Minggu pagi ini ratusan ribu masyarakat kota Jakarta tumpah ruah memanfaatkan Hari Bebas Kendaraan.
Pejalan kaki, penggemar bersepeda, penggiat olahraga, wisatawan, pedagang kaki lima, pengamen, pengemis, kelompok musikus, dan penjaja makanan pagi berbaur di sekitar jalan protokol Sudirman hingga Tugu Monas.
Kali ini rombongan sepeda gowes tidak lagi leluasa menelusuri jalan karena padatnya warga yang beraktifitas seperti berolah raga dan berjalan santai bersama keluarga.
Hampir sebagian masyarakat nampak sudah leluasa bergerak tanpa masker. Namun ada sebagian lain masih memakai masker .Â
Petugas sibuk mengatur kemacetan manusia dan mereka menghimbau agar tetap bergerak. Â Mereka hanya boleh beristirahat sejenak mencegah penumpukkan orang dipinggiran jalan.Â
Kerumunan cepat terbentuk jika banyak orang berhenti dan duduk-duduk bebas beristirahat diberbagai tempat.
Tidak ada lagi rasa khawatir ditengah kerumunan karena mereka saling berfoto ria bersama rombongannya tanpa jarak seolah merdeka dari masker dan pembatasan.
Penyanyi jalanan juga memanfaatkan keramaian ini dengan tampil bersama grupnya sambil menyediakan kotak saweran dipinggir jalan.
Ditengah euforia transisi terlihat pula sekelompok orang siap sedia dengan maskernya dibawah dagu. Begitu memasuki kerumunan mereka segera memakai masker.Â
Amat dibutuhkan panduan yang jelas seperti ketika menghadapi Pandemi. Maka masyarakat akan lebih siap dan tertib menjalani transisi dengan risiko yang sudah diantisipasi.
Panduan yang terbaca seperti poster-poster pada lokasi atau lingkungan tertentu yang perlu mendapat perhatian khusus.