Mohon tunggu...
Mualfa IhsanFadhillah
Mualfa IhsanFadhillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Andalas

Futsal dan mengaji

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Randai

25 Juni 2022   11:06 Diperbarui: 25 Juni 2022   11:20 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

 

Randai merupakan kesenian khas Minangkabau yang dilaksanakan dalam bentuk arena teater. Unsur-unsur seni yang hadir dalam randai adalah: drama, suara, tari dan musik. Sumber cerita pada randai adalah Kaba dengan tema Budi, malu, akhlak, pendidikan dan penanaman rasa nasionalisme. Jadi kita bisa menyebut seni randai kompleks, randai merupakan seni khas Minangkabau. Randai dalam masyarakat Minangkabau adalah seni yang dimainkan oleh beberapa orang dalam arti kelompok atau tim dimana beranda ini memberikan cerita, seperti; cerita Demam Malin, Anggun dan Tongga dan cerita rakyat lainnya. 

Pada zaman dahulu, randai pertama kali dimainkan oleh masyarakat Pariaman, Padang Panjang, ketika mereka  menangkap seekor rusa yang keluar dari laut. Biasanya randai ini sering dimainkan di pesta-pesta atau hari-hari besar  di Sumatera Barat. Namun kini sudah tidak ada lagi, randai bisa dipajang di mana saja, baik itu  hiburan, latihan seni di sekolah, bahkan  sumber uang.

Gerak tari dalam randai biasanya berupa jurus dasar pencak silat, sebelum pertunjukan dimulai, alat musik sering dimainkan. Gunakan untuk menelepon orang atau memberi tanda bahwa pertunjukan akan segera dimulai. Seseorang berdiri di arena, itu berarti randai telah dimulai. Nama orang ini adalah Janang. Janang adalah asisten tari di randai. Jika Janang tidak mengucapkan kata "Hepta", maka semua pemain akan masuk ke tengah lapangan. Pemain akan menjawab empat kali dengan kata "Hepta" dan kemudian pemain akan bergerak maju dan mundur dalam gerakan gelombang. Kemudian pemain maju  dan mundur dalam lingkaran secara bersamaan melakukan gerakan pencak dengan  mundur dan turun lingkaran dan membuatnya lebih besar, membuatnya lebih besar dan mengulanginya empat kali. Ini adalah penerapan langkah ekstra, bunga dari  gerakan silat.  Randai berperan sebagai sarana hiburan atau tontonan yang didalamnya juga disampaikan pesan dan nasehat, sering dilakukan pada acara pernikahan, aqiqah, khatam,  berbagai upacara pengobatan dan pewarisan nama adat. 

 Awalnya, randai adalah permainan komunitas yang dimainkan oleh anak-anak muda di halaman surau pada malam hari sebelum tidur. Anak-anak muda yang mengamalkan kesenian ini sebelumnya telah diajarkan oleh Pemuda Nagarai (pemuda desa). Awalnya, Randai adalah sarana penyampaian berita atau cerita rakyat melalui gurindam atau nyanyian syair  dan gelombang tari  dari gerakan silat Minangkabau. Namun dalam perkembangannya, Randai mengadopsi gaya pendeskripsian karakter dan dialog dalam lakonnya, mirip dengan kelompok Dardanela. Randai sebagai tokoh utama  akan berperan sebagai pencerita cerita, tokoh utama ini dapat berupa satu orang, dua orang, tiga orang atau lebih tergantung dari cerita yang dituturkan, dan ketika menampilkan atau berperan sebagai tokoh utama dikelilingi oleh orang lain. anggota untuk membuat efek untuk acara tersebut.

Randai  dimainkan secara berkelompok dengan membentuk lingkaran, kemudian berjalan perlahan sambil bercerita dalam bentuk lagu secara bergantian. Randai menggabungkan seni menyanyi, musik, tari, akting dan silat menjadi satu. Randai dipimpin oleh seorang yang akrab disapa panggoreh, yang  selain ikut  dalam gerakan Idul Fitri juga bertugas memancarkan tanda pembeda. berteriak seperti hep tah tih dengan tujuan untuk menentukan tempo cepat atau lambat gerakannya bersamaan dengan lagu atau gurindam. Dan diiringi oleh alat musik tradisional seperti terompet, bangau, bansi dan saluang. Sedangkan lagu pendukungnya adalah Mudiak Arau, Banda Sapuluh dan Palayaran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun