Mohon tunggu...
M Saekan Muchith
M Saekan Muchith Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen UIN Walisongo Semarang dan Peneliti Pada Yayasan Tasamuh Indonesia Mengabdi

Pemerhati Masalah Pendidikan, Sosial Agama dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Teroris, Salah Memahami Pesan Agama

16 Mei 2018   22:49 Diperbarui: 16 Mei 2018   23:21 1623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hanya ada satu kata yang pantas di katakan terhadap aksi teror di Surabaya. Biadab. Karena tindakan tersebut jelas jelas bertentangan dengan nilai nilai kebangsaan ( Pancasila) dan nilai nilai keagamaan ( Islam). Lebih memprihatinkan lagi ternyata salah satu pelaku aksi teror dilakukan seorang ibu beserta 2 orang anaknya dengan cara aksi bom bunuh diri. Seorang ibu yang seharusnya mendidik, membimbing dan mengasuh anaknya agar tumbuh dewasa agar bisa berkarya untuk keluarga bangsa dan negara, malah mengajak anaknya untuk mati sia sia bersama.

 Kira kira apa yang terpikir di benak seorang ibu sebelum melakukan aksi bom bunuh diri bersama dua anak kandungnya? Saya siap berjihad di jalan Allah swt menjadi pejuang Allah ( mati sahid) yang akan mendapatkan imbalan surga.  

 Salah satu faktor seseorang rela berkorban dan siap menjadi "pengantin" dalam aksi terorisme karena mereka yakin apa yang dilakukan merupakan perintah agama yang akan mendapat pahala berupa surga. Mereka memegang prinsip " hidup mulia atau mati sahid" ( isy kariiman au mut syahiidan). Artinya jika mereka merasa tidak bisa hidup mulia di dunia maka lebih baik mati sahid yang ditempuh dengan jihad berupa aksi bom bunuh diri.

Aksi atau gerakan radikalisme dan terorisme lebih banyak disebabkan karena faktor kesalahan memahami agama ( beragama) dari pada faktor lain seperti politik, ekonomi dan budaya. Menurut Nanang Martono dalam buku " Sosiologi Perubahan Sosial " (2011: 305) Agama di fungsikan dalam dua hal yang saling bertentangan yaitu berfungsi positif dan negatif.

Kelompok yang memandang agama berfungsi positif di lakukan para kaum fungsional (fungsionalisme) yang dipelipori oleh Email Durkheim mengatakan agama mengajarkan sikap dan perilaku santun, damai, saling menghormati dan menghargai sehingga dengan agama akan terwujud sistem kehidupan yang aman, nyaman dan sejahtera.

Ada kolompok yang beranggapan, agama berfungsi negatif bagi kehidupan manusia.

Kelompok ini di pelopori Karl Marx yang mengembangkan doktrin agama adalah candu kehidupan. Para kelompok ini berpandangan bahwa agama akan melahirkan cara pandang dan perilaku manusia yang keras, jahat, dan mental manipulatif sehingga melahirkan konflik ditengah kehidupan masyatakat.

Sampai disini dapat dikatakan bahwa agama bersifat subyektif dalam artian setiap pemeluknya memiliki kebebasan untuk memahami atau memaknai pesan agama sesuai kapasitas dan pendekatan yang di gunakan. Implikasinya hasil pemahaman terhadap teks atau pesan agama bisa melahirkan perilaku positif dan juga bisa melahirkan perilaku negatif.

Bagaimana dengan para teroris? Diakui atau tidak para aktor teroris di Indonesia 100 % mereka beragama Islam ( muslim) yang membaca dan memahami ajaran Islam berupa al qur'an dan hadis.

Menurut logika, Tuhan menciptakan agama berikut kitab sucinya pasti bertujuan untuk menciptakan kemaslahan hidup bagi mahluknya. Mustahil Tuhan menciptakan agama beserta kitab sucinya untuk melahirkan konflik dan menebar teror atau ketakutan dalam kehidupan manusia. Anehnya para aktivis teror mengaku muslim dan selalu mengatakan melaksanakan perintah agama berupa jihad di jalan Allah, mati sahid yang akan mendapat imbalan berupa surga.

Mungkinkah jihad di jalan Allah bisa dilakukan dengan cara cara yang melanggar aturan dan norma? Benarkah ingin mendapat predikat mati sahid di lakukan dengan cara bom bunuh diri? Logiskah ingin memperoleh " tiket " masuk surga di tempuh dengan cara menyerang aparat penegak hukum dan merusak tempat ibadah agama lain ( gereja)?.
Ini semua bukti bukti bahwa para teroris telah melalukan kesalahan dalam memahami agama (beragama). Kesalahan beragama dapat dilihat dalam beberapa hal sebagai berikut:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun