Mohon tunggu...
Muammar Irsyad Kadir
Muammar Irsyad Kadir Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

(maha) siswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebudayaan Menghasilkan Pendidikan Berkarakter

15 April 2018   12:20 Diperbarui: 15 April 2018   12:37 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pendidikan dan kebudayaan bagaikan uang logam yang memiliki dua sisi wajah, meskipun kedua sisi wajah itu berbeda tapi tidak dapat dipisahkan. Pendidikan dan kebudayaan merupakan hal yang sama, yaitu kedua hal yang memiliki arti kata yang berbeda tetapi memiliki tujuan yang sama dan tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik, jumlah pemuda yang ada di Indonesia sekitar 61,83 juta jiwa. Angka statistik tersebut bukanlah angka yang kecil, karena masyarakat dan pemerintah akan memiliki pekerjaan rumah yang sangat banyak untuk mengatasi segala permasalahan pendidikan yang ada di negara ini.

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan nasional bangsa dan negara ini, yaitu terdapat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang berbunyi "mencerdaskan kehidupan bangsa". Tujuan nasional tersebut dapat diwujudkan oleh negara ini melalui pendidikan, baik itu pendidikan formal maupun pendidikan non-formal. Pendidikan formal dapat ditempuh melalui pendidikan di sekolah, maupun perguruan tinggi, sedangkan pendidikan non-formal dapat ditemui dikeluarga, saat bersosialisasi dengan masyarakat, atau saat berorganisasi.

Namun, melihat kondisi pendidikan di Indonesia saat ini, ibarat bangsa ini sedang menaiki wahana roller coaster, dimana kondisi pendidikan di Indonesia, terkadang mengalami kenaikan yang berprestasi, tapi disatu sisi juga terjadi kemerosotan yang membuat kita prihatin. Pemerosotan yang terjadi menjadi pekerjaan rumah untuk bangsa ini, agar kondisi pendidikan dapat menjadi stabil dan bahkan naik ke puncaknya. Akhir-akhir ini, dapat kita jumpai kondisi yang sangat memprihatinkan terhadap pendidikan di Indonesia, yaitu:

  • Kasus bully antar siswa dan kasus penganiayaan antar siswa dan guru. Kasus tersebut sudah sering kita dengar, bahkan akhir-akhir ini terdapat beberapa kasus seperti itu. Kasus yang terjadi antar dua atau lebih siswa yang berkelahi, dan berujung kepada pihak yang berwenang, yaitu polisi. Kondisi psikis yang dimiliki siswa-siswa tersebut akan mengalami bergulatan batin, apalagi siswa tersebut harus berurusan dengan pihak yang berwenang, dan membuat siswa tersebut akan memiliki catatan kecil yang dapat menghancurkan mereka di masa yang akan datang, jika hal tersebut tidak diatasi dengan baik. Selain itu terdapat kasus dimana siswa memukul gurunya. Kedua kasus tersebut, membuat luka dan coretan kotor bagi bangsa ini. Sehingga membuat masyarakat dan pemerintah harus berpikir lebih keras lagi untuk mengatasi masalah ini.
  • Kasus pelecehan seksual antara siswa dan guru. Terkadang kita akan mendengar atau membaca berita mengenai kasus pelecehan seksual yang terjadi antara siswa, tapi kali ini kasus tersebut bertambah dan meluas menjadi kasus pelecehan yang terjadi antara guru dan siswa. Kasus tersebut dapat kita sebut sebagai white collar crime atau kejahatan berkerah putih, dimana guru yang seharusnya mengajarkan siswanya tapi karena memiliki jabatan atau kewenangan sehingga guru tersebut menggunakannya untuk melakukan pelecehan terhadap siswanya. Sungguh kasus yang tragis yang muncul di kehidupan pendidikan bangsa ini.

Kasus-kasus di atas hanyalah segelintir permasalah yang terjadi di dunia pendidikan ini. Di awal tulisan ini terdapat dua hal yang tak dapat dipisahkan bagaikan dua wajah uang koin, yaitu pendidikan dan kebudayaan. Kebudayaan yang seharusnya tumbuh dan berkembang bersama dengan pendidikan, tapi kebudayaan tersebut malah menghilang di tengah-tengah bangsa ini, membuat kebudayaan luhur bangsa ini, yang diajarkan sejak kita lahir, menjadi hilang dan hancur dikarenakan moral bangsa ini yang semakin hari semakin mengalami pemerosotan.

Kebudayaan luhur bangsa ini yang mengajarkan kita sejak lahir, tentang beretika, bersosialisasi, dan berkreasi, seharusnya menjadi senjata tajam yang dimiliki bangsa ini untuk mengupas dan menebang semua permasalahan yang ada pada sistem pendidikan bangsa ini. Saat menempuh pendidikan baik itu pendidikan formal maupun non-formal, kita selalu diajarkan mengenai cara beretika, dan memiliki kesopanan yang baik. Hal itu tidak pernah terlupakan oleh guru-guru yang selalu mengajarkan muridnya mengenai nilai-nilai kebudayaan.

Namun, masih ada hal yang terlupakan oleh bangsa ini, yaitu pendidikan yang lebih mengedepankan kebudayaan yang membuat bangsa ini kaya akan proses untuk berpikir secara kreatif dan inovatif. Nilai-nilai kesenian merupakan salah satu kebudayaan yang belum dapat diimplementasikan sepenuhnya. Meskipun di sekolah-sekolah sudah terdapat mata pelajaran kesenian, namun mata pelajaran itu hanya sebagian kecil dari nilai kebudayaan, karena sistem pendidikan negara ini terus mengejar dan berusaha meningkatkan ilmu pengetahuan alam dan sosial setiap siswanya, terkadang melupakan nilai-nilai kebudayaan seperti kesenian. Perbandingan itu dapat kita lihat, dimana jam pelajaran untuk ilmu pengetahuan alam, matematika, dan ilmu sosial memiliki waktu yang sangat lama, sedangkan mata pelajaran kesenian hanya dilakukan dalam waktu 2 jam dalam seminggu. Pemerintah sudah tepat untuk lebih mengedepankan mata pelajaran ilmu pengetahuan alam, matematika, dan ilmu sosial melalui jam pelajaran yang lebih lama, karena akan sangat berguna bagi setiap siswa untuk menentukan kehidupan siswa tersebut kedepannya. Namun, bukan berarti nilai-nilai kebudayaan seperti kesenian tersebut harus ditinggalkan, karena melalui nilai-nilai kesenian maka kinerja otak kanan juga akan bekerja.

Otak merupakan komponen yang sangat kompleks, ketika siswa diharuskan belajar secara terus menerus mengenai hal-hal yang berhubungan dengan logika, maka akan membuat otak kiri akan bekerja lebih keras, sedangkan otak kanan tidak bekerja semaksimal otak kiri. Otak kiri dapat dioptimalkan kerjanya melalui hal-hal yang berhubungan dengan kebudayaan atau kesenian, sehingga kedua bagian otak itu akan menjadi seimbang. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan kesenian di dalam sistem pendidikan harus dioptimalkan, meskipun terkadang sudah ada sekolah-sekolah yang melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler kesenian, tapi jumlah peminatnya masih sangat sedikit, karena fasilitas dan ragam kesenian dalam ekstrakurikuler tersebut masih sangat minim. Kegiatan ekstrakurikuler kesenian di setiap sistem pendidikan diharapkan memiliki fasilitas yang lengkap, seperti tenaga pengajar yang ahli, fasilitas-fasilitas fisik seperti alat musik yang lengkap dan ragam kesenian  kegiatan ekstrakurikuler juga haruslah beragam, seperti seni tari, seni lukis, dan seni musik. Hal-hal seperti itu dapat membuat siswa-siswa menjadi tertarik untuk mengikuti kegiatan tersebut, karena tidak mengharuskan siswa duduk diam dan hanya mendengarkan seperti pada saat belajar di kelas. Ketertarikan siswa akan kegiatan-kegiatan kesenian membuat setiap siswa memiliki hal-hal yang menyenangkan untuk dilakukan, sehingga kasus-kasus seperti diatas tadi tidak akan terpikirkan oleh setiap siswa dan siswa juga tidak memiliki waktu yang kosong untuk melakukan hal-hal yang tidak berguna lagi, karena telah memiliki kesibukan untuk belajar di "kelas" dan belajar diluar "kelas".

 Jadi, keseimbangan antara pendidikan di dalam "kelas" dengan pendidikan diluar "kelas" membuat otak siswa menjadi seimbang dimana otak kanan dan kiri bekerja secara maksimal. Hal tersebut sangat penting, karena beberapa ahli mengatakan bahwa keseimbangan otak kanan dan otak kiri sangat berguna untuk pembentukan karakter. Pembentukan karakter setiap siswa melalui pendidikan dan kebudayaan dapat membuat karakter siswa menjadi lebih terarah, dan menciptakan karakter yang menjadi cita-cita leluhur kita dan bangsa ini. Selain itu, melalui keseimbangan antara pendidikan formal di dalam kelas, dan pendidikan diluar kelas seperti kegiatan kebudayaan, membuat pendidikan negara ini menjadi kuat dan dapat terhindar dari segala macam bentuk pemerosotan, dan disertai dengan kebudayaan bangsa ini menjadi lebih maju karena telah ditanamkan kepada siswa-siswa sedini mungkin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun