Jum’at 15 Januari 2021 di Mesjid Al Hurriyyah, Puri Indah Jakarta Barat,terasa berbeda. Jama’ah nya yang mbludak hingga samping kiri dan kanan pendopo mesjid, dengan penerapan protocol kesehatan, jarak antar jamaah hampir satu meter, penggunaan masker, cuci tangan sebelum masuk mesjid serta membawa sajadah masing-masing. Banyak nya jama’ah hampir sama dengan kondisi sebelum wabah covid 19 melanda kita di tahun 2019.
H. Fachrudin al Bantani bertindak sebagai khatib sekaligus Imam. Dengan suara bariton megawali isi khutbah nya dengan cerita tentang seekor anjing yang diberi makan oleh si Fulan selama tiga bulan tidak berhenti.
Anjing yang biasa nya menyalak saat diliwati, menjadi seekor anjing yang penurut. Anjing ini tidak lagi menyalak dan menjadi anjing yang jinak. Saat Si Fulan menyuruh pergi, anjing itu pergi. Ketika disuruh duduk ia pun duduk. Begitu juga saat diperintahkan tidur, anjing itupun tidur.
Hanya dengan memaberi makan selama tiga bulan telah mampu mengubah karakter anjing yang liar,lepas menjadi anjing yang patuh dan penurut. Bagaimana dengan kita dengan kesempurnaan sebagai manusia? . Berapa tahun umur anda. Ada yang lima belas tahun, dua puluh tahun, tiga puluh tahun, melampaui umur Rasulullah ?. Malah ada yang melampaui usia 80 tahun !. Seberapa jauh kepatuhan kepada sang Pemberi Rezki dengan umur sepanjang itu. Seberapa jauh “patuh” pada sang Khalik?
Dengan anugerah yang diberikan Allah yang berlimpah dan mampu menghitung nya, ternyata manusia lebih rendah dari anjing, Anjing selama tiga bulan telah berubah total, yang liar dan tidak mau diatur menjadi penurut dan patuh. Manusia dengan berbagai anugerah yang diberikan Allah, bukan hanya kurang berterima kasih, malah lebih sering berkeluh kesah, dan lalai atas perintah Illahi.
Tidak menyadari dirinya sebagai makhluk Allah yang sempurna, tidak lebih baik dari seekor anjing.
Saya ingat seorang teman mengirimkan pesan singkat dalam sebuah foto tentang seorang pasien di Timur Tengah. Dia dirawat di rumah sakit selama lima belas hari, kemudian di hari keenam belas diperbolehkan pulang. Sebelum pulang dari rumah sakit, mnajemen rumah sakit memberihan tagihan biaya dokter, 150 tabung oksigen, obat dan lain, dalam rupiah sebesar Rp. 75.000.000, (Rp. 5.000.000/hari) Pasien ini menangis saat membaca tagihan tersebut. Petugas keuangan bertanya, “Kenapa Tuan …… Menangis ?. Apakah karena tagihan ini demikian besar, dan Tuan tidak sanggup membayarnya?
Pasien dengan terisak-isak dengan air mata mengucur deras, menjawab, “Aku sanggup membayar tagihan ini. Yang aku tangisi adalah selama hampir 80 tahun saya telah melupakan karunia yang luar biasa yang sangat bernilai nya dari Allah. Ternyata harga oksigen yang saya gunakan selama saya sakit lebih separuh biaya perawatan yang mencapai Rp. 75.000.000. Hari ini saya diingatkan tentang kelalain itu. Setelah Aku sakit dan dirawat di rumah sakit ini”
Mari kita petik makna khutbah ini. Apakah kita mau membiarkani diri kita lebih rendah dari anjing? Tentu tidak. Karena itu mari diperdalam makna kewajiban pada Khalik. Menghindarkan keluh kesah dan menggantikan nya dengan syukur yang optimal atas berbagai nikmat yang telah diterima. Syukur yang deimkian akan menjauhkan kita dari kikir. Allah akan memberikan rizki berlipat ganda. Tetapi ingatlah manusia yang tidak bersyukur, azab yang pedih menanti nya di akhirat kelak.