU Sri Basuki di kota ini.
Perjalanan hidup beliau penuh liku dan perjuangan, mulai bekerja di Jawatan Agama, di Pangkal Pinang, kemudian pulang ke kampung zaman "bergolak-PRRI". Aktif kembali menjadi PNS di Kementrian Koperasi dan pindah Ke Dinas Tenaga Kerjja Propinsi Sumatersa Barat, hingga pensiun.
Kunjungan silaturrahmi ini memberikan prelajaran berharga bagaimana sebuah perjuangan hidup akan berhasil dengan baik dengan konsep kejujuran dan kerja keras.
Syahrul Agus yang baru diamanahkan gelar adat Suku Pili sebagai Datuk, mulai belajar berusaha di Padang. Sewaktu belia dia dikenalkan pada sahabat Ba[pak pedagang Sembako di Pasar Jawa Padang.
Di situlah ia belajar bagaimana berdagang dengan baik. Kemudian dia merantau ke Curug dan terakhir di Kotabumi. Dikota ini dia mulai berusaha dari bawah, pedagang kaki lima, jasa transportasi dan pedagang pakaian di pasar Kota Bumi.
Dalam perjalanan dia diamanahkan sebagai Ketua Pedagang pasar ini Sejak sembil;an tahun yang lalu, ketua Pemuda Pancasila, aktif di KNPI, Golkar dan di lingkungan tempat tinggal, Jalan Teladan, Belakang kantor Pemda Kabupaten Lampung Tengah. Amanah sebagaiu ketua Payuban Perantau Nagari Lawang, diterima dan dijalankan dengan sebaik mungkin.
Di lingkungan ini aktif p[ula menata l;ingkungan dan kegiatan keagamaan, termasuk membangun masjid Nurul Furqan. Filosofis "Dimana bumi di pijak, disitu langit di junjung" menjadi pijakan selama ini. Selama dua hari disana, saya menyaksikan bagaimana ketulusan seorang anak merawat ibunya. Mulai dari saat bangun pagi, memandikan, menyiapkan minuman orang tua dan susu, memberikan sarapan, mebawa berjemur matahari dan makan siang. Sebuah ketulusan yang luar biasa, dari anaknya. Dia lebih banyak berada di rumah, usaha nya telah dijalankan oleh anak nya, Taufan. Realitas ini, tidaklah dapat saya jalankan, ketika Ibu ku yang meninggal di Bekasi. Saya tinggal di Jakarta Barat, adik tinggal di Pasar Minggu dan kakak tinggal di Cinere, berjauhan dengan tempat tinggal adik perempuan Eliza di Bekasi.
Tak heranlah, dengan filoosif itu, jaringan persahabatan nya tidak hanya kalangan pengusaha tetapi juga penjabat Pemda Kabupaten Lampung Tengah, Polisi, Tentara dan jaringan orgaisasi sosial lain.
"Silaturrahmi mebawa berkah dan memperpanjang umur" semoga Tek Syam dan keluarga sehata wal afiat, dan memungkinkan kan bersilaturrahmi di waktu yang akan datang.
Aaamin ya Rabb. , salam dan doa buat keluarga Rumah Batu Kuning, Lawang untuk sanak keluarga bako kami Suku Caniago Datuak Nangkodoh Nan Hitam, Lawang, Kwcamatan Matur, Sumatera Barat.