Mohon tunggu...
M Saekan Muchith
M Saekan Muchith Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen UIN Walisongo Semarang dan Peneliti Pada Yayasan Tasamuh Indonesia Mengabdi

Pemerhati Masalah Pendidikan, Sosial Agama dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Radikalisme dan Terorisme Antara Rekayasa dan Fakta

9 April 2021   07:42 Diperbarui: 9 April 2021   07:46 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh : M. Saekan Muchith

Berbagai aksi yang menakutkan dan menyeramkan berupa serangan bom bunuh diri masih sering terjadi. Awal tahun 2021 tepatnya tanggal 28 Maret telah terjadi aksi bom bunuh diri di depan gereja katedral dan tanggal 31 Maret terjadi serangan ke Markas Besar ( Mabes) Polisi Republik Indonesia ( Polri).

Menurut logika normal, aksi tersebut kategori aneh, nekat dan sangat menakutkan setiap orang karena bisa melukai bahkan membunuh siapa saja. Saking menakutkanya, maka aksi itu disebut aksi atau gerakan teror yaitu gerakan yang dilakukan dengan target memberikan rasa takut  masyarakat.

Terhadap sebutan teroris yang diberikan kepada para pelaku bom bunuh diri, penyerang gereja, hotel, tempat hiburan dan kantor polisi ada sebagian masyarakat yang tidak bisa menerima. Kenapa? Sebutan teroris terkesan memojokan agama Islam, membuat citra Islam buruk dan juga bisa memecah belah umat Islam. Jika ada gereja di serang istilah teroris selalu di lekatkan, tetapi jika masjid yang diserang tidak pernah ada istilah teroris. Begitu kira kira yang ada di dalam pikiran sebagian kelompok yang tidak setuju dengan istilah teroris.

Pertanyaan yang pantas diajukan adalah, apakah teroris itu benar benar ada atau rekayasa?

Empat belas abad yang lalu, Rasulullah Baginda Muhammad Saw telah menjelaskan dalam hadisnya yang tertulis dalam kitab shahih bukhori nomor 3342. Intisari hadisnya mengandung makna bahwa diakhir zaman nanti benar benar akan muncul suatu kelompok dengan lima ciri ciri;

pertama, dari kalangan anak muda yang gigih, enerjik dan memiliki sangat tinggi dalam berdakwah.

Kedua, pemahan agamanya rendah bahkan bisa dibilang bodoh dalam ilmu agama tetapi merasa paling benar. Mereka tidak paham tentang agama tetapi mengaku paling paham soal agama.

Ketiga, setiap yang dilakukan selalu mengatasnamakan agama atau jihad, apa yang dikerjakan dikatakan perintah alquran, perintah agama yang akan mendapat pahala.

Keempat, kualitas keimananya dangkal hanya di tenggorokan.

Kelima, imanya mudah atau cepat hilang  seperti cepatnya anak panah lepas dari busurnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun