Mohon tunggu...
Muara Alatas Marbun
Muara Alatas Marbun Mohon Tunggu... Guru - Alumni U Pe' I

Seorang lulusan yang sudah memperoleh pekerjaan dengan cara yang layak, bukan dengan "orang dalem", apalagi dengan "daleman orang"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hari Kebangkitan Nasional Itu Momen Membangkitkan Bangsa Sendiri, Bukan Bangsa Lain

20 Mei 2021   17:39 Diperbarui: 20 Mei 2021   18:00 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Republika.com

Keinginan membantu mayoritas orang Indonesia ini sangat tinggi, tinggi sekali apalagi jika itu berhubungan dengan persamaan terhadap sesuatu, dalam hal ini persamaan sebagai umat agama yang sama. Sekali Israel senggol Palestina, maka mengamuklah negara-negara dominan Islam beserta rakyatnya dan mereka mempersiapkan jiwa dan raga untuk membantu Palestina. Jika saya boleh berpendapat, semangat ini serupa seperti semangat mau merdeka karena semuanya mau berkorban, baik itu uang hingga properti. Minimalnya, menghentikan propaganda media yang mereka anggap pro-Israel.

Demi membela negara lain, mereka mencoba menyamakan bahwa membela Palestina itu membela Indonesia juga, dengan mengangkat kembali sisi historis antara Indonesia dan Palestina --meskipun masih saja ada yang menyebarkan hoax seperti menyatakan bahwa Palestina adalah negara berdaulat pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Hal seperti ini yang jarang pernah terjadi jika hal tersebut berhubungan dengan kondisi dalam negeri. Kejadian Poso jarang ada yang berduka, kejadian di Papua banyak yang minim informasi, dan bahkan hingga hal yang terkecil seperti menolong seseorang yang berhutang dan memang tidak sanggup membayar. Tidak pernah berekspetasi besar jika mayoritas Indonesia lebih peduli pada suatu teritori di Arab sana.

Hari Kebangkitan Nasional isinya kurang membangkitkan suasana. Saya tidak pernah lagi ada perdebatan siapa organisasi yang dulu mempelopori kesadaran nasional, saya tidak pernah lagi melihat riuh warna merah putih di medsos karena semuanya tertutupi dengan warna hijau, hitam, putih, dan merah. Lebih mirisnya, terdapat pemberitaan seorang siswa SMA dikeluarkan begitu saja dari sekolah hanya karena menghina Palestina, iya dia tidak menghina Indonesia. Uniknya, mayoritas mendukung tidakan itu dan hancurlah kesempatan pendidikan gadis yang bersekolah di Bengkulu tersebut.

Inilah jika kita tidak bangkit dari urusan primordial kita, logika mereka itu hanya terbatas pada confirmtion bias dimana jika ada satu fakta yang sesuai dengan nafsu mereka, maka mereka akan menganggap itu adalah kebenaran mutlak sementara sisanya tidak perlu dipertimbangkan karena sudah keburu ditolak. Mereka mulai membenci orang-orang yang berbeda pendapat padahal satu bangsa, dan itu kontras dengan semangat pribumi mereka di mana orang Indonesia harus berdikari dan jangan sampai tunduk pada bangsa asing. Nyatanya saat ini mereka malah gila-gilaan membelaasing.


Bangsa Indonesia punya permasalahan tersendiri termasuk kasus Poso, dan hanya segelinitir orang yang terus bersuara dan berdoa semoga warga sipil sana bebas dari MIT. Kenapa banyak orang yang tidak mendukung? mungkin saja karena mereka ada sangkut pautnya mentang-mentang punya label dari satu kaum. Tapi saya tidak akan bicara ke sana karena kita sama-sama pemuja asing, barang asing selalu menarik karena jarang ditemui sekalipun globalisasi merajalela. Apalagi jika barang asing itu sesuai dengan identitas kita, beuh cinta mati pula itu sama asing.

Ada sebuah ungkapan dari Soekarno seperti ini:
"Kalau jadi Hindu, jangan jadi orang India. Kalau jadi Islam, jangan jadi orang Arab. Kalau jadi Kristen, jangan jadi orang Yahudi. Tetaplah jadi orang Indonesia dengan adat budaya nusantara yang kaya raya ini."

Saya mendalami ungkapan tersebut hari ini dan menemukan satu makna bahwa kita jangan menjadi orang yang fanatik dengan bangsa lain, tapi harus menyadari bahwa di negara kita ada sesuatu. Banyak anak yang perlu sekolah, banyak penjual kecil yang dagangannya perlu dibeli, dan banyak korban ketidakadilan dari kalangan rakyat kecil perlu di bela. Semua itu ada di negeri ini, di Indonesia, jadi tak usahlah jauh-jauh ke Palestina sana.

Semoga Indonesia bangkit dari COVID-19 dan pendidikan kita kembali pada pelaksanaan seperti biasa dan kehidupan sosial kembali berjalan normal. Jika hal-hal tersebut kembali maka kita sebagai bangsa bisa berkumpul bersama kembali dan berusaha bersama untuk mendukung orang-orang Indonesia lainnya yang juga membutuhkan pertolongan dan semangat menolong dari orang-orang di sekitarnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun