Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengalaman Pertama Naik Kapal Terbang

2 Agustus 2022   14:28 Diperbarui: 4 Agustus 2022   05:15 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kapal terbang (Foto: pixabay.com) 

Poltak sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk menumpang kapal laut "Tampomas" dari Belawan ke Tanjungpriok.  Waktu itu layanan pelayaran "Tampomas" hanya sekali dalam seminggu.  

Eh, tiba di Medan, dapat kabar kapal "Tampomas" rusak, sehingga waktu keberangkatan harus ditunda kurang lebih seminggu kemudian. Itu pun hanya perkiraan, bisa lebih lama lagi.

Poltak tidak mungkin menunda keberangkatan ke Jawa.  Terlambat seminggu lagi, waktu pendaftaran ulang sudah lewat di Perguruan Tinggi tujuan.  Bisa-bisa dianggap Poltak mengundurkan diri.  Alamat gagal kuliah kalau sampai begitu.

Lantas, bagaimana jalan keluarnya?  

Falsifikasi Lewat Pengalaman Empiris

Di situlah manfaat pepatah "pucuk dicinta ulam tiba" tadi.  Kapal laut dicinta, kapal terbang yang tiba. Tak ada jalan lain. Dan tak hendak mundur tekad merantau.

Maka jadilah diputuskan, Poltak naik kapal terbang ke Jakarta.  Dibelilah tiket kapal terbang "Mandala Airlines".  Harganya, kalau tak salah, Rp 75,000.  Tiga kali lipat harga tiket kapal laut "Tampomas".

Tapi itulah satu-satunya pilihan. Tak lazim untuk anak petani Batak yang hendak kuliah ke Jawa. Maka ada konsekuensinya.  Harus sukses kuliahnya.  Malulah kalau gagal, sebab sudah diberangkatkan dengan kapal terbang.  Bah, bisa ditertawakan ikan mujair se-Danau Toba si Poltak itu.

Maka terpenuhilah falsifikasi pikiran di masa kecil oleh pengalaman empiris di masa dewasa.

Saat menaiki tangga kapal terbang di Lapangan Terbang Polonia, Medan, dan masuk ke dalam ruang kabin penumpang, maka percayalah Poltak pada ilmu-pengetahuan.  Kabin kapal terbang "Mandala" itu ternyata lebih besar dari kabin penumpang motor bus.  

Jumlah penumpangnya juga lebih banyak dari jumlah penumpang motor bus.  Kursi penumpang 4 buah per baris.  Bagus dan empuk. Harum pula. Tak seperti kursi penumpang motor bus "Betahamu" yang keras dan gompal-gompel.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun