Mohon tunggu...
Muadzin Jihad
Muadzin Jihad Mohon Tunggu... wiraswasta -

Entrepreneur | Founder & CEO Ranah Kopi | Founder Semerbak Coffee | Father of 3 | Coffee-Book-Movie-Photography-Graphic Design Freak | Blogger | Author "Follow Your Passion" | www.muadzin.com | Instagram & Twitter @muadzin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Twitter Me-Minang-kan Saya Kembali

2 Oktober 2011   16:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:24 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diawali undangan dari pak Roni Yuzirman, founder komunitas TDA (Tangan Di Atas) untuk bergabung dengan Saudagar Muda Minang SMM di acara Milad ke-2 Pencinta Sedekah, akhirnya tadi siang saya bersilaturahmi dengan orang-orang luarbiasa dunsanak Minang di Rumah Damai-nya Uni Fahira Idris. Soal ke-Minang-an saya, sebenenarnya dari darah keturunan, saya adalah Minang sejati. Ayah Minang, ibu Minang. Tapi ibu saya lahir dan besar di Bandung, tidak bisa bahasa Padang. Yang bisa bahasa Padang di rumah hanya Ayah almarhum. Saya lahir di Jakarta. Dan yang parah adalah saya belum pernah ke Padang! Haha.. Minang jadi-jadian! :D Jadi saat pak Roni mengajak ke acara tersebut, saya sempat terperangah, eh iya saya orang Minang ya.. hehe. Acara dibuka dengan presentasi ide membangun “Palanta”, yang berarti sebuah tempat untuk berkumpul, bersilaturahmi, sharing, dan lain-lain. Sambil mencicipi cemilan khas Minang, ketan, sarikayo, pisang rajo goreng, dan kacang tojin. Plus minuman yang baru kali itu saya rasakan, kawa daun, minuman dari rebusan daun kopi. Uniknya, tidak disajikan dalam gelas, tapi dalam wadah yang terbuat dari batok kelapa. Rasanya seperti air gula aren, tapi ada sedikit rasa & aroma kopi. Sejarahnya, katanya dulu pada jaman penjajahan Belanda, semua biji kopi habis dikirim ke negeri Belanda. Masyarakat Minang saat itu ingin sekali merasakan minum kopi juga. Jadilah daun kopi direbus untuk diminum airnya. Kasian yaa orang kita.. Tapi sisi baiknya, justru jadi kreatif karena tertindas itu. Ide perkumpulan ini adalah mendirikan wadah untuk kaum muda Minang berkiprah dalam berbagai bidang, menyalurkan potensi yang dimiliki, untuk berbagi dengan sesama. Ternyata SMM ini sudah lahir sejak 2008. Sempat vakum, dan kini dibangkitkan lagi oleh beberapa ‘provokator’ di Twitterland. Ada beberapa sosok Minang hebat yang hadir. Diantaranya uni Fahira Idris [Twitter @fahiraidris], uda Aslim Nurhasan [@aslimnurhasan], uda Roni Yuzirman [@roniyuzirman] (biasanya panggil “pak” hehe). Termasuk uda Ahmad Fuadi [@fuadi1], pengarang buku best seller Negeri 5 Menara! Ternyata hebat-hebat ide yang terlontar. Utamanya mengangkat budaya, wisata, dan kuliner asli Minang. Dan sharing ilmu dan wawasan dari pentolan-pentolan Minang untuk masyarakat umum. Seperti kata uda Fuadi, idenya memang bukan untuk menjadikan wadah ini primordial dan kesukuan, tapi justru potensi yang ada di dalam ini dikeluarkan untuk kemaslahatan masyarakat. Minang untuk semua, cetus uda Roni. Yang penting dijaga adalah content, lanjutnya. Selama content-nya dibutuhkan, pasti komunitas tersebut akan terus dibutuhkan masyarakat. Ada gula ada semut :) Brand yang akan diusung juga masih dipertimbangkan, apakah tetap menggunakan Saudagar Muda Minang, atau brand baru. Karena kata “saudagar” terdengar wah dan menyeramkan untuk sebagian orang. Belum lagi kata “muda” yang bisa bias maknanya jika dikaitkan dengan umur. Kenapa “saudagar”, menurut uda Aslim idenya adalah untuk mengangkat kembali semangat ke-saudagar-an, entrepreneurship, yang sudah meredup di kalangan muda Minang di kampung sana. Seperti diketahui umum, orang Minang terkenal dengan profesi pedagangnya, dan kebiasaaan merantau sejak muda. Tapi ternyata, hasil survei terakhir menunjukkan 80% kalangan muda memilih untuk menjadi pegawai negeri! Padahal negeri ini sudah oversupply dengan pegawai negeri. Yang dibutuhkan lebih banyak adalah entrepreneur, saudagar.

Satu yang masih membuat saya tidak percaya dan masih membuat saya termangu saat menulis ini, adalah kedahsyatan socmed Twitter ini. Saat di Milad PS itu, uda Roni bilang, dengan socmed sekarang ini, apalagi Twitter, dunia itu seolah tidak ada batas. Tidak ada lagi sekat-sekat. Semua orang bisa kenal dengan siapa pun. Ini betul sekali. Saya rasakan di pertemuan tadi. Saya bisa ketemu dan ngobrol langsung dengan Uni Fahira, yang selama ini saya cuma bisa baca profilnya di media. Juga bisa ketemu Ahmad Fuadi! Gila gak? Nih fotonya… Hehe.
Twitter bisa jadi alat penjalin silaturahmi tanpa batas, mengumpulkan yang tercerai berai, yang tidak saling mengenal, bersatu dalam wadah baru. Tapi anehnya, sebaliknya juga bisa menjadikan sesuatu yang tadinya bersatu menjadi tercerai-berai. Dijadikan alat untuk menghujat orang lain. Twitwar. Bullying. Heran… . Depok, 29 September 2011 Muadzin F Jihad Owner Semerbak Coffee Twitter @muadzin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun