Mohon tunggu...
Muchlis
Muchlis Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa/ pelajar

Muchlis adalah mahasiswa di kampus PTIQ yang fokus pada pengkajian al-Quran, sebelumnya penulis diberikan kesempatan untuk mengambil program sarjana di kampus STFI Sadra Jakarta Selatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Islam Cinta Damai

4 Desember 2015   18:15 Diperbarui: 4 Desember 2015   18:20 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika dunia tergoncangkan dengan kebencian, perang serta pertumpahan darah, siapakah kemudian yang bangkit jadi pelopor perdamaian. Saya dengar Islam adalah agama rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh semesta}, apakah Islam sudah menjadi pelopor perdamaian hingga saat ini? Negara Islam ada dimana-mana, Indonesia, Saudi Arabia, Mesir, Turki, Iran dan lainnya. Islam yang mana saat ini tampil sebagai pahlawan, adakah Islam Indonesia, Saudi Arabia, Turki ataukah Iran. Atau mereka sendiri tidak mampu mengentaskan perpecahan diantara mereka, atau bahkan mereka justru menjadi pelopor perpecahan. Kalau dikatakan pelopor perpecahan, sepertinya itu salah. Tapi mereka sudah tidak mampu lagi bangkit mendamaikan golongannya sendiri, apalagi seluruh umat, apalagi dan lagi untuk seluruh semseta.

Ketika melihat tragedi Suriah, Libya, dan Negara Islam di Timur Tengah lainnya sedang teror-meneror, bantai-membantai, Islam terkesan begitu sangat tidak menghargai kehidupan. Apakah itu salah Islam, apakah itu ajaran Islam. Ketika melirik ke Palestina, Islam dibantai habis-habisan oleh kaum Yahudi, muslim yang lain kemana. Dimana Indonesia, dimana Arab Saudi dan dimana Islam yang lainnya. Kok mereka Cuma santai-santai aja di depan TV mereka, hanya ada sedikit bentuk simpati mereka dengan berkata, “kasian penduduk Islam Palestina, mari kita memberi makan, mengirimkan sembako,” akan tetapi di tengah hiruk pikuk peperangan, hujan granat dan bentuk pembantaian lainnya masihkah mereka sanggup untuk makan. Apakah itu yang mereka butuhkan, mereka butuh perlindungan, anak-anak mereka butuh kasih sayang, diamanakah tangan-tangan Tuhan yang begitu pemurah di dunia ini.

            Itulah konflik di Timur tengah, kita bisa berbuat apa sebagai seorang masyarakat kecil, sebagai seorang mahasiswa. Tapi saya masih sangat perihatin dengan kaum muslimin di Indonesiaku, dimana-mana saya melihat kaum muslimin saling mencaci. Di facebook, di whatsapp, di bbm, isinya cacian kepada saudara muslim mereka. Siapa lagi kalau bukan sunni dan syiah itu, yang sunni mencaci yang syia’i, yang syi’ipun membalas cacian yang sunni. Pertengkaran ini siapa yang menjadi dalangnya, dan siapa pula yang akan menjadi jembatan pemersatu bagi mereka.

Semakin hari semakin banyak saya saksikan di berbagai media, tidak lagi dikalangan masyarakat awam, dikalangan akademisipun sudah menjadi tradisi saling mencaci, bahkan mahasiswapun sudah ikut-ikutan mencaci dan mengkafirkan. Saya mengerti bahwa perpecahan ini bukan salah dari Sunni maupun Syiah, bukan pula salah seluruh umat Islam akan tetapi semua ini adalah salah kaum Yahudi. Mereka adalah tirani, mereka adalah dalang pertumpahan darah. Maka kadang saya berfikir, “Andai tak ada sunni dan Syiah, dengan cara apa lagi kaum Yahudi memecah-belahkan kaum muslimin.Andai pula tak ada kaum yahudi itu, tak ada alasan lain bagi Sunni dan Syiah untuk saling mencaci.Semuanya salah Yahudi, jadi Islam Sunni dan Syiah, Muhammadiyah dan NU tetap tidak bersalah.”

            Menutup tulisan ini, saya mengajak para pembaca untuk merenungi al-Quran surah al-Baqarah ayat 30, “ Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku ingin menjadikan pemimpin/ khalifah di muka bumi.” Para malaikat berkata, “apakah Engkau hendak manjadikan orang yang akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memujiMu dan menyucikan namaMu?” Aku mencoba mengulang-ulang ayat ini, kenapa malaikat mengatakan, wahai Tuhan, apakah engkau akan menciptakan manusia yang akan berbuat kerusakan dan yang akan menumpahkan darah.” Malaikat kok nanya gitu, kenapa mereka tidak bertanya, “Tuhan, apakah engkau akan menciptakan makhluk yang meninggalkan shalat, puasa dan tidak mau menjalankan syariat.”. lucu juga malaikat-malaikat itu, apakah malaikat gak tahu kalau manusia akan mempermaslahkan mengenai shalat itu sedekap atau tidak, dan lain-lainnya. Yah saya coba tinggalkan permasalahan ini, biarkan para pembaca merenung.

Oleh karena Tuhan tahu akan terjadi hal demikian, maka dari itu Tuhan pasti mengirimkan seseorang untuk menjadi juru damai, siapa yang Tuhan kirim? Yah siapa lagi kalau bukan para Nabi dan Rasul Tuhan. Banyak yang bilang, mereka cinta Nabi, mereka ingin mengikuti jejak para Nabi. Maka kalau ingin mengikuti tuntunan Rasulullah, “jadilah manusia yang berakhlak mulia, jadilah manusia yang mencintai sesama, jadilah manusia yang berkorban demi terciptanya perdamaian antara sesama umat manusia.”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun