Mohon tunggu...
M Saekan Muchith
M Saekan Muchith Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen UIN Walisongo Semarang dan Peneliti Pada Yayasan Tasamuh Indonesia Mengabdi

Pemerhati Masalah Pendidikan, Sosial Agama dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Selamat Datang UIN SAIZU Purwokerto

3 Agustus 2021   09:17 Diperbarui: 3 Agustus 2021   09:42 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selamat Datang UIN SAIZU Purwokerto
Oleh: M. Saekan Muchith

Berdasarkan Peraturan Presiden ( Perpres) nomor 41 tahun 2021 tanggal 11 Mei 2021, Institut Agama Islam Negeri (IAIN ) Purwokerto telah resmi beralih kelembagaan menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Prof. KH. Saifuddin Zuhri atau di singkat (SAIZU).  

Selain IAIN Purwokerto, ada 5 IAIN lain yang juga beralih kelembagaan  yaitu IAIN Jember berubah menjadi UIN KH Achmad Siddiq, IAIN Tulungagung berubah menjadi UIN Sayyid Ali Rahmatullah, IAIN Samarinda menjadi UIN Sultan Aji Muhammad Idris, IAIN Surakarta menjadi UIN Raden Mas Said Surakarta dan IAIN Bengkulu menjadi UIN Fatmawati.
Pemberian nama SAIFZU pada UIN Purwokerto sangat tepat dan akan menginspirasi perkembangan dan kemajuan dimasa mendatang.

Profil SAIZU selain sebagai tokoh nasional asli kelahiran Banyumas dan tokoh atau intelektual  NU yang memiliki pemikiran keislaman dan kebangsaan sangat kuat saat menjabat sebagai Menteri Agama RI tahun 1962-1967 dikenal juga sebagai pejuang berdirinya lembaga pendidikan tinggi Islam yang sekarang menjadi STAIN, IAIN dan UIN. 

Setidaknya ada 3 (tiga) hal yang ada dalam pribadi seorang bernama SAIZU yaitu intelektual Islam (NU), Tokoh Nasional (kebangsaan) dan tokoh atau bapak perguruan tinggi Islam. Oleh sebab itu, arah pengembangan UIN SAIZU harus bertumpu pada 3 (tiga) hal;

Pertama, basis wacana keislaman harus bersifat ke nusantaraan, artinya UIN SAIZU harus menjadi pioneer pengembangan Islam yang bersumber minimal dari Al Quran, Hadis, Ijma' ulama, dan qiyas. 

Kenapa demikian? Agar para dosen, mahasiswa dan para lulusan (Alumni) memiliki pengetahuan, pemahaman dan penerapan ilmu keagamaan yang bisa menjawab problem kehidupan umat. 

Konsekuensinya, harus ada 3 (tiga) pergeseran paradigma. Pertama, dalam hal berfikir, ada pergeseran dari "tradisi tektualis" menjadi "tradisi kontekstualis". 

Kedua, dalam hal tindakan, ada pergeseran dari tradisi "mengkoleksi teori" menjadi  tradisi "melaksanakan teori". Ketiga, dalam hal kemanfaatan atau kesalehan, ada pergeseran dari sebatas kesalehan induvidu menjadi kesalehan sosial (kelompok).

Kedua, selain memiliki kontribusi besar dalam wacara pemikiran Islam, UIN SAIZU harus juga berkontribusi besar dalam membangun dan memperkuat nilai nilai kebangsaan (nasionalisme). Wacara keislaman yang dikembangkan harus memperkuat kebangsaan bagi civitas akademika, alumni dan masyarakat. Hubungan Islam dengan negara (kebangsaan) bersifat saling melengkapi (komplementer) bukan berhadap hadapan ( vise a vise). 

Menurut Pierre Bourdieu (1977) dalam buku Outline of a Theory of Practice menjelaskan perlu adanya pendekatan budaya agar agama tidak sebatas sebagai simbol dan alat legitimasi kebenaran melainkan sebagai spirit untuk membangun peradaban umat manusia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun