Mohon tunggu...
Mual P Situmeang
Mual P Situmeang Mohon Tunggu... Relawan - Pekerja Sosial

Spesialis Pelibatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cara Batak Mewariskan Cinta Keluarga Ditengah Gelombang Modernisasi

21 Maret 2023   19:00 Diperbarui: 22 Maret 2023   11:03 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pernikahan Batak (sumber pariwisatasumut.net)

Dinamika perubahan relasi antar keluarga dan masyarakat saat ini amat dipengaruhi oleh nilai kehidupan modern yang individualistis serta independen. Kebersamaan dalam keluarga dan antar keluarga menjadi sesuatu yang harus diperjuangkan tidak lagi dianggap sebagai nilai dasar alami sebuah keluarga dan komunitas. Sepertinya, setiap individu didorong oleh arus zaman untuk memprioritaskan hal lainnya dari pada nilai kebersamaan.  Sebuah ilustrasi dalam bentuk foto menunjukkan sebuah keluarga di mana setiap anggotanya sibuk dengan ponsel pintarnya masing-masing di dalam ruang keluarga. Hal ini mencerminkan fenomena kebersamaan pada zaman sekarang.

Ditengah tantangan keluarga dan masyarakat mempertahankan nilai kebersamaan pada jaman individualistis ini,  masih ada praktek budaya lokal yang berhasil memelihara nilai-nilai tersebut secara berkelanjutan.  Salah satu contohnya adalah Komunitas Batak. Keluarga-keluarga Batak memiliki tradisi yang dihormati secara turun-temurun dalam mempertahankan nilai kebersamaan.

Dokpri - kerabat keturunan ompung kakak beradik
Dokpri - kerabat keturunan ompung kakak beradik
Masyarakat Batak memiliki pola relasi kekerabatan yang mengakar kuat dalam kehidupan sosialnya.  Aspek kekerabatan berperan penting di setiap peristiwa kehidupan keluarga atau masyarakat. Dalam siklus kehidupan yang dimulai dari kelahiran, akil balik, pernikahan, hingga kematian selalu ada perlakuan adat oleh kerabat keluarga.    

Pola relasi tradisional Batak terangkum pada Dalihan Na Tolu (tiga kedudukan fungsional) atau semacam pedoman dasar yang memayungi  konstruksi sosial keluarga dan masyarakat. Ketiga fungsi kedudukan tersebut adalah:

1.Somba marhulahula (sikap sembah/hormat kepada keluarga pihak pemberi istri/ibu)

2.Elek marboru (sikap membujuk/mengayomi anak perempuan dan pihak yang menerima anak perempuan)

3.Manat mardongan tubu (sikap berhati-hati kepada teman semarga)

Dokpri-kerabat keluarga merestui dan menasihati prosesi adat pernikahan
Dokpri-kerabat keluarga merestui dan menasihati prosesi adat pernikahan
Sistem kekerabatan Batak adalah patrilineal dimana silsilah atau keturunan keluarga merunut pada garis keturunan bapa atau ayah. Seorang anak lelaki dalam keluarga patut memahami silsilah keluarganya sendiri dan juga minimal keluarga besar semarganya. Sedangkan anak perempuan tidak terlalu dituntutnya karena ia akan terbawa pada keluarga suaminya bila berkeluarga.  

Para orangtua mewariskan pengetahuan silsilah keluarga (family tree) kepada anak lelaki secara turun temurun.  Anak lelaki harus mengetahui kedudukannya dalam silsilah keluarga besar. Hal ini akan memperjelas pola relasi dan perannya didalam interaksinya kepada kerabatnya.

Didalam sistem kekerabatan ada pola relasi yang normatif.  Anak lelaki yang berkedudukan lebih muda satu tingkat akan menghormati kerabatnya yang berada diatasnya. Misalnya anak lelaki yang berada pada runut ke 15  akan memanggil bapa (amanguda/tua) kepada runut ke 14.  Tetapi kepada runut ke 13 dia akan lebih menghormatinya lagi dan menyebutnya sebagai ompung. 

Dokpri - kerabat memberikan nasihat dan doanya dalam tradisi penyampaikan ulos kepada pengantin.
Dokpri - kerabat memberikan nasihat dan doanya dalam tradisi penyampaikan ulos kepada pengantin.
Pada peristiwa adat pernikahan misalnya, kerabat keluarga akan berperan vital mengatur semua keperluan adat tersebut. Keluarga pengantin mendapat dukungan serta pendampingan dari para kerabat keluarganya secara moril dan materil.   Acara adat pernikahan mempertaruhkan kehormatan kerabat keluarga dan klan atau marganya. Jadi, peristiwa adat pernikahan adalah juga sebuah peristiwa perkawinan komunitas antara marga A dengan komunitas/marga B. 

Nilai tradisional yang memupuk rasa cinta kebersamaan keluarga dan juga antar keluarga bertitik tolak dari pemahaman anak terhadap silsilah keluarganya sendiri. Secara turun temurun para orangtua menanamkan perasaan senang dan cinta keluarga kepada anak-anak mereka khususnya anak lelaki. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun