Sudah ratusan pekuburan di nusantara kusambangi tapi tak ada yang seasri dan selestari Astana Mawar Asih.
Sebelas tahun sudah, seorang kerabat kami beristirahat abadi di Astana Mawar Asih. Tapi baru kali ini kami berziarah ke sana. Tentu ada alasan bagus untuk keteledoran semacam itu. Namun tak perlu diucapkan karena orang mati toh tidak akan mendengarnya.
Walau terbilang jauh, perjalanan naik mobil travel dari Stasiun Whoosh Tegalluar ke lokasi pemakaman itu harusnya mudah dan lancar. Hari itu Senin (20.01.25), masih pagi. Bandung selatan cerah berawan, jalanannya lancar.
Nyatanya kami sempat tersasar ke lereng Gunung Puntang, jauh ke selatan. Padahal kerabat kami dimakamkan di lereng Gunung Anday. "Kita kualat nih, disesatkan arwah almarhum," kata iparku laki. "Iya, bener, tuh," ujaran-ujaran mengiyakan.
Tapi penjelasan yang paling masuk akal adalah fakta saudari kami yang duduk di samping Kang Supir tertidur. Padahal kepadanya dipercayakan Google Map penunjuk jalan ke Astana Mawar Asih. Pelajaran berharga di pagi yang penuh sesat itu, jangan pernah mempercayakan arah perjalanan kepada perempuan yang tertidur di jok depan mobil.
Ketika akhirnya mobil berhenti di parkiran Astana, nyata bahwa kami sudah menempuh jarak perjalanan lipat tiga dari yang semestinya. Tapi apa peduliku. Pekuburan rindang hijau asri di depan mataku keburu menawan hati.
Khusus Umat Katolik
"Ini memang pemakaman khusus umat Katolik." Pak Karno (pseudonim) menjawab saat kutanya mengapa nama-nama pada nisan ada nama baptisnya. Dia adalah kuncen, "manajer" lapangan astana itu. Hafal luar kepala alamat setiap mendiang yang berbaring di situ.
Astana Mawar Asih ini ternyata milik enam paroki dekenat Bandung Selatan, Keuskupan Bandung. Mulai dari Paroki Buah Batu, Dayeuhkolot, Margahayu, Mohamad Toha, Sumbersari sampai Paroki Waringin. Menurut sejarahnya, untuk keperluan tanah makam, enam paroki itu membeli tanah seluas 3.5 ha di lereng Gunung Anday.Â
Gunung Anday sendiri, lokasi astana itu, berada di wilayah Desa Lebakwangi, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung. Gunung kecil ini terbilang situs cagar budaya. Di puncaknya terdapat makam Embah Manggung Jayadikusumah, leluhur Lebakwangi Batukarut. Bahkan disebut-sebut juga ada petilasan Dipati Ukur di situ.