Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #097] Percakapan di Kebun Nenas

11 Agustus 2022   05:36 Diperbarui: 11 Agustus 2022   06:35 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kolase foto oleh eFTe (Foto: kompas.com/dok. istimewa) 

"Poltak!"

Poltak terkejut. Itu suara panggilan yang akrab di gendang telinganya. Kapak tertahan di atas kepalanya.  Tak jadi diayunkan membelah kayu bakar.  

"Berta!  Nantulang! Horas!"  Poltak bergegas menyalami nantulangnya, ibu Berta.

"Horas, bere Poltak.  Ada ompungmu di rumah, kan?"

"Ada, nantulang."

Baru tadi siang di sekolah Poltak menitip pesan neneknya lewat Berta untuk tulang dan natulangnya, ayah dan ibu Berta.  Ada titipan dari Ompung Purbatua di Hutabayu untuk Ama Rumiris, ayah Berta, tulang Poltak.

Ama Rumiris itu anak lelaki Ompu Soaduon. Ompu Soaduon kakak-beradik dengan Ompu Purbatua dan nenek Poltak. Ompu Soaduon punya dondontua, sebidang sawah pemberian kakeknya untuk dirinya sebagai cucu laki-laki sulung.  Setelah Ompu Soaduon meninggal dunia, sawah itu diwariskan kepada Ama Rumiris.

Sawah dondontua itu kini digarap oleh Ompu Purbatua secara mamola pining, belah pinang atau bagi hasil separuh-separuh. Ompu Purbatua menitipkan hasil sawah itu dalam bentuk uang hasil penjualan gabah kepada nenek Poltak, untuk disampaikan kepada Ama Rumiris.

"Bah, horas, eda!  Mari, masuk ke rumah."  Nenek Poltak muncul di ambang pintu depan. "Sini Berta, masuk."

"Aku di luar saja, ompung. Menemani  Poltak belah kayu."  Berta menyalami nenek Poltak, kemudian berbalik mendekati Poltak yang sedang berdiri di halaman, bertelekan pada ujung tangkai kapak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun