Mohon tunggu...
M Saekan Muchith
M Saekan Muchith Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen UIN Walisongo Semarang dan Peneliti Pada Yayasan Tasamuh Indonesia Mengabdi

Pemerhati Masalah Pendidikan, Sosial Agama dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pemimipin dan Filosofi Lautan

19 Mei 2018   12:47 Diperbarui: 19 Mei 2018   13:23 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernyataan dua tokoh politik nasional beberapa wktu lalu yaitu Prabowo Subiyanto dan Joko Widodo  menarik untuk diperbincangkan. Dalam pidato diforum konsolidasi internal partai, Prabowo Subiyanto yang juga ketua dewan Pembina partai Gerindra mengutip buku fiksi ilmiah berjudul Ghost Fleet : A Novel of the Nex World War karya PW Singer and August Cole  bahwa  Indonesia mungkin akan bubar pada tahun 2030. 

Sontak, pidato Prabowo menjadi viral di berbagai media sosial. Muncul beragam pendapat, ada yang pro dan ada yang kontra. Secara umum ada tiga hal yang dapat dipetik dari isi pidato Prabowo Subyanto, Pertama, sebagai tokoh nasional  Prabowo Subiyanto  dianggap kurang dewasa dan cenderung emosional karena menyampaikan pendapat tidak berdasarkan data yang akurat. 

Kedua, sangat terasa, bahwa  Prabowo itu ditujukan untuk menyindir Presiden Jokowi yang dianggap gagal dalam memimpin bangsa Indonesia. Ketiga, apapun kekurangannya, pidato Prabowo Subiyanto tetap ada sisi  positifnya yaitu  sebagai kritik kepada para elit politik agar berhati hati dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai pemimpin bangsa.

Respon tidak hanya dari kalangan masyarakat, Presiden Joko Widodo juga ikut merespon pernyatan Prabowo Subiyanto tersebut. Saat menghadiri acara Konvensi Nasional Galang Kemajuan 2018 yang diselenggarakan di Ballroom Puri Begawan Bogor pada tanggal 6 april 2018, Presiden Jokowi menyampaikan pengarahan atau orasi dengan gaya yang tidak seperti biasanya. 

Jokowi yang selalu tampil dengan intonasi pelan, tenang dan kelem berubah dengan gaya orasi yang menggebu gebu, nada bicara tinggi dan berapi api sehingga terkesan emosional.

Prabowo dan Jokowi secara de fakta dan de yure adalah pemimpin nasional dengan tugas dan kewenangan yang berbeda. Prabowo memimpin partai politik yang memiliki dukungan yang tidak bisa di remehkan. Jokowi  seorang Presiden yang memiliki tugas dan tanggug jawab untuk mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia. Implikasinya, Prabowo dan Jokowi segala ucapan, sikap dan perilakunya akan mempengaruhi suasana ketenangan, kenyamanan, kesejahteraan dan kerpibadian bangsa Indoensia.

Ulama Besar Islam Imam al Mawardi dalam kitab Al Ahkam Al Sulthaniyah mengatakan "Pemimpin  rujukan bagi rakyatnya, jika para pemimpin sabar, jujur, santun  dan amanah,  rakyat akan cerdas dan mulia. Jika para pemimpin emosional, bohong dan tidak jujur maka rakyat  akan hancur dan menderita". Seorang penyair pada zaman jahiliyah bernama Afwah al Audi mengatakan " Manusia akan senantiasa bertindak anarkhis jika tidak ada orang orang mulia diantara mereka, Dan tidak ada orang mulia jika yang berkuasa (memimpin) adalah orang orang bodoh diantara mereka".

Masyarakat Indonesia tentunya sangat berharap para pemimpin nasional memiliki sikap dan perilaku yang santun, jujur, obyektif dan benar benar bekerja untuk kesejahteraan bangsa Indonesia bukan untuk mengejar keuntungan pribdi dan kelompoknya. Dengan kata lain, para pemimin nasional harus benar benar bisa bersikap dan bertindak sebagai negarawan bukan sebagai politisi.

Mufassir Indonesia M. Quraisy Sihab dalam buku "Wawasan Al Qur'an" menjelaskan Al-Qur'an secara jelas memberikan peluang kepada manusia untuk menikmati dan mengambil pelajaran dari fenomena dan segala isinya yang ada  laut. Dari 6236 ayat dalam al Qur'an sedikitnya ada 32 ayat yang membicarakan tentang laut dalam berbagai dimensinya. Para pemimpin juga harus mengambil hikmah atau pelajaran yang ada di dalam laut.

Dalam konteks kepemimpinan nasional, setidaknya ada lima makna yang bisa diambil hikmahnya dari lautan, Pertama, laut memiliki wilayah yang sangat luas dan airnya sangat dalam. 

Sebagai seorang pemimpin harus menguasai segala informasi yang utuh, lengkap dan benar benar valid. Pemimpin tidak boleh asal bicara (asbun) dan juga tidak boleh menyampaikan pendapat dengan nada emosi dan tidak berdasar ada fakta dan data. Kedua, laut berisi semua mahluk yang beraneka ragam mulai yang kecil sampai yang besar, dari yang buas sampai yang  tidak buas, dari mahluk yang suka memakan sesamanya sampai dengan mahluk yangt idak doyan makan sesama. Sebagai pemimpin bangsa harus bisa mengayomi, membina, membimbing semua rakyatnya yang beraneka ragam aspirasi, karakter, profesi dan kepentinganya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun