Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

[World Cup Qentir #03] Don't Cry for Me Argentina

23 November 2022   09:02 Diperbarui: 25 November 2022   05:08 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekspresi kecewa kapten timnas Argentina, Lionel Messi, saat bermain melawan Arab Saudi pada laga Grup C Piala Dunia 2022 Qatar di Stadion Lusail, Selasa (22/11/2022) sore WIB. Lionel Messi dkk  kalah 1-2 dari Arab Saudi. (AFP/MATTHIAS HANGST via kompas.com)

"It won't be easy, you'll think it strange
When I try to explain how I feel
That I still need your love after all that I've done
... 

Don't cry for me, Argentina
The truth is, I never left you
All through my wild days, my mad existence
I kept my promise
Don't keep your distance."

Potongan lagu Don't Cry for Me Argentina gubahan Andrew Loyd-Webber itu pas benar dengan suasana batin Lionel Messi dan kawan-kawan hari-hari ini.

Sukses membawa Argentina dipecundangi Arab Saudi 1-2 jelas prestasi yang memilukan. Saya saja sedih tak kepalang. Mengapa sih bukan Timnas Indonesia yang menumbangkan Argentina?

Arab Saudi boleh saja gagal lolos ke babak berikutnya dalam Piala Dunia 2022 ini di Qatar. Tapi sejarah sepak bola mencatat, Arab Saudilah satu-satunya Tim Asia yang pernah meluluh-lantakkan Agentina. Seperti juga Korsel satu-satunya Tim Asia yang pernah mempermalukan Jerman di ajang Piala Dunia.

Kemenangan atau kekalahan Argentina bisa dijelaskan secara rasional Itu bukan soal pudarnya sihir Lionel Messi di tanah para pangeran padang pasir. Ini bukan era Aladdin, bukan?

Sangat jelas bahwa lini pertahanan Argentina amburadul. Lini serangnya -- Messi, Martinez, Di Maria -- kehilangan kreativitas dan energi. Malah jadi bulan-bulanan perangkap offside.  Lini tengahnya hanya latihan oper-operan bola.

Sebaliknya lini pertahanan Arab Saudi sangat solid. Lini serangnya trengginas, cepat, keras, dan joss. Tendangan ke gawang boleh cuma dua kali, tapi dua-duanya gol.

Dan kiper! Al Owais itu adalah gurita di bawah mistar Arab Saudi. Kemana pun arah tendangan atay sundulan Messi dan Di Maria, selalu lengket di tangannya. Bedalah dengan Martinez, kiper Argentina. Dua kali kebobolan di sudut gawang yang sama, kiri.

Barangkali, ya, barangkali gaya permainan Arab Saudi sekarang adalah salah satu buah modernisasi merujuk Barat yang diinisiasi Pangeran MbS. Pelatih Herve Renard sukses membesut Arab Saudi jadi "Tim Eropa" di Timur Tengah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun