Mohon tunggu...
M Saekan Muchith
M Saekan Muchith Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen UIN Walisongo Semarang dan Peneliti Pada Yayasan Tasamuh Indonesia Mengabdi

Pemerhati Masalah Pendidikan, Sosial Agama dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cak Imin dan Politik Kebangsaan

23 Mei 2018   17:07 Diperbarui: 23 Mei 2018   17:11 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: poskotanews.com

Manuver politik Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) H. Muhaimin Iskandar yang akrab disapa Cak Imin  menarik dicermati. Jauh sebelum banyak orang berbicara calon presiden, Cak Imin sudah mendeklarasikan dirinya sebagai Calon Wakil Presiden (Cawapres) tahun 2019 melalui baliho dan foto dirinya diberbagai wilayah di Indonesia.

Pemasangan baliho disertai foto cak Imin ternyata cukup efektif menarik perhatian masyarakat Indonesia. Diberbagai sosial media (sosmed) menceritakan dialog antara turis dari luar negeri dengan abang  becak setelah turis melihat foto Cak Imin yang terpasang di baliho. Turis dari luar negeri bertanya kepada abang becak, Who is Muhaimin? Sang tukang becak spontan menjawab, Muhaimain is Kandar.

Selang beberapa saat, ada manuver yang tidak kalah menariknya yaitu membuat gerakan yang diberi nama "Soedurisme" perpaduan dari nama tokoh nasional Soekarno dan Gus Dur. Soedurisme dimaksudkan untuk memadukan atau mengintegrasikan ajaran Bung Karno yang nasionalis dengan ajaran Gur Dur yang religius. Menurut Cak Imin bangsa Indonesia agar tetap kuat dan semakin diperhitungkan bangsa lain jika mampu merumuskan ideologi nasionalisme-relegius. Artinya nasionalisme bangsa Indonesia harus diwarnai atau diisi dengan nilai nilai ajaran agama.

Tidak cukup sampai disitu, Cak Imin membuat ulah lagi dengan mendirikan Posko Jo-In yang dideklarasikan atau diresmikan diberbagai wilayah di Indonesia yaitu di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Jember, Lumajang dan Semarang. Tidak menutup kemungkinan daerah lain juga akan melakukan hal yang sama.

Join gabungan dari Jokowi -- Muhaimin yang mengandung makna bahwa pasangan presiden dan wakil presiden tahun 2019 adalah Jokowi dan Muhaimain Iskandar. Aneh dan ajaib, belum ada kesepakatan dari Jokowi dan partai partai koalisi Jokowi, Cak Imin sudah berani mendeklarasikan pasangan Presiden dan Wakil Presiden dengan menyandingkan dirinya sebagai calon wakil presiden Jokowi.  

Menurut Cak Imin, posko Join sekurang kurangnya memiliki tiga fungsi, Pertama, menaikan nilai tawar Cak Imin sebagai Ketua Umum PKB untuk mendampingin Jokowi sebagai calon wakil presiden pada pilpres tahun 2019. Kedua, sebagai wadah penampung aspirasi tentang berbagai persoalan yang dialami oleh masyarakat Indonesia. Ketiga, sebagai sarana untuk mempromosikan potensi yang dimiliki anak anak muda.

Sebagian ada yang mencibir manuver Cak Imin, dianggap gge mongso (mendahului/tergesa gesa), terlalu percaya diri (PD), terlalu ambisius ingin menjadi wakil presiden. Sebagian lagi menganggap langkah yang tepat dan bagus. Sebagai partai Islam yang memiliki suara paling banyak diantara partai partai Islam lainya, sudah selayaknya memiliki sikap politik yang tegas sejak awal agar bisa menjadi pendidikan politik bagi seluruh bangsa Indonesia. Politik tidak selalu semu, politik bisa dilakukan dengan langkah langkah yang jelas dan sistematis. Begitu kira kira yang ada dalam pikiran Cak Imin.

Politik Kebangsaan

Semua manuver Cak Imin terkait dengan pilpres 2019, tidak bisa dianggap remeh dari perspektif politik kebangsaan. Dalam literatur politik, setidaknya ada tiga macam berpolitik. Pertama, Politik Praktis dilakukan lewat  jalur partai politik yang ujung ujungnya meraih kekuasaan dalam pemerintahan. Kedua, Politik identitas dilakukan dengan membawa issu simbol keagamaan yaitu mengangkat issu sentimen agama untuk memperoleh dukungan dari rakyat.

Politik identitas sangat terasa saat pilkada DKI Jakarta tahun 2017. Ketiga, Politik Kebangsaan dilakukan dengan cara tidak mempertentangkan antara faham nasionalisme kebangsaan dengan faham Islam, seperti pesan Ulama pendiri NU Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ary, bahwa  "Agama dan Nasionalisme adalah dua kutub yang tidak berseberangan, nasionalisme adalah bagian dari agama, dan keduanya saling menguatkan".

Dalam setiap kesempatan, Cak Imin selalu mengusung dua issu penting yang saling menguatkan  dalam konteks bangsa Indonesia yaitu Nasionalisme dan Islam (religius). Penobatan dirinya sebagai cawapres Jokowi pada pilpres 2019 didasarkan pada realitas, bahwa Jokowi adalah sosok yang jelas jelas berhaluan nasionalis yang memiliki  elektabilitas  relatif tinggi, yang harus didampingi sosok yang jelas jelas mawakili kelompok santri (religius).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun