Mohon tunggu...
M Saekan Muchith
M Saekan Muchith Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen UIN Walisongo Semarang dan Peneliti Pada Yayasan Tasamuh Indonesia Mengabdi

Pemerhati Masalah Pendidikan, Sosial Agama dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pelajar Jateng Lebih Cinta NKRI ketimbang Khilafah

23 Mei 2018   05:53 Diperbarui: 23 Mei 2018   06:45 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelajar adalah generasi muda yang memiliki tugas membangun bangsa di masa depan. Pelajar hari ini akan sangat menentukan kualitas bangsa Indonesia di masa mendatang. Dalam pepatah arab dikatakan " Subbanul yaum, rijaalul ghaadi" yaitu pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. 

Hasil survey lembaga survey Jawa Tengah bernama Tasamuh Indonesia Mengabdi (Time) pada akhir tahun 2017 tepatnya antara tanggal 19 s/d 27 Desember 2017 mengahsilkan data bahwa sebanyak  69 % pelajar di Jawa Tengah masih mencintai NKRI ketimbang sistem khilafah. Artinya mayoritas pelajar Jawa Tengah memiliki jiwa nasionalisme yang cukup tingi, walaupun masih ada sekitar 31 % yang memilih sistem khilafah.

Survey yang diberi tema "Wawasan Kebangsaan  Bagi Pelajar " dilakukan kepada pelajar kelas XI dan XII di  16 Kabupaten yaitu Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Gorobogan, Kabupaten Demak, Kota Semarang, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Tegal, Kota Salatiga, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten dan Kabupaten Magelang.

 Sebanyak 483 pelajar telah memberikan respon atas pertanyaan yang diberikan tim survey. Terhadap pertanyaan mana yang anda pilih (A) Indonesia berdasarkan Pancasila dan NKRI (B) Indonesia berdasarkan sistem khilafah atau negara Islam. Sebanyk 335 (69 %) Pelajar menjawab A yaitu Indonesia Berdasar Pancasila dan NKRI, sedangkan pelajar yang menjawab B yaitu Indonesia berdasar sistem khilafah atau negara Islam sebanyak 148 (31 %).

 Berdasarkan hasil survey tersebut, bahwa pendidikan atau pelajaran tentang kebangsaan dan agama disekolah dapat dikatakan berhasil karena mampu memberikan dan sekaligus memperkuat nasionalisme dikalangan pelajar. Meskipun secara mayoritas pelajar dapat dikatakan memiliki jiwa atau semangat nasionalisme yang tinggi, tetapi masih ada 31 % pelajar yang menghendaki Indonesia berdasarkan khilafah. 

Angka 31 % ini menjadi pekerjaan Rumah (PR) bersama untuk dibimbing dan dibina agar di masa mendatang pelajar tersebut berubah dalam memandang sistem kenegaraan Indonesia menjadi lebih mencintai Pancasila dan NKRI dari pada sistem negara Khilafah (Islam). Apapun alasannya, Bagi bangsa Indonesia Pancasila dan NKRI merupakan kesepakatan nasional yang perlu di pertahankan dan semakin diperkuat bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Berdasarkan hasil survey tersebut, maka perlu dilakukan beberapa langkah untuk melakukan penyadaran kepada 31 % pelajar yang masih memiliki pemahaman atau setuju dengan sistem khilafah. Langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :

 Pertama, Kepada Pelaksana Pendidikan di sekolah formal (Guru) harus meningkatkan metodologi pembelajaran yang mampu memperkuat kebangsaan (nasionalisme) bagi pelajar. tanggung jawab untuk memperkuat nasionalisme tidak hanya tanggung jawab Guru PKN dan Guru Agama, melainkan menjadi tanggung jawab semua guru mata pelajaran. Artinya pesan nasionalisme harus di sisipkan melalui semua mata pelajaran. 

Konsekuensinya, semua Guru mata pelajaran harus terlebih dahulu memiliki cara pandang dan semangat nasionalisme yang kuat agar mampu memberikan wawasan kebangsan kepada pelajar secara optimal.

 Kedua, Kepada Para Mubaligh (Juru Dakwah) harus juga selalu memberikan pemahaman wawasan keagamaan yang mendalam dan utuh. Agama harus dipahami dari perspektif multi disiplin ilmu dengan pendekatan kontekstual agar agama bisa di pahami secara utuh dan mendalam. 

Karena pemahaman tentang agama dan wawasan kebangsaan para pelajar tidak hanya diperoleh melalui sekolah formal, tetapi juga bisa diperoleh dari materi dakwah para mubaligh diberbagai media.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun