Mohon tunggu...
M Saekan Muchith
M Saekan Muchith Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen UIN Walisongo Semarang dan Peneliti Pada Yayasan Tasamuh Indonesia Mengabdi

Pemerhati Masalah Pendidikan, Sosial Agama dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Teori Mitos Gua Plato (Myth of The Cave)

25 Mei 2018   08:23 Diperbarui: 25 Mei 2018   08:33 1541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Plato adalah seorang pemikir hebat (427 s/d 347 SM ) dan sekaligus murid pemikir besar bernama Socrates. Kita tidak akan mengetahui apa dan siapa Socrates jika tidak ada Plato, karena Plato lah yang menulis atau membukukan pemikiran Socrates. 

Plato berusaha seoptimal mungkin untuk mengsosialisasikan ide gagasannya dan juga gagasan gurunya (Socrates) dengan mendirikan kumpulan diskusi atau biasa disebut Akademi yang diberi nama "Academy Filsafat Plato".

 Dari aktifitas di academi inilah, berkembang berbagai wacana dan teori. Salah satunya adalah teori atau Konsep Mitos Goa atau biasa disebut Myth of The Cave. Dalam Teori ini diulas secara panjang lebar tentang berbagai resiko dan konsekuensi  seseorang jika tidak memiliki banyak ilmu pengetahuan atau wawasan. Orang yang tidak memiliki pengetahuan atau berwawasan sempit tidak akan mampu memahami secara baik dan tepat atas berbagai realitas yang ada di dalam kehidupanya.

 Orang yang wawasan pengetahuannya sempit, oleh Plato di ibarat orang yang baru keluar dari dalam GOA, pandanganya silau, tidak jelas, kabur sehingga tidak bisa membedakan mana yang hitam, dan mana yang putih, tidak bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk. Tidak bisa membedakan mana yang lurus dan yang bengkok. 

Pandangan atau penglihatan orang yang baru keluar dari mulut Gua terasa kabur, remang remang sehingga tidak jelas apa yang sebenarnya terjadi. Dengan kata lain, orang yang berwawasan sempit tidak bisa menggunakan atau memanfaatkan potensi yang ada di dalam dirinya untuk hal hal yang bermanfaat. 

Islam menyebut, orang bodoh dan diibaratkan sebagai binatang atau hewan. Firman Allah dalam surah Al A'raf : 179 " "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.". Sayyidina Ali bin Abi Tholib berkata, "Seperti binatang yang diikat, hasratnya adalah makanan. Atau seperti binatang yang dilepas, yang pekerjannya adalah tujuan hidupnya."

Orang yang tidak berpengetahuan, memiliki sikap dan perilaku seperti hewan, yaitu orientasinya hanya untuk mencari kesenangan duniawi yang lebih ditekankan untuk memenuhi kesenangan perut (materi). Hanya ingin makan dan makan, dan menjalankan aktivitas sesuai nafsunya tanpa memperhatikan etika dan norma yang ada baik norma agama maupun norma negara. 

Oleh sebab itu, kita semua yang hidup di zaman globalisasi dimana zaman yang serba canggih, zaman dimana teknologi informasi sudah mempengaruhi sikap dan perilaku manusia. 

Dengan teknologi informasi setiap manusia bisa mendapat dan melakukan apa saja. Di zaman yang biasa disebut zaman NOW (zaman sekarang) tidak alasan untuk tidak memiliki wawasan pengetahuan yang luas. 

Informasi pengetahuan sangat mudah kita peroleh, data dari manapun sangat mudah kita akses, dengan demikian, kita harus berkomitmen  selalu mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan agar tidak termasuk bagian dari teori MITOS GOA tersebut. 

Kita sebagai manusia juga pasti tidak mau disamakan denagan hewan yang kehidupannya hanya untuk memenuhi ambisi materi (perut) tanpa memeprhatikan aspek aspek lain yang bermanfaat untuk diri sendiri dna orang lain (masyarakat). Sebaik baik manusia adalah yang bermanfaat untuk dirinya dan orang lain. "Khoirun naas anfa'a'uhum lil naas".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun